11

5 2 0
                                    


"Tidak usah terlalu sedih hanya karena berbeda. Setiap orang berjalan dengan sepatunya masing-masing."

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.



Ruang kelas terasa lebih longgar saat jam istirahat. Para siswa biasa menghabiskan waktu di luar ruangan. Ada yang pergi ke kantin, ada juga siswa rajin yang pergi ke perpustakaan. Atau siswa yang malas bergerak dan memutuskan untuk tetap di dalam kelas.

Salah satu dari spesies manusia mager itu ada di bangku paling belakang. Tanganya menyilang di atas meja sebagai bantalan kepala.

Bruk! Sebuah kotak pensil terjatuh dari meja. Jundi yang tadinya sudah menuju alam mimpi, jadi terbangun mendengar suara itu.

"Emh...." Kedua mata Jundi terbuka perlahan, menyesuaikan cahaya di ruang kelas.

"Sorry." Suara gadis mengalihkan atensi Jundi, dia mengambil kotak pensilnya dari lantai.

Hanya sekejap setelah matanya bertemu dengan manik mata gadis itu yang ternyata Naomi. Selanjutnya suasana kikuk mengerubungi keduanya. Lupakan soal tidur siang. Jundi melek total. Dia hampir membuka mulutnya, ada yang ingin dia bicarakan dengan Naomi.

"Kenapa?"

Jundi tersentak karena Naomi menyadari gerak-geriknya.

"Itu ... Eeem." Baru putus beberapa minggu saja sudah membuat Jundi gugup berbicara dengan Naomi.

"Apa? Cepetan aku mau ke kantin!"

Bertepatan dengan Naomi yang sudah siap melanjutkan langkah, Deny—ketua kelas, memasuki ruangan sambil membawa setumpuk kertas. Dia menyuruh teman-temannya duduk sebentar, karena akan menjelaskan sesuatu.

"Langsung saja teman-teman. Sepertinya kalian sudah ingin pergi dari kelas. Jadi aku membawa angket terkait kuliah. Nanti aku bagikan dan dikumpulkan besok pagi."

Seperti biasa Dany langsung membagikan angket dari barisan depan sebelah kanan. Siswa yang telah menerima angket buru-buru membicarakannya dengan teman sebangkunya. Mereka antusias membahas tentang Universitas mana yang akan mereka pilih.

Melihat itu Jundi menghembuskan napas dalam-dalam. Benar juga, dia belum mempersiapkan tentang kuliah. Bekerja di restoran hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup Jundi. Sedangkan pergi ke perguruan tinggi adalah hal yang berbeda.

"Ini untuk kalian." ucap Dany kepada Naomi dan Jundi yang masih berada di tempat semula. Naomi belum jadi pergi, dia mengambil duduk di sebelah Jundi saat Dany masuk kelas.

Setelah menerima angket, Naomi melihat Jundi sekilas lalu pergi. Dia tidak ingin menimbulkan masalah dengan berlama-lama di dekat Jundi.

"Kau ini selalu lesu saat sekolah. Pergi sana ke kantin dan ambil makanan!" Dany meletakan angket di meja Jundi lalu berjalan menuju mejanya di depan.

AfterthoughtTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang