#1 Warning ⚠️
Yang belum baca Rendezvous : Reaching You Again sampai tamat, dilarang membaca part ini. Bukannya haram, takutnya ntar gak nikmat karena di sini mengandung spoiler.
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏#2 Warning ⚠️
Saya mohon untuk tidak menghujat tokoh Rabelin Sava ketika kalian membaca part ini. Saya tidak pernah menegaskan bahwa Belin adalah tokoh good girl atau semacamnya. Sama seperti di lapak sebelumnya mengenai Rasta. Tokoh Belin juga demikian. Hitam dan putihnya tergantung sekeliling mereka. Tergantung bagaimana hati mereka. Lagipula, Rasta yang separah itu saja bisa kalian sukai, kenapa Belin tidak? 😊
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏Catatan ✏️
Meski sama-sama alur maju mundur, tapi kisah Belin ini tidak seperti Rasta. Jika kisah Rasta berputar di masa lalu, berbeda dengan Belin. Perjalanan kisah Belin dimulai di masa sekarang (di masa depan setelah cerita Rendezvous) Rasta, diharuskan menelusuri masa lalunya. Sementara Belin, menjelajahi rasa di kehidupan yang sedang dijalani.
✎﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏﹏ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀⠀⠀⠀ ོ ⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀⠀ ⠀ ⠀ ⠀ ོ ⠀ ⠀ ⠀ ོ
Masih terbayang jelas dalam ingatan seorang Arlenda Candra Nugraha; wajah gadis dengan senyum manis yang menghabiskan sore hari dalam rengkuhannya. Secuil kenangan manis ketika dua bola mata si gadis yang berwarna coklat terang itu menatapnya dengan ekspresi penuh kelembutan. Lengkung senyum itu sempat membuat Daca tersihir. Satu moment di mana Daca pernah merasakan debaran normal tanpa emosi negatif, interaksi hangat ketika dia dan Belin baru jadian dua bulan pertama.
"Bel, kamu beda."
"Apanya?" tanya Belin.
"Kamu. Kamu beda dari yang lain, Bel."
"Hah?"
"Beda sama cewek lainnya," jelas Daca.
"Apanya yang beda?"
"Semuanya," sahut Daca.
"Gak mungkin itu," sanggah Belin, "Apa mantan-mantan kamu sebelumnya ada yang gak bisa nyetir kayak aku?"
"Ada, banyak."
"Ada yang suka ngerujak kayak aku?"
"Banyak, hampir semuanya suka."
"Ada yang kuliahnya sama kayak aku?"
Perlu waktu bagi Daca untuk mengingat yang satu ini. "Emm.. ada, di kampus lain."
Belin tersenyum. "Jadi, sebelah mananya yang beda?"
"Ok, kalian para cewek memang begitu semua, tapi aku serius. Buat aku, kamu berbeda. Spesial."
Belin mengangguk-ngangguk mendengarnya. Sudah mirip martabak paket lengkap saja dirinya; spesial.
"Aku sama aja sama cewek-cewek lainnya, Daca. Bisa marah kalau kamu banyak tingkah, bisa sakit hati kalau kamu sakitin. Bisa pergi kalau kamu bikin kecewa," tutur Belin dengan menahan tawa, "bisa tergoda sama yang lain juga kalau khilaf."

KAMU SEDANG MEMBACA
Rabelin
RomanceBeberapa tahun setelah drama menyakitkan di kampusnya berakhir, Belin yang bergelar bidadari kini menjelma peri dalam lanskap alam liar. Ribuan omelan dari rumah, ratusan tanya dari para kerabat dan berjuta rindu yang mengendap berat, seolah menarik...