29. DADDY'S LITTLE GIRL

3.7K 762 147
                                    

Sorry, ya, Lang. Lagi-lagi gue ngerepotin lo,” ucap Jatu ketika tengah menunggu pengemasan gaun pengiring pengantin yang telah dipilih.

Sabtu pagi itu, ia meminta Langit untuk menemani berbelanja di Pasar Tanah Abang. Salah satu pusat pasar tekstil terbesar se-Asia Tenggara yang telah berdiri sejak abad ke-18 Masehi.

Harusnya, rencana itu tidak pernah ada. Namun, malam sebelumnya, Titan tiba-tiba meminta Jatu membelikan gaun untuk Amore. Gaun itu sekaligus menjadi kejutan saat pertemuan ketiganya di Rainbow Café saat jam makan siang di Sabtu itu.

It's okay. Lo kan emang selalu ngerepotin gue,” komentar Langit ringan. Pria itu lalu menenggak air mineral yang sedari tadi dibawa.

Orang-orang mungkin tak habis pikir atas sikap Langit. Pria mana yang mau menemani gebetan-yang-akan-menjadi-istri-orang untuk berbelanja kebutuhan calon anak sambungnya? Namun, tidak baginya. Dia selalu siap untuk Jatu kapan pun gadis itu perlu. 

Jatu terkekeh mendengar komentar pria itu. Jika saja hari itu Raven tidak sedang mengikuti tes CPNS, mungkin bukan Langitlah yang menemaninya. Jika saja tak punya trauma pada pencopet, mungkin ia akan melenggang sendiri ke pasar ini. Jika saja tak ada permintaan dadakan dari Titan, mungkin saja ia bisa membeli gaun tersebut di toko online.

“Ngomong-ngomong, besok lo jadi pulang ke Serang?” tanya Langit sambil meluruskan kaki panjangnya. Pengalaman longmars saat demontrasi ternyata berguna. Meskipun bosan dan lelah, dia tak menunjukkannya. Bukankah pria kuat adalah mereka yang sabar menemani wanitanya berbelanja?

Jatu mengangguk. “Iya.”

“Tapi, kan, nikahan lo masih tiga minggu lagi,” protes Langit. Dia tak rela membiarkan gadis itu cepat-cepat pergi. Tambahan sehari, dua hari, atau dua minggu cukup berarti sebelum Jatu benar-benar menjadi istri orang lain.

“Masih banyak ritual yang harus gue kerjain di rumah. Luluran, siraman, pengajian, dan an-an yang lain.”

Langit menghela napas panjang. “Berarti, ini terakhir kalinya gue ketemu sama lo dalam kondisi lo masih bebas merdeka,” keluh Langit lebih kepada gumaman pada diri sendiri.

“Lo pikir setelah nikah gue bakal jadi tawanan?” Jatu terbahak. “Lo akan tetap jadi temen gue. Kita masih bisa ketemuan. Pak Titan pasti nggak keberatan.”

Langit tersenyum tipis mendengar ucapan itu. Seandainya ada di posisi Titan, Langit adalah orang pertama yang akan di-blacklist-nya dari lingkaran pertemanan Jatu. Terlalu berbahaya. Terlalu beresiko.

“Nanti lo ikut ke Rainbow café, ya,” pinta Jatu. Ia ingin membuktikan bahwa Titan akan terus menyetujui hubungan pertemanan mereka.

“Nggak, ah!” tolak Langit tegas. “Gue nggak mau jadi obat nyamuk.”

“Kan ada Amore juga.” Jatu terus membujuk. “Double date,” ucapnya sambil menaik-turunkan alis.

No! Thank you!” tegas Langit dengan wajah yang dibuat seolah-olah marah.

Jatu terkikik melihat ekpresi itu. Tawanya baru mereda setelah seorang pramuniaga menyerahkan kemasan berisi gaun putih untuk Amore.

“Dari sini, ke mana lagi?” tanya Langit saat mereka berjalan menjauhi toko gaun itu.

“Lantai atas. Toko sepatu,” jawab Jatu sambil menunjuk langit-langit.

Keduanya pun berjalan menuju lift. Namun, ramainya pengunjung di akhir pekan, membuat antrian mengular.

“Naik tangga aja, ya,” pinta Jatu dengan muka memelas. Menanti adalah salah satu hal yang tak ia suka.

Meski belum mendapat persetujuan dari Langit, gadis itu sudah melangkah menuju tangga yang terletak tak jauh dari lift. Mau tak mau, pria itu pun berjalan mengikuti Jatu. Melangkah menaiki anak-anak tangga. Hingga saat hampir tiba di atas, kaki Jatu keserimpet.

A-MORE (End Versi Wattpad)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang