Kalau mau tips nyuci seragam loreng, ada di ceritaku judulnya "Mr. Perfect & Miss Plain", cuma aku lupa bab berapa 😂😂😂 promo tebel-tebel 😂😂😂
🌹🌹
Giat resmi pertama Kartika adalah perkenalan anggota baru yang ternyata cukup banyak. Ada total sepuluh orang baik dari tamtama, bintara dan perwira. Ia bersyukur berjalan lancar dan saat menyebutkan NRP suaminya pun masih ingat dan tidak tiba-tiba blank meski terbata akibat gugup.
"Bu Chandra, nanti disabarin ya kalau tiba-tiba sering dapat laporan dari Bu Alfian dan Bu Darmono. Bu Chandra masih baru toh, masih muda juga, cuma pesan saja. Di kompi panjenengan, dua orang itu paling suka rame," bisik Bu Ardiansyah, Ibu Danki kompi sebelah setelah menarik Kartika menepi usai giat Persit. "Kebetulan saya dekat dengan istri Danki sebelumnya. Dan lagi sudah jadi rahasia umum juga dua orang itu kayak gitu. Tapi bersyukur kompi panjenengan yang unik cuma mereka, ndak seperti kompi saya. Ada saja yang bikin saya pusing," lalu perempuan yang usianya sekitar empat puluhan itu terkekeh. "Yah, namanya manusia nggeh, macem-macem. Itu saja, saya kasih tahu biar ndak kaget tiba-tiba ada yang datang terus ribut. Panjenengan sebagai istri Danki pasti sudah tahu kalau di kompi termasuk ibu buat yang lain. Jadi panjenengan bisa bijak dan jaga nama baik suami. Dari kemarin mau ngobrol ndak bisa terus."
"Siap, Ibu. Ijin, terima kasih atas wejangannya," ucap Kartika tulus. Memang ia belum bertemu sama sekali dengan Bu Ardiansyah ini. Baru hari ini.
Setelah itu, wanita yang tampak kalem dan anggun itu mengajaknya pulang. Kebetulan suami masing-masing menjemput dengan motor.
"Kok berdua sama Bu Ardiansyah?" tanya Chandra pelan ketika dalam perjalanan pulang tapi masih bisa didengar istrinya.
"Kasih wejangan saja," jawab Kartika.
Chandra mengangguk dan sampai rumah tak ada lagi yang bicara. Setelah mengantar istrinya selamat sampai rumah, ia kembali ke kantor.
Malamnya usai makan malam, Kartika dan Chandra duduk depan TV.
"Sakit kepalanya sudah sembuh?" tanya Kartika. Beberapa hari ini suaminya masih mengeluhkan sakit kepala tapi tak mau ke dokter.
"Hem. Lumayan," gumam Chandra.
Kartika mendesah lalu ia duduk lebih merapat pada suaminya dan meraih kepala berambut cepak itu untuk dipijat.
"Agak ke bawah," pinta Chandra.
"Hem."
"Adek tadi ngobrol apa sama Bu Ardiansyah?" tanya Chandra sambil menikmati pijatan di kepalanya.
"Hem? Wejangan aja. Aa?"
"Ya?"
"Apa benar Bu Alfian sama Bu Darmono suka rame?" tanya Kartika hati-hati.
Sesaat tak ada jawaban dari Chandra. "Bu Ardiansyah yang bilang?"
"Iya."
Terdengar helaan napas dalam dari Chandra. "Adek, sejak sebelum kita menikah, aku sudah bilang kan untuk jaga tingkah laku. Attitude. Jaga sikap, sopan santun, saling menghormati baik ke junior, letting apalagi senior. Mau ucapan atau tulisan. Karena ... kamu juga bawa nama baik suami."
"Siap," sahut Kartika. Kini ia ganti memijat pundak dan leher suaminya. "Kata Mbak Vio, bisa pengaruh ya ke suami?"
"Hem."
Hem. Jawaban apa itu? batin Kartika kesal.
"Ya kalau kamu bikin ribut terus kan otomatis suamimu dipanggil juga. Kadang, antar suami nggak ada masalah eh gara-gara kelakuan istrinya, para suami jadi ikut kena. Kan kerja begitu di lingkungan begini mana nyaman. Di luar saja, kalau ketemu orang begitu kita nggak nyaman kan? Apalagi di lingkup asrama yang sempit. Bahkan pindah batalyon pun suatu saat tetap saja bisa ketemu lagi," lanjut Chandra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kartika Chandra
Ficção Geral"Berarti aku bukan Melati Pagar Bangsa tapi Mawar Penghias Taman?" -Kartika 🌹🌹🌹 Kartika, penulis amatir di salah satu platform terkenal, sebelumnya tak mengenal dunia militer sama sekali. Genre tulisannya pun murni percintaan biasa. Suatu hari ia...