2. Apes

1 2 0
                                    

Rain menempelkan pelester pada luka terakhir Sagi.

"Jadi finalnya SP?" Rain meletakan kota P3K pada tempat semula

Sagi menunduk sedih."Hiks Uang jajan gue bakal momy potong selama setahun whaaa gue gak terima".

Krik krik krik

Semua orang di UKS diam,Cuman karna itu Sagi menagis? Mereka kira cewek itu menagis karna hal lain.

"Gue yakin jata gue yang 1 bulan 15jt bakal jadi 500k selama satu minggu hiks".

Semunya kembali bengong anak sultan gitu ya?

"Gue gak bisa nyalon, beli skincare, sopping, beli novel baru. Hwaaa dasar monyet sialan, kalo aja tuh si Laura  mau Damai uang jajan gue bakal aman."  Sagi mulai merengek bak anak kecil.

Ketujuh murid itu mengeleng melihat sikap kekanak-kanakan Sagita.

"Baju di koprasi habis." Lily masuk bergabung dengan kedelapan temanya.

"Tuh kan. Gue tuh selalu sial kalo punya masalah sama si Monyet whaa...Terus gue pake apa."

Hendri mendorong kening Sagi hingga cewek itu berhenti merengek.

"Lu bisa pake baju gue. Jangan manja kambing, jijik gue."

Sagi mencebik kesal, Hendri selalu bersikap menyebalkan.

"Terus nanti lu pake apa?" Sagi menatap Hendri yang mulai melepas seragam putihnya dan hanya menyisakan kaos hitam polos.

"Gue bolos hari ini. Sini baju lu." Cowok itu melempar bajunya ke arah Sagi.

"Buat apa?" Dia bertanya bingung

"Biar gue benerin kancing bajunya".

"Gak usah gue bisa beli yang baru".

"Gue tau lu kaya. Tapi gak usah boros".

Sagi kembali cemberut berteman dekat dengan Hendri seperti orang susah. Apa salahnya coba beli yang baru.

Dia lalu menagalkan seragam putihnya dan menyisakan T-strit yang melekat pas di badanya.

Semua cowok di sana menegak ludah mereka saat menjelajah mesum. Bodygols itu lah Sagi.

Mereka semua menatap lapar pada bukit kembar yang tercetak jelas bahkan ada yang menebak-nebak berapa ukuranya dalam fikiran.

Hendri megeram dia meraih baju putih Sagi kasar lalu melotot galak pada ke-4 temanya.

"Berhenti natap dia sebelum gue congkel mata lu semua pake cater".

Sontak mereka semua mengalikan pandangan dari Sagi.

"Lu juga cepet pake baju lu". Ucap Hendri geram

"Iya iya ini gue pake. Emosian banget". Sagi mengacing satu persatu kancing baju putihnya.

Lumayan, baju Hendri menegelamkan hampir hampir separuh rok abu abu yang ia kenakan.

Sagi lalu mengangkat sedikit baju itu,menarik ujung-ujunya lalu mengaitkan membentuk sebuah ikatan pita.

"Sempurna".

"Masukin". Suara itu kembali membuat murung Sagi.

Kok dia salah mulu ya di depan Hendri. "Gak mau bagus gini".

Hendri diam, Cowok itu baru sadar jika terlalu menuntut. Dia tak tahu jika hatinya begitu Arogan.

"Oke bubar".

Sagi Turun dari angkot dia sengaja pulang lebih awal dari jadwal pulang biasanya.

Jam menunjukan pukul 14:10 WIB Dan cewek itu kabur karna belum mendapat inspirasi untuk pertanyaan yang akan di ajukan saat ia pulang kerumah.

Gadis itu mengedap-endap dia bersembunyi di pilar lampu penerangan jalan.

Mengamati situasi di depan kompleks perumahan yang cukup terkenal.

Dia melihat pedagang mie ayam favorit nya cukup lengang, karna jujur dia malas mengantri.

Dalam hati Sagi berdoa agar rivalnya itu tak melihat jika ia ada di area komplek perumahannya.

"Boom!"

Duk!

"Shit". Sagi mengumpat karna tak memperhatikan jika dia menoleh dan membentur pilar itu.

"Ngapain lu ngupet di sini?"

Cowok itu memasuka tamgannga ke saku celana hitam dan menatap cool Sagi yang menatapnya segit

"Bukan urusan lu".

Dia mengangkat alisnya."Jangan bilang lu kangen sama gue. Lu nguntit gue ya?"

"Gak usah geer Cumi. Gue kesini buat beli mie Ayam langanan gue".

"Masa? Bilang aja lu kangen sama gue".

"Denger ya kalo bukan gara gara tukang Mie ayam langanan gue pindah tempat di depan kompleks perumahan lu gue juga ogah dateng kesini".

"Dari mana lu tau kalo gue tinggal disana?"

Sagi membatu dia merutuki dirinya sendiri sementara cowok itu tersenyum Devil.

"Ngapain lu senyum-senyum." Semprot Sagi kesal.

Dia mengakat bahunya."Suka-suka gue donk".

Sagi menginjak geram kaki kanan cowok itu lalu melangkah pergi mood nya untuk makan mie ayam dan mendapatkan inspirasi hilang sudah.

"Mau kemana lu".

Tak mau kalah cowok itu meraih pergelangan tangan Sagi dan memelintir menguci tangan cewek itu kebelakan.

"Anjir woi sakit lepasin gak".

"Gak sebelum lu minta maaf sama gue".

"Idih ogah lepasin atau gue teriak lu mau cabulin gue". Sagi terus merontah

"Teriak aja dan gue bakal lebih bikin sakit tangan lu".

"Bangke." Cowok itu menekan keras tanganya pada pergelangan tangan Sagi.

"Leo! Kalian berdua sedang apa?".

SAGITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang