11. Leon's Cafe

1 2 0
                                    

"Dengar ya Gita mulai hari ini mom cabut semua fasilitas kamu. Mobil motor dan juga semua kartu Atm dan kredit. mulai sekarang kamu pulang pergi harus naik angkut dan juga mom bakal offkan wifi di kamar kamu.Hukuman ini akan kamu jalani selama 3 bulan penun."

Sagi memasukan tangannya pada kardigan rajut yang ia kenakan. Masa ia, Sagi harus malam mingguan berjalan kaki tanpa arah pula.

Dia malas juga di rumah karna tak ada wifi dan Ponselnya belum ia isi kuota.

Kaki sagi berhenti pada Cafe favorit nya. Leon's cafe. Lampu tumbler yang menghiasi pingiran nama itu terlihat indah.

Sagi menerawang kedalam kaca terasparan cafe. Cukup ramai, matanya terpaku pada Leo.

Cowok itu terlihat begitu sempurna dengan Apron coklat dan senyum manisnya menyapa para pelangan.

Bahkan beberapa perempun memekik saat melihat Leo tersenyum.

"Sebegitu menariknya ya senyuman lu?" Gumam Sagi

Tanpa sadar Sagi mendorong pintu cafe dan membuat lonceng yang tergantung berbunyi.

"Selamat datang." sambut Leo dengan senyum hangat

Sagi duduk di tempat favorit nya. "Americano and." Sagi menghirup aroma Brownis yang baru saja keluar dari offen.

"Brownis keju."

"Oke. Please waiting, five minuts."

5 menit kemudian Leo kembali dengan pesanan Sagi.

"So. Apa yang buat lu dateng ke cafe gue malam hari." Leo menaruh kedua lengannya pada meja bar.

"Nothing. Gue cuman mau balikin mood gue." Sagi menyendok Brownis keju kemulutnya.

"Gima enak?"

"Enak. Gue gak tau kalo lu bisa buat disert."

"Gue ini cowok dengan multi kemampuan."

Sagi mengeleng mendengar Ke pedean Leo. "Pede banget lu."

"Faktanya."

"Iya in." Sagi kembali melahap Brownis itu.

"Ck,makanya yang bener tolol." Leo mengusap taburan keju yang mengotori bibir Sagi.

Cewek itu membatu. Jantungnya tiba-tiba saja betdetak kencang hingga seisi Cafe serasa bisa memdengarnya saat mata nya dan Leo saling berpaut dengan tatapan yang mengalir hingga masuk kedalam hati.

"Lu habis nangis?"

Sagi menarik wajahnya menjauh, dia mengalihkan pandangan nya dari Leo.

Dia berusaha keras untuk mengontrol degup jantungnya. Astaga Sagi merasa pipinya mulai memanas.

"Woi."

"Ishh apaan sih."

"Malah bengong lagi. Kenapa masalah lu sama teman lu belum kelar juga?"

"Gak papa kok. Gue cuman lagi kena hukuman aja."

Leo menganguk lalu duduk berhadapan dengan Sagi seperti beberapa waktu yang lalu.

"Lu kenapa duduk disini. Banyak pembeli tuh."

"Gus lebih tertarik sama pembeli di depan gue."

"Huek. Norak banget lu." Sagi memasang ekapresi mual.

Leo tersenyum miring. "Nih cewek unik juga." Batin Leo

"Ngapain lu senyum-senyum gitu. Jangan lu pikir karna sikap baik lu gue mau damai sama lu."

SAGITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang