"Apa aku bisa tetsenyum jika ada sedih yang dia rasa, bagaimana aku bisa bahagia jika kebahagiaan ini telah memilih kamu."
Kala selalu berusaha terlihat baik-baik saja, meskipun waktu yang Tuhan berikan tidak selama manusia pada umumnya. Kala itu sangat ceria dengan wajah datar miliknya, seperti arti nama yang diberikan kedua orang tuanya yang berarti senang dan ceria.
Bagi Kala, bisa merasakan dunia seindah ini hingga sekarang, sungguh merupakan keajaiban yang besar.
Kala itu lemah, meskipun terlihat kuat dari luar. Dia seorang pembohong paling handal yang selalu berhasil menyembunyikan lukanya. Bagi Kala, melihat orang terdekatnya bersedih sama saja menggoreskan luka tak kasat mata di dadanya.
"Dek," Galan menoleh ke arah Kala yang hanya memandang kosong ke arah jendela.
Setelah pertengkaran kecil tadi yang membuat Kala menangis dan dirinya merasa bersalah, Galan enggan sedikitpun mengalihkan atensinya dari sang adek.
Ada rasa khawatir yang membelenggu perasaan Galan. Galan hanya takut sang adek memikirkan hal-hal berat. Terlebih kondisi Kala semakin hari semakin menurun, jantungnya mulai melemah tanpa semua orang sadari.
"Dek, sudah, dong. Jangan sedih lagi.... Hati gue jauh lebih sedih ngelihat wajah sedih lo," pinta Galan.
"Lo tahu apa, Kak tentang kesedihan yang gue rasakan?"
"Kok ngomongnya gitu? Gue ada salah ngomong, ya? Kalo gue Salah, tolong maafin gue, Dek. Jangan gini...."
Kala mengalihkan atensinya pada Galan yang menampilkan raut sedih.
"Kak, apapun yang terjadi lo harus janji sama gue. Lo harus relain gue pergi ketika semesta benar-benar meminta gue untuk pergi."
"Gue gak bisa, Dek. Kemanapun lo pergi gue akan ikut. Kalo gue gak bisa ikut, gue akan nahan supaya lo tetap ada di sini."
"Kak.... "
Galan menghentikan mobilnya di tempat sepi. Atensinya dia alihkan ke arah sang adek yang hanya diam menunduk.
"Dengerin gue. Anggap saja ini janji gue seumur hidup, gue janji akan dapatkan donor jantung buat lo. Itu janji gue, Dek. Lo percaya, kan?"
Kala hanya diam tanpa sedikitpun ingin membuka suaranya. Untuk pertama kalinya dia ragu akan ucapan Galan. Bukan tidak percaya ucapan sang Kakak, tapi untuk kali ini Kala merasa ada keraguan yang tidak bisa Galan ungkapkan.
"Gue tanya sekali lagi, Lo....percaya kan sama Kakak lo ini?" tanya Galan sekali lagi.
"Gue gak tahu,"jawab Kala.
"Lo ragu sama gue?" Galan tak menyangka sang adek meragukannya.
"Iya. Gue ragu, Kak. Gimana gue bisa percaya sama lo ketika Dokter sendiri merasa ragu? Gimana gue bisa percaya sama lo ketika penyakit ini selalu datang menyiksa gue? Seharusnya lo sadar,Kak sekeras apapun lo berusaha jika Tuhan sudah lebih dulu menggariskan takdir ini untuk gue,lo gak akan bisa merubah apapun,Kak."
"Seharusnya lo ngerti, Kak,"ucap Kala lirih.
"Apa gue harus kasih jantung gue buat lo?"
Kala terkekeh pelan akan ucapan Galan. "Lo lupa? Jantung lo bahkan gak cocok sama gue, Kak. Lagian.... Gue gak akan mau nerima jantung dari Kakak gue sendiri. Mendingan gue mati, dari pada hidup sendiri tanpa kehadiran Kakak sebaik lo," ucap Kala tulus.
"Lo berhak bahagia, Kak."tambah Kala seraya tersenyum ke arah Galan.
Galan berhambur memeluk sang adek dengan rasa haru, tetapi tanpa dipungkiri Galan juga merasa sedih disaat bersamaan.
"Bagaimana gue bisa bahagia bila kebahagiaan gue itu ada sama lo, Dek?"
***
See you next time
Surabaya, 19 Januari 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
RomanceKalandra Samudra, seorang pemuda tampan dengan penuh senyuman. Hidup penuh senyuman seolah semua terlihat baik-baik saja, tapi mereka tak pernah mengerti sakit yang kapan saja datang dan selalu ingin membuatnya menyerah. Tapi Kala bukanlah pemuda ya...