Bab 8 : Kehangatan

11 2 0
                                    

"Lewat senyumnya, dia seperti mengatakan bahwa dia merasa bahagia."

"Lo suka cerita bergenre apa, Mik?"

Saat mereka berdua--Kala dan Mika tengah menikmati waktu bedua ditempat duduk yang disediakan di perpustakaan.

Kala tak henti-hentinya berceloteh ria menceritakan banyaknya buku yang pernah dia baca dan Mika yang dengan setia menjadi pendengar yang baik.

"Gue suka cerita apapun yang penting orang yang bacain gue cerita itu juga suka. Gue gak pilih-pilih mau dengar cerita apapun, karena bagi gue dengan segala kekurangan ini gue beruntung ada mau bacain cerita buat gue,"jelas Mika.

Kala tersenyum dan mengangguk. "Nah, karena sekarang kita sudah menjadi teman mulai sekarang gue akan sering-sering bacain cerita buat lo. Lo mau, kan?"

Mika mengangguk semangat. Kapan lagi dia mendapat teman sebaik Kala. Padahal banyak orang yang menghindari dia karena kekurangannya. Tapi Kala datang seperti seorang pahlawan dan menawarkan untuk berteman. Mika beruntung telah dipertemukan dengan Kala.

Tanpa disadari ada orang lain yang memperhatikan keduanya. Dia ikut tersenyum melihat dua orang tersenyum bahagia. Dia adalah Galan.

Sebenarnya Galan sudah kembali ke perpustakaan sedari tadi, tapi dia tidak menemukan sang adek di tempat rak-rak buku. Pada akhirnya Galan menemukan Kala bersama seorang gadis cantik yang entah siapa.

Galan berjalan menghampiri kedua remaja tersebut.

"Gue cariin dari tadi ternyata di sini," celetuk Galan mengalihkan atensi Kala yang tengah tersenyum hangat menatap wajah Mika.

"Kak Galan? Sejak kapan lo di situ?" Kala mengernyit beran.

"Baru aja,"dustanya.

Galan melirik Mika yang masih terdiam di tempatnya. Kala yang paham segera memperkenalkan Mika kepada Galan.

"Kenalin, Kak. Ini Mika. Cewek kemaren yang gue ceritain waktu itu. Dan Mika, di sini ada Kakak gue, namanya Galan."

Galan mengulurkan tangan ke arah Mika. Mika yang tidak bisa melihat hanya diam tanpa membalas uluran tangan Galan.

Galan tersenyum maklum dan segera menarik tangan Mika untuk berkenalan.Awalnya Mika terkejut. Tapi dia tersenyum canggung ke arah Galan.

"Halo Kak Galan, nama aku Mika. Maaf ya Kak, aku memang buta jadi  tidak tahu jika Kak Galan mengulurkan tangan ke arahku," sesal Mika yang merasa tidak enak pada Galan.

Galan tersenyum meski Mika tidak mengetahuinya. "Salam kenal Mika. Gue Galan, Kakaknya Kala. Gak usah minta maaf ya....kamu gak salah, kok,"balas Galan masih dengan senyumannya.

Kala memutar bola mata malas. "Gak usah sok ramah lo," ledek Kala.

Galan yang mendengar ledekan Kala menjitak pelan kepala sang adek penuh sayang. Bisa-bisanya adeknya ini meledeknya di depan cewek, kan Galan juga punya rasa malu.

"Gue emang ramah tahu. Emangnya lo dingin kayak beruang kutub?"balas Galan tak mau malah.

Mika yang mendengar perbedatan kecil kakak beradik itu tersenyum. Mika bisa merasakan bila mereka saling menyayangi satu sama lain. Mungkin berdebat adalah salah-satu cara mengekspresikan rasa sayangnya.

Drrtt....

Drttt....

Drttt....

Mika yang mendengar ponselnya berbunyi segera mengangkatnya. Mika sudah cukup terampil dalam menggunakan alat komunikasi meskipun dia buta. Mika tidak ingin kekurangannya menjadi hambatan baginya untuk terus maju.

Setelah kurang lebih 10 menit dia berbicara dengan seseorang di ponsel. Mika segera memutuskan panggilan tersebut dan mencari keberadaan Kala.

Kala yang peka bertanya. "Kenapa, Mik?"

"Sorry ya, Kal. Kayaknya gue harus pulang sekarang. Mama tadi telpon dan nyuruh gue pulang sekarang. Gue baru sadar kalo udah pergi lama," ucap Mika.

"Gak masalah, kok. Mungkin next time kita bisa ketemu supaya gue bisa certain buku yang pernah gue baca," balas Kala. Mika mengangguk menyetujui saran Kala.

"Oke. Kalo gitu kita antar pulang, ya?"

"Gak us--"

"Gue maksa,"potong Kala. Mika hanya bisa menurut. Hitung-hitung supaya dia bisa menghabiskan sedikit waktu bersama Kala.

***

See you next time

Surabaya, 17 Januari 2021

GoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang