"Kita ini serupa, bukan? Terlihat sempurna dari luar, namun penuh kecacatan dari dalam."
Kala terus menatap wajah cantik di sampingnya. Entah mengapa dia tidak pernah bosan untuk melihat wajah gadis yang ditolongnya beberapa saat lalu.
Setelah kejadian menegangkan tadi, Kala memutuskan untuk membantu gadis itu. Ngomong- ngomong sedari tadi mereka hanya diam dan terlarut dalam pikiran masing-masing. Mereka bahkan belum mengenalkan nama masing-masing.
Kala yang merasa penasaran pemilik nama gadis cantik tersebut berusaha menyerukan tanya.
"Errr....nama lo siapa?" tanya Kala.
Gadis di sampingnya terlonjak pelan akan suara Kala yang tiba-tiba menyapa pendengarannya.
"Mika Cassandara. Itu nama gue," jawab gadis tersebut yang diketahui bernama Mika.
Kala tersenyum. "Nama yang cantik. Gue Kalandra Samudra. Lo bisa panggil gue Kala."
"Kala?" Mika mengulang nama Kala.
"Iya. Lo bisa panggil gue Kala," jawab Kala seraya tersenyum manis ke arah Mika, meskipun sang gadis tersebut tidak dapat mengetahui mimik wajah yang ditampilkannya saat ini.
"Nama lo keren. Dan lo juga baik sudah tolongin gue tadi. Btw....Makasih ya Kala," ucap Mika tulus.
Kala meremat dadanya kuat saat merasakan nyeri di jantungnya. Bukan rasa sakit seperti yang dia derita biasanya. Dia merasa ada getaran yang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata, yang pasti dia yakin bahwa dia tengah jatuh cinta.
Drrttt.....
Drrtt.....
Drrttt....
Kala tersentak pelan saat merasakan getaran ponsel di saku celananya. Dengan wajah paniknya dia segera mengambil ponsel tersebut.Nama Galan terpampang nyata dilayar ponselnya.
"Hall--"
[Lo dimana?]
Kala meringis pelan saat suara datar sang kakak menyapa pendengarannya. Kala yakin bahwa saat ini Galan sangat marah dengannya. Bagaimana tidak, dia barusaha melanggar perintah kakaknya untuk menetap di dalam mobil.
"Gue ada di halte, " jawab Kala.
[Halte mana? Telinga lo budeg atau gimana? Bukankah gue nyuruh lo buat stay di mobil ya tadi?]
Kala memutar bola mata malas. Kakaknya itu lebay sekali. Padahal dirinya pergi karena sebuah alasan. Tapi sang kakak memarahinya seolah dia baru saja kabur dari rumah selama satu minggu.
"Gue pergi karena nolongin orang, Kak. Lagian dekat kok sama mobil lo. Tinggal jalan sebentar langsung sampai. " Kala berusaha membela.
[Gue gak mau tahu. Sekarang lo cepat ke sini!]
"Iya. Nanti aku ke sana. "
[Sekarang Kalandra!]
"Ck! Gue masih sama teman gue, Kak. Teman gue lagi nunggu jemputan. Habis ini gue ke sana setelah teman gue dijemput."
[Gue gak mau tahu lo harus segera ke sini atau gue tinggal di sini, mau?]
"Terserah." Kala segera menutup ponselnya tanpa menghiraukan ancaman Galan.
Kala tahu kakaknya itu hanya sedang mengancamnya. Bagaimana mungkin dia tega meninggalkan adiknya untuk pulang. Bagi Galan, Kala itu segalanya untuknya.
"Lo bisa pergi sekarang. Gue gak papa sendirian di sini. " suara itu mengalihkan atensi Kala yang masih terfokus dengan ponselnya.
Dengan cepet dia menoleh ke arah Mika yang menatap lurus ke depan.
"Iya. Nanti gue akan pergi setelah Mama lo datang. Lo bilang Mama lo tadi sudah di jalan 'kan?"
"Tap--"
"Udah. Gak masalah kok. Tentang orang yang baru saja telpon gue itu Kakak gue. Namanya Galan. Dia itu overprotective banget sama gue. Gue kan cuma nemenin lo duduk di sini aja udah marah-marah gak jelas, " curhat Kala.
Mika terkekeh pelan akan curhatan hati Kala yang terdengar lucu. Padahal ini pertama kalinya mereka berjumpa, namun Mika merasa nyaman akan kehadiran Kala. Terlebih Kala memiliki sifat ramah dan lucu. Jarang sekali dia menemukan pemuda seperti itu.
"Jangan gitu, dong! Itu artinya kakak lo peduli," balas Mika.
"Iya, sih! Sesayang itu dia sama adek gantengnya ini." Mereka tertawa bersama. Menikmati kebersamaan menjelang malam.
Hingga waktu pun bergulir cepat saat mereka terpaksa harus berpisah, dikarenakan Mika harus segera pulang dan Kala harus kembali ke mobil dimana kakaknya menunggu.
"Sampai jumpa Kala. Gue harap semesta masih mengijinkan kita untuk bertemu. Lo harus janji saat kita ketemu nanti harus menyapa gue," ucap Mika.
Kala tersenyum dan mengangguk. "Gue janji akan sapa lo saat nanti kita kembali dipertemukan, " balasnya seraya tersenyum, bersamaan dengan kepergian Mika dari hadapannya.
"Gue harap gue masih diijinkan untuk bernapas lebih lama lagi. Supaya gue ada sedikit waktu untuk menciptakan sebuah kenangan, sebelum semesta memaksa gue untuk pergi." Gumam Kala dengan senyum mirisnya.
***
"Puas mainnya?"
Kala meringis pelan saat Galan melontarkan kata sinisnya.
"Katanya sebentar. Tapi ini sudah lebih dari satu jam. Lo sebenernya dari mana, sih? Kenapa suka banget bikin gue khawatir?" Galan mengelurkan semua kekesalannya pada Kala yang saat ini hanya bisa menunduk.
Kala akui dirinya salah karena membuat kakaknya marah. Tapi untuk kali ini saja pemuda itu hanya ingin mengikuti kata hatinya. Selama ini, kehidupan Kala hanya berjalan pada Rumah dan Rumah sakit. Dia ingin kebebasan. Apakah itu salah?
"Huft....Sorry, Kak. Gue salah. Tapi... Gue juga pengen kayak anak-anak lainnya yang bisa leluasa kemana saja tanpa kekangan. Gue bukan lagi anak kecil lagi yang butuh pengawasan."
Galan tersulut emosi mendengar ucapan dari Kala. "Tapi lo beda, Dek! Gue kasih lo batasan karena gue ingin menjaga lo. Gue cuma punya lo di dunia ini," ucap Galan.
Mendengar penuturan sang kakak membuat Kala merasa bersalah.
"K-kak--"
"Mending kita segera pulang. Di luar dingin. Dan itu tidak baik buat jantung lo." Galan segera memotong ucapan Kala sebelum pemuda itu mengungkap segala sesalnya. Pada akhirnya Kala hanya bisa mengangguk dan menuruti ucapan sang kakak.
"Maaf kak Galan.... " batin Kala menatap Galan yang sudah hilang di dalam mobil.
Sebenarnya Kala kenapa, sih? Ada yang kepo enggak?
Yang penasaran sama keadaan Kala nantikan kelanjutan dari "Gone" ya...😄
See you guys😚😚😚
Surabaya, 09 Januari 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
Gone
Любовные романыKalandra Samudra, seorang pemuda tampan dengan penuh senyuman. Hidup penuh senyuman seolah semua terlihat baik-baik saja, tapi mereka tak pernah mengerti sakit yang kapan saja datang dan selalu ingin membuatnya menyerah. Tapi Kala bukanlah pemuda ya...