"Karena aku hanya memiliki hidup satu kali, maka dari itu aku ingin menggunakannya sebagai salah-satu kenangan di dalam cerita yang aku perankan."
Kala tengah menatap indahnya langit malam dari balkon kamarnya. Pemuda itu terus tersenyum manis seolah tengah melihat sebuah hadiah di depannya.
Hanya pada langit malam Kala bisa mengadu dan bercerita. Karena lewat diam dan tenangnya langit saat malam, mampu hantarkan rasa hangat meski itu sepi.
"Ma, Pa, Kala kangen sama kalian.... Kala pengen ketemu kalian, tapi Kala enggak tega tinggalin Kak Galan sendirian."
"Tuhan.... Jika engkau memberiku waktu begitu singkat untuk bertahan, hamba mohon....berilah sedikit lebih banyak waktu bersama dengan orang-orang yang hamba cintai...."
Air mata itu meluncur tanpa bisa Kala cegah. Katakan bahwa dia pemuda lemah, karena nyatanya Kala akan bersifat cengeng apabila itu menyangkut akan dia yang segera pergi meninggalkan dunia ini.
"Kenapa gue jadi cengeng gini, sih. Malu-maluin aja jadi cowok. Mika aja bisa sekuat itu dengan kekurangannya, kenapa gue enggak bisa?" Kala segera menghapus air mata di pipinya dengan cepat.
Tiba-tiba Kala teringat akan Mika. Pemuda itu segera mengambil ponselnya yang dia letakkan di atas nakas. Kala segera mengutak-atik ponselnya.
Senyum Kala merekah saat menemukan kontak yang dia beri nama "Mika" dalam ponselnya.
Kala baru saja ingin mengirimkan pesan kepada Mika, tapi dia lupa jika Mika tidak dapat melihat. Maka, dia putuskan untuk menelpon nomor Mika.
Halo..... Ini siapa?
Kala tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya saat suara Mika menyapa pendengarannya. Saking senangnya Kala tidak mau membuka suara, dia masih menikmati suara Mika yang entah kenapa menjadi candu untuk pendengarannya.
Kala masih ingin terus mendengarkan suara Mika, tapi dia sadar bahwa akan membuat Mika kesal dan hampir mematikan ponsel jika Kala tidak segera bersuara.
"Jangan ditutup dulu dong, Mik. Ini gue, Kala."
Kala? Ada apa malam-malam begini telpon gue?
Kala terkekeh pelan. "Kenapa? Gak boleh ya gue telpon lo malam-malam?"tanya Kala.
Bukan begitu.....biasanya kalo malam-malam begini pasti ada sesuatu yang ingin diceritakan. Kenapa? Ada masalah?
Kala terkejut. Ternyata Mika cukup peka akan sesuatu yang Kala rasakan. Bolehkan Kala berharap Mika akan mengerti dirinya. Memang Kala memiliki Galan yang selalu mengertinya, tapi Galan tidak bisa merasakan perasaannya karena dia tidak pernah mengalami. Tapi dengan Mika itu berbeda, karena mereka memiliki kekurangannya masing-masing.
"Gue.... Boleh cerita sama lo?" tanya Kala ragu.
Kala mendengar suara tawa yang terdengar merdu dari Mika.
Kenapa? Lo gak percaya sama gue? Lo bisa cerita apapun sama gue, Kal. Gue memang orang baru yang kebetulan ketemu lo, tapi gue tulus mau bantu lo saat lo butuh gue.
Ucapan Mika membuat Kala yakin bahwa Mika benar-benar tulus menjadi temannya. Meskipun perasaan Kala terhadap Mika tidak bisa dibohongi, tapi Kala bersyukur Mika mau menerimanya sebagai seorang teman.
"Mik, apa yang lo lakukan ketika lo ngerasa dunia ini gak adil?" tanya Kala.
Gue pernah merasakan itu, Kal. Dulu.... Gue pengen menyerah aja. Tapi.... Gue selalu ingat akan kedua orang tua gue.
Terdengar helaan napas dari seberang sana.
Kal, Tuhan punya alasan kasih gue kekurangan ini. Terlepas dari semua itu, kita sebagai umat manusia seharusnya bersyukur kan? Yang harus lo lakukan adalah bersyukur. Jangan nyerah sama keadaan. Orang yang cepat menyerah dengan keadaan menurut gue adalah orang cemen. Dan gue gak suka dengan orang seperti itu.
Kala tersenyum dan mengangguk, meskipun Mika tidak mengetahuinya. Kala senang karena akhirnya dia menemukan jawaban tersebut dari Mika. Galan bahkan tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Tapi Mika dengan cepat memahami dan memberikan jawaban yang selama ini Kala cari.
"Gue beruntung ketemu Lo, Mik."
***
See you next time
Surabaya, 22 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
RomanceKalandra Samudra, seorang pemuda tampan dengan penuh senyuman. Hidup penuh senyuman seolah semua terlihat baik-baik saja, tapi mereka tak pernah mengerti sakit yang kapan saja datang dan selalu ingin membuatnya menyerah. Tapi Kala bukanlah pemuda ya...