Namanya Kartika Hira. Pekerjaannya tutor di sebuah lembaga pendidikan non formal. Hobinya menulis sejak remaja. Cerpennya pernah masuk beberapa majalah remaja. Kemudian saat beranjak dewasa, dimulai dari tiga tahun lalu, berkat rekomendasi seorang teman, ia pun memberanikan diri membuat akun di salah satu platform menulis. Baru setahun belakangan namanya mulai dikenal luas. Tahun pertama hanya puluhan orang yang membaca ceritanya. Tahun kedua baru ratusan. Betul-betul perjuangan dari nol.
Hari sudah menunjukkan pukul sepuluh malam ketika Kartika selesai update bab terbaru ceritanya. Kemudian ia pun membaca dan membalas komentar-komentar yang masuk. Terakhir mengecek pesan pribadi.
Assalamu'alaikum Kak Tika
Saya nemu nih cerita bagus
Kemarin Kakak minta rekomendasi cerita kan yang katanya lagi suntuk?Ternyata isinya jawaban atas permintaannya seminggu yang lalu kala Kartika mengatakan sedang suntuk dan butuh asuan bacaan bagus dan seru. Setelah membalas dengan ucapan terima kasih, ia pun segera membuka link yang diberikan.
Kesan pertama Kartika, bukan jenis bacaan yang biasa ia baca kecuali terbitan penerbit mayor, sebuah novel terjemahan. Seumur hidup, baru kali ini ia membaca cerita dengan latar belakang tentara Indonesia. Ia sendiri penulis genre roman. Murni roman yang tokohnya bukanlah aparat.
Bab awal bagus meski tidak terlalu istimewah tapi bab-bab berikutnya membuatnya terlarut dan penasaran hingga ketika selesai tengah malam, mengingat bab yang cukup panjang, ia penasaran dengan cerita lainnya dan ia pun membuka profil penulisnya untuk mencari-cari cerita baru.
Kartika terkejut ternyata romansa militer banyak penggemarnya. Tapi mengingat si penulis juga keren cara berceritanya, itu juga faktor yang membuat disukai. Dari lima belas cerita yang ada ternyata delapan sudah diterbitkan. Ia pun membuka yang sekiranya menarik dan masih utuh alias belum diterbitkan.
Lagi-lagi, ia dibuat terhanyut oleh ceritanya. Ketika di salah satu bab disebutkan dibuka grup chat, tanpa pikir panjang ia pun menyimpan nomer tersebut.
🌹🌹🌹
Hari ini Kartika mendapat giliran jam mengajar pagi hari, sehingga siang sudah bisa pulang. Sebelum pulang, ia beli cilok yang selalu mangkal di depan lembaga.
"Sepuluh ribu, Pak. Yang kecil semua. Bumbu kacang," pinta Kartika seraya menyerahkan selembar uang berwarna ungu tersebut.
"Siap," sahut penjual cilok yang dengan sigap mengambil plastik, garpu lalu menusukkan satu per satu buletan-buletan kanji berbumbu itu sejumlah uang yang dibayarkan lengkap dengan bumbu kacangnya. "Monggo, Bu."
"Makasih, Pak," ucap Kartika ketika menerimanya sambil tersenyum.
Baru melangkah, matanya kembali tergoda oleh penjual jus yang menyewa sedikit lahan di depan lembaga. Ia pun melangkahkan kakinya ke sana.
"Mbak, jus alpukat tiga yang jumbo ya?" pinta Kartika.
Si penjual mengangguk. Sementara Kartika memilih duduk di kursi plastik yang ada sambil menunggu. Ia beruntung seperti halnya beli cilok tadi, penjual jus juga sedang sepi sehingga bisa membuatkan pesanannya.
Sembari menunggu, ia mengambil ponsel dan membuka aplikasi Whatsapp untuk melihat dan membalas pesan-pesan yang masuk. Kemudian ia pun memberanikan diri bergabung di grup chat penulis genre romansa militer yang ia baca.
Assalamu'alaikum,
Halo saya Kartika asal Surabaya
Salam kenal 🙇Tak berapa lama dapat balasan baik dari admin maupun anggota grup yang lain. Ada sepuluh lebih yang menyahutinya dan terakhir sang pemilik grup alias si penulis sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kartika Chandra
General Fiction"Berarti aku bukan Melati Pagar Bangsa tapi Mawar Penghias Taman?" -Kartika 🌹🌹🌹 Kartika, penulis amatir di salah satu platform terkenal, sebelumnya tak mengenal dunia militer sama sekali. Genre tulisannya pun murni percintaan biasa. Suatu hari ia...