☁️ t w e n t y : s e c r e t ? ☁️

4.4K 608 142
                                    

Happy reading!
ฅ^•ﻌ•^ฅ
Jangan lupa pencet bintang dan komen banyak-banyak
biar aku semangat nulisnya!
[ thankies。♡ ]

























































































"Kamu gapapa?"

Suara itu membuat kepalaku yang semula menunduk refleks terangkat.

Menatap seorang gadis kecil yang tengah menyamakan posisinya sepertiku yakni berjongkok di hadapanku.

Gadis itu menatapku bingung.

Entah karena menunggu jawaban dariku yang masih sibuk dengan senggukan yang tak kunjung berhenti,

atau karena melihat wajahku yang sudah tak karuan.

Masih dengan posisi yang sama, ia lalu mendekat hingga lutut kami bersentuhan, kemudian memelukku erat.

"My mommy said, a hug can make a person stop crying."

Tangan kecil itu mengusap punggungku pelan.

Perlakuannya tanpa sadar membuat kepalaku bersandar pada bahu kecilnya.

Usapan dan pelukannya bagai obat yang menyembuhkanku dari racun yang sebelumnya membuatku hancur.

Kami berada diposisi ini cukup lama.

Tak ada tanda-tanda darinya untuk melepaskan.

Jika boleh jujur, aku pun tak ingin itu terjadi.

Entah kenapa, aku merasa nyaman.

Aku tak tahu siapa gadis ini, karena ini pertama kali aku melihatnya.

Tapi tolong, biarkan seperti ini sebentar.

Pelukannya menenangkan.

Namun sepertinya, semesta berkata lain.

"Eum-"

"Kaki Chaeng.. kesemutan."








































Setelah hari itu, aku jadi lebih sering melihatnya.

Dia ternyata adalah putri dari pemilik rumah terbesar di perumahan ini.

Cukup aneh karena aku tak pernah mengira jika terdapat anak seusiaku yang tinggal disana.

Gadis ceria pemilik senyum termanis yang hanya bisa kulihat dari jauh dengan teropongku.

Dia dan seragam sekolahnya adalah kombinasi yang aku sukai, karena membuat tubuh gemuknya terlihat sangat imut.

Walau tinggal di perumahan yang sama, tidak membuatku berani untuk mendekatinya. Pengawal yang berada di sekelilingnya membuat nyaliku menciut.

Tanpa sadar, rutinitas sepulang sekolah yang semula hanya belajar, belajar dan belajar, kini berganti menjadi melihatnya, menikmati senyumannya, dan belajar.

Senyumnya membuatku ketagihan.

Tipe senyuman yang membuat orang lain ikut tersenyum.

Hingga suatu hari, entah kenapa tiba-tiba- senyuman itu menghilang.

Yang bisa kulihat hanya wajah sedihnya yang terus menunduk.

Kenapa dia tidak tersenyum?

ICE BOYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang