Setelah serangkaian latihan, akhirnya batalyon tempat Chandra mengabdi memgirimkan prajurit-prajuritnya satgas ke timur Indonesia. Ketika Chandra mendapat kesempatan untuk berpamitan kepada istrinya, ia memeluk erat sang istri yang baru kali ini ditinggalkannya untuk waktu yang lama.
Kartika membalas pelukan suaminya tak kalah erat. Ia menghidu kuat-kuat aroma khas Chandra. Aroma yang tak akan dihidunya hingga beberapa bulan ke depan. Juga, sosok yang tak akan dipeluk dan memeluknya hingga beberapa bulan ke depan.
"Adek jaga diri, jaga hati, jaga nama baik ya?" pinta Chandra sambil mengecup puncak kepala istrinya.
"Siap," jawab Kartika. Ia dan Chandra bukanlah pasangan lovey-dovey. Terkadang ia masih sungkan untuk bermanja kepada suaminya sementara suaminya meski hangat, kadang jahil tapi juga kaku dan bersikap seperlunya.
Tetapi hari ini, Kartika merasa enggan untuk melepaskan pelukan suaminya. Kalau ditanya bagaimana perasaannya, ia bingung menjawabnya. Campur aduk. Dibilang sedih ya sedih, dibilang tidak ya tidak.
"Aku titip ibu-ibu di kompi kita ya? Kalau aku sulit dihubungi, jangan keburu panik dulu. Percaya dan berdoa saja. Pokoknya jangan panik. Kalau ada info apapun, jangan langsung percaya. Cross check dulu. Dan berita resmi adalah berita dari kantor. Ya?" pinta Chandra yang diangguki istrinya. Entah ia harus bersyukur atau tidak memiliki istri seawam Kartika. Tapi ia harap, tak adanya pertanyaan seputar bagaimana dirinya di tempat satgas bukan karena istrinya sedang memendamnya.
"Aa jaga diri, jaga hati, jaga kesehatan. Semoga Allah melindungi Aa dan semua prajurit yang berangkat seperti Allah melindungi kami yang ada di sini," kata Kartika.
"Aamiin Ya Rabb," ucap Chandra.
Di sekitar mereka, riuh dengan berbagai suasana haru biru. Hampir di setiap sudut terdengar isak tangis entah dari para istri atau putra-putri mereka dari berbagai usia yang tak rela ditinggalkan sang ayah bertugas jauh dan lama.
Anak-anak itu semua izin dari sekolah, meliburkan diri demi mengantar para ayah bertugas. Beberapa bulan lagi baru akan bertemu lagi.
"Aamiin," ucap Kartika setengah berbisik juga. Sebetulnya, ia memang menahan diri dari rasa terlalu penasarannya tentang bagaimana situasi di tempat satgas. Chandra hanya mengatakan mereka akan patroli perbatasan, membantu membangun sarana dan prasarana, penyuluhan kesehatan dan pengentasan pendidikan. Satu sisi hatinya, sebagai pendidik, ia ingin ikut ke sana membantu mengajarkan anak-anak yang kurang sarana pendidikannya tapi di satu sisi, ada secuil kekhawatiran. Tapi ia akan mencoba percaya kepada suaminya karena jika ia merasa berat melepas suaminya, maka suaminya pun tak tenang dalam bertugas.
Saat ini, daripada memikirkan hal-hal yang tak mampu dijangkaunya, Kartika merasa lebih baik menikmati pelukan Chandra. Lelaki yang tiba-tiba hadir dan menawarkan pernikahan. Lelaki yang tak pernah dipikirkannya akan me jadi suaminya. Seorang tentara.
"Kalau memungkinkan, in syaa Allah aku sempatkan menghubungimu," janji Chandra.
"Hem." Kartika mengangguk saja.
"Dan, aku berharap, saat aku pergi, kamu sudah ada temannya. Jadi nggak sendirian di rumah ... "
"Eh?" Kartika langsung mendongak mendengar pernyataan aneh Chandra. "Maksudnya apa tuh?"
Chandra tersenyum lebar. Bukannya menjawab, tangannya malah turun ke perut dan mengusapnya lembut. "Ini. Chandra atau Kartika junior. Atau dua-duanya?"
"Eh?" Tiba-tiba ingatan Kartika seperti dihantam sesuatu. Mungkinkah?
Chandra tersenyum lembut. "Adek nanti periksa ya? Kalau memang belum, nggak apa. Tapi kalau ternyata ada, Adek nggak perlu mencemaskan apapun. Ada Ibu kalau mau dipanggil ke sini atau Adek izin pulang? Kan rumah Ibu sama Ayah juga masih di Surabaya. Kalau masih tetap di sini, banyak yang menjaga Adek. Doa terbaikku selalu mengiringi. Ya? Adek kuat. Adek bisa." Ia berasumsi bahwa istrinya mungkin sedang berbadan dua adalah ketika melihat tanggalan di rumah, selama dua bulan termasuk bulan ini, tak ada tanggal yang dilingkari merah. Kebiasaan istrinya melingkari tanggalan saat masa periodenya datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kartika Chandra
Fiksi Umum"Berarti aku bukan Melati Pagar Bangsa tapi Mawar Penghias Taman?" -Kartika 🌹🌹🌹 Kartika, penulis amatir di salah satu platform terkenal, sebelumnya tak mengenal dunia militer sama sekali. Genre tulisannya pun murni percintaan biasa. Suatu hari ia...