Hyunsuk berjalan pelan di koridor rumah sakit. Awalnya memang ia berlari, tapi karena menyadari badannya yang tiba-tiba lemas, ia terpaksa berjalan dengan sedikit terseok.
"Hah... kemana pria itu," gumamnya setengah sebal. Kaki polosnya bahkan sudah tak merasakan dinginnya lantai rumah sakit. Bodohnya Hyunsuk lupa memakai sandal.
Hyunsuk memiijakan kaki di belakang rumah sakit, terdapat taman yang indah di sana.
Hyunsuk meringis pelan merasakan kaki polosnya yang menginjak batu kasar. Namun ia kembali melanjutkan jalannya, menyusuri taman. Jihoon itu suka bunga, Hyunsuk yakin Jihoon ada di sini!
Matanya melebar menatap Jihoon di ujung taman, terduduk sambil menatap kearah bawah. Bahunya terlihat lemas. Hyunsuk tersenyum, tanpa sadar ia berlari menghampiri Jihoon.
"Pasien, Anda tidak apa?" Hyunsuk hampir saja terjatuh karena berlari, tak menyadari sebuah batu yang hampir menjatuhkannya.
Untungnya ada seorang dokter yang membantunya.
"Ah iya, maafkan aku," balas Hyunsuk pelan dan mencoba berdiri.
"Kakimu berdarah, dek. Saya antar ke dalam." Dokter itu meraih tangan Hyunsuk, menarik Hyunsuk pelan.
Hyunsuk menggeleng dan menepis tangan itu.
"Tidak, terimakasih, dokter. Aku ada urusan. Selamat tinggal." Hyunsuk kembali berjalan, kali ini dengan hati-hati.
Ia berdiri di hadapan Jihoon.
Jihoon yang sedang terbengon menatap ke bawah terkejut saat mendapati sebuah kaki berdiri di hadapannya. Jihoon mendongak, mendapatkan sosok Choi Hyunsuk berdiri di hadapannya.
"Dasar bodoh!" Hyunsuk menubruk tubuh Jihoon setelah menyumpah serapahi pria itu. Jihoon bingung, ia linglung.
Dalam hati berkata, ade apeni?
"Hyu–hyunsuk?" Jihoon membalas pelukan pria itu bingung.
Ia sih senang sekali di peluk seperti ini. Tapi bagaimana bisa Hyunsuk berada di sini?!
"Apa yang kau lakukan di sini?!" Jihoon mendorong tubuh pria itu, menatap wajah Hyunsuk yang kesakitan. Bola mata Jihoon melebar, tatapannya menurun kearah kaki Hyunsuk yang berdarah.
"Astaga! Choi Hyunsuk!" Jihoon berdiri dengan panik. Dengan tergesa mengangkat Hyunsuk di depan dadanya.
"YAK PARK JIHOON!" Hyunsuk terkejut, reflek berteriak. Dengan takut ia melingkarkan tangannya di leher Jihoon.
"Jangan berisik," ucap Jihoon sambil berlari tergesa. Hyunsuk diam. Lalu terkekeh pelan menatap wajah panik Jihoon.
"Santai saja," bisik Hyunsuk pelan. Lalu menenggelamkan wajahnya di dada Jihoon. Sesaat Jihoon menegang, lalu kembali berjalan dengan kaku.
Jihoon berjalan menuju ruang gawat darurat. Ia tak mau mengantar Hyunsuk ke kamarnya.
"Ah iya, letakan pasien di sini," ucap seorang dokter. Jihoon meletakan Hyunsuk di atas brangkar.
Hyunsuk melepaskan tangannya dari Jihoon. Ia beralih menatap dokter yang ingin mengobatinya.
"Hi, dokter!" Sapa Hyunsuk dengan polos. Dokter itu terkekeh.
"Sudah kubilang kau harus diobati, kan?" ucap Dokter itu sambil mempersiapkan kapas untuk membersihkan luka Hyunsuk.
Hyunsuk tertawa. Ia menatap dokter yang baru saja ia temui di taman tadi.
Wah, ganteng juga. Mana masih muda, pikir Hyunsuk dalam hati.
Mereka tak menyadari saja perubahan wajah Park Jihoon menjadi menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗨𝗻𝘄𝗮𝗻𝘁𝗲𝗱 𝗠𝗮𝘁𝗲 |hoonsuk| ✔
FanfictionBagaimana kalau jodoh atau soulmate mu adalah musuh mu sendiri? Kacau. Takut. Juga Cemas. Itu yang selalu berada di bayang-bayang Choi Hyunsuk. Menjadi Mate dari Park Jihoon bukanlah perkara yang mudah, apalagi mengingat mereka berdua memiliki masal...