🏹X-Chap 2️⃣ : 𝐇𝐨𝐦𝐞𝐭𝐨𝐰𝐧🏹

6.4K 733 88
                                    

Tepat pada siang harinya, Hyunsuk dan Jihoon sampai di Busan. Hyunsuk merenggangkan tubuhnya dengan nyaman. Menghirup udara segar Busan yang masih terjaga dari polusi ibukota.

"Jihoon!" Seseorang meneriaki nama Jihoon. Seorang pria tua muncul dari dalam sebuah mobil yang terlihat antik.

Senyum Jihoon mengembang. Dengan hati-hati ia menggiring Hyunsuk menuju orang itu.

"Appa!" Tuan Park keluar dari dalam mobil. Ia memeluk putranya dengan erat.

"Ah, ini pasti Hyunsuk?" Tanya Tuan Park dengan semangat. Hyunsuk tersenyun malu dan menjabat tangan Tuan Park dengan sopan. Tuan Park mengelus lembut puncak kepala Hyunsuk.

"Benar kata Jihoon, kau memang manis." Pujian dari Tuan Park membuat pipi Hyunsuk memerah.

"A-ah, terimakasih Tuan Park..."

"Eits, panggil aku Appa! Masa calon manantuku tidak memanggilku Appa!"

"N-nee, Appa..." lanjut Hyunsuk gugup.

Tuan Park tersenyum hangat.

"Yasudah ayo kita pulang! Ibumu sudah menunggu dirumah. Ia masak besar! Hyunsuk harus mencicipi resep turun temurun dari restoran terkenal keluarga Park!" Dengan semangat Tuan Park berbicara. Hyunsuk terkekeh pelan dan mengangguk senang.

Tak butuh waktu lama untuk sampai ke kediaman Park.

Bangunan Kediaman Park kental akan unsur tradisionalnya. Rumah tradisional besar dan sangat luas. Hyunsuk berasa menonton drama korea tentang zaman dinasti.

"AAAA ANAKKU!" Dari arah dalam, sebuah suara diikuti langkah kaki berlari menuju mereka yang baru saja turun dari mobil.

Jihoon sudah siap-siap memeluk ibunya namun tubuh Nyonya Park melewati Jihoon begitu saja. Wanita itu memeluk tubuh Hyunsuk dengan erat.

"Bagaimana perjalananmu, sayang? Apa kau mabuk udara? Atau mabuk darat? Kau pasti lelah ya, ayo kita makan mie spesial yang sudah kubuat!" Dengan semangat 45 Nyonya Park membawa Hyunsuk masuk ke dalam kediaman Park.

Jihoon mengedip pelan lalu menggeleng. Ibunya memang jahat sekali. Jadi jangan heran dapat darimana sisi jahat Jihoon.

"Ayo duduk pelan-pelan di sini. Ah, maaf kami tidak punya kursi duduk karena semua yang berada di sini masih tradisional. Tapi jangan khawatir! Besok Appa akan membelikan kursi agar perutmu tidak sakit." Nyonya Park berceloteh. Membantu Hyunsuk untuk duduk di atas bantalan kecil.

Hyunsuk tersenyum hangat.

"Terimakasih, tapi aku masih bisa duduk sila, Nyonya-"

"Eomma, sayang. Panggil aku Eomma, nee?"

Hyunsuk malu-malu mengangguk.

"Nee, Eomma." Nyonya Park tersenyum senang mendengarnya.

"Ah, dimana makanannya?! Tunggu sebentar ya sayang, Eomma suruh orang-orang menyiapkan makanan hangat untukmu." Nyonya Park dengan semangat bangun dan berjalan keluar, meninggalkan Hyunsuk dan Jihoon berdua.

Hyunsuk masih tersenyum senang. Ia merasa sangat diterima di kediaman Park. Hyunsuk bersyukur, sangat bersyukur.

"Lihat kan? Keluargaku pasti menerimamu dengan sangat baik, Sukkie. Jadi, jangan khawatirkan tentang apapun, oke?" Hyunsuk mengangguk dan tersenyun senang.

"Oke!"

Selanjutnya Hyunsuk makan bersama keluarga besar Park. Suasana kekeluargaan yang masih amat kental menghangatkan hatinya.

Unwanted Mate

Jihoon menemani Hyunsuk melihat-lihat sekitar rumah. Mereka jalan-jalan di pagi hari. Ini hari kedua mereka menginap di Busan.

"Suasanannya nyaman sekali."

Jihoon mengusak gemas rambut Hyunsuk.

"Kau suka berada di sini?"

"Tentu saja! Siapa yang tidak suka? Ah, lihat perkebunan di sana! Di sana juga! Yaampun, sungainya bening sekali!" Hyunsuk berjalan kesana dan kemari. Jihoon meringis. Tangannya meraih pergelangan tangan Hyunsuk dan menariknya ke sisinya.

"Bisakah kau diam?"

"Tidak bisa!" Hyunsuk mengerucutkan bibirnya setelah menjawab pertanyaan Jihoon.

"Kasihan Junghwan, Hyunsuk." Jihoon merangkul tubuh Hyunsuk, tangan satunya mengusap lembut perut Hyunsuk yang sedikit membesar.

Hyunsuk diam. Setelah itu ia menoleh kearah Jihoon.

"Kalau seandainya anak kita bukan laki-laki, kita namai dia siapa?"

"Siti mungkin?"

"Ih Jihoon!" Hyunsuk mendorong-dorong tubuh Jihoon membuat yang didorong tertawa ngakak.

"Aku yakin anak kita laki-laki."

"Kalau tidak bagaimana?" Hyunsuk masih ngeyel. Jihoon berdecak dan menyubit pipi Hyunsuk.

"Kalau tidak ya kita namai dia Siti!"

"PARK JIHOOON!"

.

.

.

.

"Jadi, tanggal berapa upacara pernikahan kalian, Hoon?" Keluarga Park dan Hyunsuk tengah menikmati makan malam bersama.

"Rencananya sebelum musim dingin. Dua bulam lagi." Nyonya Park terlihat terkejut.

"Kenapa tidak sekarang? Aku kira kalian ingin menikah sekarang! Hyunsuk mau kan menikah sekarang?" Goda Nyonya Park kepada Hyunsuk.

"Ah, itu..."

"Tenang saja. Besok semuanya bisa kusiapkan!" Celetuk Tuan Park. Hyunsuk tambah pusing mendengarnya.

"A-aku ter-terserah Jihoon saja!" Balas Hyunsuk gelagapan. Jihoon mengulum bibirnya, menahan tawa.

"Yasudah, besok kita siapkan pernikahannya ya." Jihoon angkat bicara. Wajah Hyunsuk memerah.

"Ih Jihoon!"

Tawa pecah saat Hyunsuk merajuk seperti itu. Hyunsuk masih mengerucutkan bibirnya bahkan setelah tak ada lagi tawa yang terdengar.

"Oh iya, Eomma dan Appa harus datang sebelum hari tanggal pernikahannya. Hyunsuk ingin mengenalkan Eomma dan Appa dengan Eomma-Appa Hyunsuk," Hyunsuk berucap semangat. Nyonya Park tertawa melihatnya. Ia mengangguk dan tersenyum.

"Tentu saja!"

Setelah selesai makan malam, Hyunsuk dan Jihoon kembali ke kamar mereka. Beberapa hari kemudian mereka kembali ke Seoul untuk mempersiapkan acara pernikahan mereka.

.

.

.

.

Xcap continue.

🏹Unwanted Mate🏹

Heyo, long time no c!

Double update!

𝗨𝗻𝘄𝗮𝗻𝘁𝗲𝗱 𝗠𝗮𝘁𝗲 |hoonsuk| ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang