Kartika sedikit uring-uringan. Ingin marah tidak bisa, tidak marah itu emosinya terasa meluap-luap. Beberapa hari ini suaminya susah dihubungi sedangkan ia sedang ingin bicara meski sebentar.
Akhirnya setelah sekian bulan hiatus setelah menikah karena ia ingin beradaptasi dengan lingkungan baru, ia kembali membuka laptopnya untuk membuat cerita baru demi meluapkan emosi ke tempat yang lebih positif. Kali ini bukan romansa biasa tapi ia mencoba membuat cerita berlatar militer. Tentu ia tetap menutupi jati dirinya sebagai istri anggota. Para pembacanya hanya tahu ia guru dan saat ini sudah berhenti untuk beralih sebagai ibu rumah tangga seutuhnya.
Kartika sedikit memasukkan unsur pengalaman pribadinya ke dalam cerita. Tokohnya seorang perawat yang bertemu seorang tentara di rumah sakit tempatnya bekerja, di mana lelaki tersebut tengah mengantarkan ibunya berobat. Berteman dengan Vio membuatnya sedikit banyak paham profesi perawat dan ia sudah pernah menuliskannya. Cerita tamat terakhir sebelum hiatus. Tadinya ia ingin membuat ala kisah drama Korea terkenal, Descendant of the Sun. Dokter dan tentara, yang sepertinya tengah digandrungi pembaca. Apalagi jika dibuat mirip yaitu bertemu di lokasi bencana. Hanya saja ...
"Mbak, mana bisa dokter yang punya ikatan pekerjaan di rumah sakit bisa tiba-tiba, ujug-ujug, serta merta atau apapun istilahnya jadi relawan. Kalau pun iya, pasti ditunjuk resmi dari rumah sakit dan sejauh ini masih program dalam negeri. Untuk relawan luar negeri, nggak segampang itu juga dan setahuku ada beberapa syarat malah ada yang resign dulu dari rumah sakit, yah correct me if I'm wrong ya, bisa tanyakan ke sumber valid yang lain tapi dari pengalamanku sih gitu," terang Violet semalam saat Kartika mengutarakan idenya menulis tentang dokter relawan ke luar negeri. "Dan soal satgas Konga alias kontingen Garuda atau satgas luar negeri, nggak ada pasukan kita dikirim ke Palestina. Hanya ada satgas Konga MONUSCO di Kongo dan Unifil di Lebanon sebagai pasukan perdamaian."
"Gitu ya? Kukira memungkinkan bikin cerita kayak di Descendant of the Sun itu," sahut Kartika sambil menerawang.
"Jangan merubah yang sudah ada deh, Mbak, saranku. Pasti cacat logika. Lebih baik buat aja relawan atau satgas di negara buatan, karangan atau fiksi misal si dokter dan si tentara ini tugas di negara Angan-angan yang lagi konflik," usul Violet. "Itu lebih aman dan nggak akan terlalu dipertanyakan."
"Siap." Kartika mengangguk cepat.
"Jangan jadi waham deh," ujar Violet mengeluarkan bahasa medisnya membuat Kartika tertawa seketika, di mana makna sebenarnya adalah suatu keyakinan seseorang yang tidak sesuai dengan kenyataan, yang tetap dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain.
Terkadang bersama Violet, Kartika suka melempar canda menggunakan bahasa medis, salah satunya seperti ketika menggambarkan orang yang nggak pernah menggunakan otaknya dengan benar itu adalah seorang anencephaly.
"Nulis cerita berlatar militer itu harus hati-hati, Mbak," nasehat Violet lagi. "Aku sering bilang kan? Ada hal yang boleh ditulis dan nggak boleh, juga lebih baik tanya ke narasumber langsung untuk menghindari kekeliruan fatal apalagi."
Mengingat percakapannya dengan violet, membuat Kartika merasa gamang. Apalagi suaminya masih jauh. Jika ia menulis dan ternyata salah, bisa-bisa ia tidak sekedar kena getok, mungkin kena sikap taubat juga atau ciuman selang cinta.
Kartika pun menulis apa yang dirasakannya selama mendampingi Chandra. Mungkin itu yang lebih baik. Dan ya, ternyata jauh lebih lancar meskipun tentu tidak semua hal ia tulis secara gamblang. Tentu diberi tambahan bumbu penyedap sehingga terbentuklah cerita baru yang berdasarkan kisahnya.
🍫🍫🍫
Semenjak menikah Kartika yang sibuk dengan kegiatannya pamit meninggalkan grup Missloreng. Ia pun bersyukur hingga saat terakhir tak ada anggota grup yang tahu bahwa ia telah menikah, dengan seorang tentara dan perwira pula seperti harapan mereka. Ia juga tidak pernah sekalipun mengunggah foto suaminya, yang berseragam apalagi. Ia cukup beruntung tak saling menyimpan nomer anggota grup.
Pangkat itu amanah, bukan sekedar impian mau tamtama, bintara ataupun perwira. Ada doa dan usaha di sana. Sampai detik ini ia masih belum paham kenapa harus mengejar loreng? Gagah? Betul. Bisa dibanggakan? Sangat bisa. Tetapi semua hak itu bukan berarti hanya sebagai target untuk pameran. Sesungguhnya jika betul-betul mengejar loreng, itu berat sekali dalam semua arti. Bisa karena tanggung jawab atau baju loreng betul-betul berat perawatannya.
Tanpa terasa sembari menunggu kabar dari Chandra, Kartika sudah menulis sebanyak tiga bab. Ia betul-betul mengalihkan pikirannya yang mengembara ke mana-mana memikirkan segala kemungkinan bagaimana suaminya di lapangan apalagi dua hari ini ada saja berita prajurit gugur dan satunya kritis, keduanya berasal dari Yon berbeda, dengan kejadian di waktu yang berbeda.
Dalam kisahnya, meskipun suaminya perwira, ia menggunakan pangkat tamtama sebagai tokoh utama laki-laki dan guru tentu saja sebagai tokoh utama perempuan. Pertemuan keduanya terjadi di kantor BPJS di mana si perempuan baru mengurus pendaftaran, sedangkan si lelaki melaporkan bahwa ayahnya telah meninggal sehingga ke depannya tidak perlu membayar lagi.
Apakah modelnya menggunakan Chandra seorang? Tentu tidak. Kartika mengamati dan mengingat bagaimana para anggota yang tamtama.
Ketika tengah melamunkan adegan selanjutnya, tiba-tiba ponsel Kartika berdering membuatnya terlonjak kaget ditambah puluhan pesan yang tertunda akhirnya masuk. Begitu melihat nama yang tertera adalah Chandra, segera ditekannya ikon penerima.
"Assalamu'alaikum, A, Semua sehat? Aa sehat?" tanyanya terdengar lega bukan main.
"Wa'alaikumussalam, alhamdulilah semua sehat, aku juga sehat tanpa kurang suatu apapun," jelas Chandra lembut. "Maaf ya akhir-akhir ini sibuk dan terkendala sinyal juga. Adek sehat?"
"Alhamdulillah sehat," jawab Kartika pendek. Ia terdiam sesaat lalu menghela napas berat.
"Lho, Adek kenapa? Adek sakit?" Segera saja Chandra merubah panggilan ke mode video call. "Adek sakit? Baby-nya baik-baik saja kan?" tanyanya cerewet dan penuh kekhawatiran.
Tiba-tiba saja Kartika sudah tidak bisa membendung perasaannya hingga cairan bening lolos dari kedua matanya. "Baby-nya baik alhamdulilah," terangnya dengan suara parau disela-sela menangisnya. "Akunya yang nggak baik."
"Eh, kenapa? Perlu ke rumah sakit? Aku hubungi seseorang atau ambulan ya?" berondong Chandra semakin panik.
Kartika menggeleng. "Nggak perlu. Aku cuma kesel Aa nggak bisa dihubungi!" sahut Kartika ketus.
Mendengar hal itu, Chandra terdiam seketika dan gantian ia yang menghela napas dalam. Ia istigfar beberapa kali agar tidak tersulut emosi. Pasalnya kondisinya sedang luar biasa capek mental dan fisik, berharap begitu bisa menghubungi istrinya semua akan terobati. Kemudian ia juga ingat bahwa istrinya tengah berbadan dua, sendirian pula sehingga perlahan mulai menyurutkan emosi negatifnya. Ia pikir istrinya uring-uringan akibat hormon kehamilan.
"Maaf ya, aku lagi sibuk sekali dan sinyalnya juga nakal. Ini mumpung di kota jadi bisa hubungi lagi," kata Chandra mengalah selembut mungkin.
"Hem. Nggak apa, alhamdulilah Aa baik-baik saja. Aku cuma ... Nggak tahulah, dari kapan hari ingin dengar suara Aa."
Chandra mengangguk dan menunggu hingga tangisan istrinya benar-benar mereda meski agak disayangkan karena sedikit membuang waktu keduanya yang berharga untuk ngobrol.
"Sudah lega?" tanyanya begitu melihat istrinya mulai tenang. "Sabar sebentar lagi ya?"
Kartika mengangguk. "Maaf."
Keduanya pun bertukar kabar dan Chandra terutama ingin mendengar perkembangan kandungan istrinya.
"Oh ya, aku nulis cerita berlatar militer. Boleh?" Kartika mengakhiri obrolan dengan permintaan.
Chandra terdiam sesaat. "Asal Adek hati-hati dan bisa bawa nama baik ya silahkan. Jangan mengekspos yang nggak boleh diekspos dan tulis sesuai aturan. Ingat, selain ada nama baikku yang harus Adek jaga juga instansi militer itu nyata. Silahkan berimajinasi tapi jangan kebablasan. Riset yang betul."
"Siap," jawab Kartika tegas dan lega.
_____________
🌹Waham, sumber www.rsjsoerojo.co.id dan KBBI
🌹Anencephaly adalah kondisi berbahaya yang menimpa bayi, di mana ia dilahirkan tanpa beberapa bagian otak dan tulang tengkorak. (www.alodokter.com)Assalamu'alaikum semua,
Yuhuuu apa kabar? Masih semangat kan? Jadi kemarin tuh aku nonton film Serigala Langit, ini film keren banget, wajib nonton pokoknya 👍🏽💃🏽💃🏽💃🏽Sidoarjo, 11-08-2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Kartika Chandra
General Fiction"Berarti aku bukan Melati Pagar Bangsa tapi Mawar Penghias Taman?" -Kartika 🌹🌹🌹 Kartika, penulis amatir di salah satu platform terkenal, sebelumnya tak mengenal dunia militer sama sekali. Genre tulisannya pun murni percintaan biasa. Suatu hari ia...