Mission 02 pt. 2

44 6 0
                                    

Halo semuaa! Chapter 5 has been updated! Hopefully ga mengecewakan. Happy reading, lovely readers :)

note : hal-hal yang ada di cerita ini tidak untuk ditiru.

*******

Reina Dawson

"Bzztt... lapor, Inspektur. Lokasi sudah diamankan, Inspektur. Media tidak akan—hey, kalian siapa? Selain petugas kepolisian tidak boleh ada yang memasuki TKP." 

"Bzztt... ada apa?" ah rupanya petugas itu sedang bicara dengan Inspektur Arka menggunakan HT.

"Halo Inspektur Arka. Ini—"

"Halo tur! Lama nih ga ketemu. Sehat kan lo?" Sela Lexa. Dasar, seenaknya saja menyelaku.

"Bzztt... ah kalian? Biarkan mereka masuk. Itu Raven dan rekan-rekannya." Mendengar izin dari Inspektur Arka, petugas itu memperbolehkan kami masuk meskipun dengan sedikit keraguan. Aku tahu arti dari ekspresi wajahnya. Kami sudah terbiasa oleh itu. Pandangan dan ekspresi keraguan sekaligus tidak percaya. Hanya karena kami masih muda. Dan juga hanya karena kami perempuan.

Saat memasuki TKP alias rumah Pak Zidan, kami semua bingung. Rumahmu akan menggambarkan kepribadianmu. Tapi rumah Pak Zidan, benar-benar tidak menggambarkan seseorang yang sampai berniat melakukan perbuatan seperti itu. 

"Ah, halo Raven, Scallop, Dolphin, Pigeon, Squirrel. Lama tidak bertemu." Sapa Inspektur Arka padaku, Serena, Alicia, Launa, dan Lexa saat melihat kami yang kubalas dengan sapaan juga.

"Eh, si Inspektur kudu formal banget kek gitu?" Bisik Lexa pada kami.

"Hush, diem deh lo." Jawab Launa yang dibalas Lexa dengan cibiran.

"Hanya ada kita, Inspektur. Panggil nama saja." Ucapku dan dibalas dengan cengirannya. Aku paham mengapa ia seperti itu. Tujuannya untuk menjaga identitas kami. Salah satu hal yang membuat kami mempercayai identitas kami padanya.

"Keluarga korban dimana?" Tanya Serena. Itu juga hal yang ingin kami tanyakan sejak tadi.

"Ini rumah dinas beliau. Keluarga korban tidak tinggal disini. Mereka di luar kota." 

"Sudah dikabari?"

"Sedang dalam perjalanan. Kami membutuhkan mereka untuk keterangan lebih lanjut." Tujuannya? Baik keluarga dan kenalan dekat yang dimiliki oleh korban maupun pelaku, hanya merekalah yang dapat memberi tahu polisi mengenai kepribadian korban dan pelaku. Untuk memudahkan polisi mencari tahu alasan perbuatan yang dilakukan seseorang. 

"Apa yang kalian dapat saat memasuki rumah ini?" Tanya Inspektur Arka.

"Dapur beliau bersih, meskipun sibuk dan tinggal sendirian ia masih mencuci dan membuang yang menurutnya kotor. Entah karena terlalu sibuk hingga tidak sempat makan dirumah atau apa, tapi itu bersih." Jawab Alicia sambil memperhatikan sekitar.

"Kamar mandinya harum. Tidak lembab. Tidak kotor pertanda rutin dibersihkan. Juga pertanda bahwa sering digunakan. Beliau merawat dirinya dengan baik. Dari dua tempat tersebut tidak ada yang menujukkan bahwa korban mengalami depresi." Lanjutku yang dibalas anggukan oleh Inspektur Arka. Kami memang berkeliling sebentar tadi.

"Siapa yang ngelaporin, Tur?" Tanya Lexa.

"Tukang kebun yang bekerja pada korban. Laporan diterima subuh tadi. Karena itu aku meminta tolong padamu sepagi tadi, Reina." 

"Dimana?" 

"Ikuti aku." Inspektur Arka membawa kami ke suatu ruangan yang tidak jauh dari ruangan tempat ia bertemu kami tadi. Rumah dinas Pak Zidan tidak terlalu besar. Setidaknya untuk ukuran pejabat sepertinya. Begitu pula ruangan itu. Saat kami melihat mayat Pak Zidan, orang awam pun akan tahu bahwa beliau benar-benar melakukan bunuh diri. 

Tubuhnya tergantung di tengah ruangan. Dengan kursi tepat berada di bawah kakinya. Itu pasti pijakannya sebelum lehernya tergantung. Ruangan tempat ditemukannya tubuh korban berada di bagian belakang rumah. Terdapat meja kantor lengkap dengan dokumen-dokumen disana. Kursi yang digunakannya sebagai pijakan pun adalah kursi kantor. Lemari-lemari penuh dengan berkas. Ornamen-ornamen yang menghiasi ruangannya pun tidak sedikit. Dapat kusimpulkan bahwa Pak Zidan merupakan pengagum karya seni kaca. Tidak sedikit, tidak banyak juga namun aku tahu bahwa mereka berharga. Bahkan akupun akan nyaman apabila memiliki ruangan kerja seperti ini.

"Korban ditemukan kira-kira pada pukul 04.12 dini hari oleh tukang kebun yang bekerja pada korban." Ucap Inspektur Arka memulai 'presentasi'nya. "Pelapor sempat shock saat menemukan mayat korban. Beberapa saat kemudian, pelapor melaporkan kepada polisi. Kebetulan beberapa orang dari kepolisian sedang dalam perjalanan patroli dan berada di daerah yang tidak jauh dari rumah korban. Saat polisi sampai, mereka menemukan tubuh korban tergantung di tengah ruangan dan pelapor sedang duduk di dekat pintu dengan kondisi shock serta ketakutan."

"Kondisi ruangan saat polisi masuk?"

"Menurut kesaksian pelapor, kondisi awal ruangan ini gelap. Dan saat polisi masuk, lampu sudah menyala. Dinyalakan oleh pelapor, karena itulah pelapor dapat mengetahui kondisi korban."

Ruangan ini tergolong rapi. Tidak tampak adanya kerusuhan atau hal-hal semacamnya. Agak tidak lazim untuk dijadikan tempat bunuh diri. Sudah kubilang sebelumnya kan? Kebanyakan hal-hal yang berada di rumah ini sama sekali tidak menampakkan adanya tanda-tanda depresi. Apalagi korban masih memperkerjakan orang untuk membersihkan rumahnya.

"Ini foto-foto yang diambil oleh tim forensik." Ucap Inspektur Arka dan menyerahkannya pada kami. Foto-foto tersebut berisi gambaran kondisi korban saat ditemukan. Tubuhnya tergantung di tengah ruangan tepat di atas kursi kerja beliau.

Postur tubuhnya tidak memiliki perbedaan berarti dibandingkan dengan postur tubuh orang-orang gantung diri lainnya. Normal. Tali yang terikat di lehernya dengan ujung yang terpaut di kipas angin yang berada di atap tengah ruangan. Korban masih menggunakan pakaian formalnya yang berarti ia bunuh diri ditengah pekerjaan atau saat baru saja selesai bekerja.

Eh?

"Kenapa ada kipas angin di ruangan ber-AC?" Tanyaku. Aneh. AC saja sudah cukup kan? Lagipula seperti yang aku katakan tadi, ruangan ini tidak terlalu besar yng artinya tidak membutuhkan pendingin ruangan lebih dari biasanya.

"Benar juga. Korban nggak kuat panas?" Tanya Alicia.

"Tunggu, ini..." Tunjuk Launa. Kami semua melihat arah jarinya menunjuk. Di tangan kanan korban seperti memegang sesuatu. Itu... pena?

"Ada pena di tangan kanan korban?" Tanya Serena. Secara tidak langsung ditujukan kepada Inspektur Arka.

"Saat kami menyelidiki, kami menemukan ini terletak di atas meja kerja korban." Ujar Inspektur Arka sambil menyerahkan sesuatu pada kami. Saat aku melihatnya, aku tahu itu adalah kunci. Kunci yang akan sangat berguna nantinya.

Surat wasiat.

*******

jangan lupa buat voment semua ^3

aku bakalan berterima kasih banget nih kalo kalian mau kasi kritik dan saran. jadi jangan lupa buat meninggalkan jejak kaliandi setiap part ya:) karena itu bakalan berguna banget buat aku.

nantikan chapter selanjutnyaaa :"

Arcane||TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang