Mission 01 pt. 2

62 10 0
                                    

Hi everybody! Chapter 4 has been uploaded. So sorry for the slow update. Hopefully part ini ga mengecewakan. Enjoy yourself, lovely readers!

****

Lexa Eileen

Namaku Lexa Eileen. Lexa Agatha Eileen lebih tepatnya. Namun aku jarang-malah hampir tidak pernah-menggunakan atau menyebutkan nama tengahku itu, untuk suatu alasan tertentu. Kelas XII-IPS-7 di SMA Persada Global. Langganan dipanggil BK seperti yang sudah kukatakan sebelumnya. Mungkin kalian mengira aku cewek nakal karena langganan dipanggil BK. Tapi hey, bukankah kata orang kita harus menikmati masa muda kita? Itulah yang sedang kulakukan. Bersenang-senang.

Sebenarnya, dipanggil oleh Sang Ketua OSIS seperti ini bukan termasuk rutinitasku. Siapa yang mau berurusan dengan Reina Dawson? Meskipun aslinya dia baik, tapi dia mengerikan-sangat. Lebih baik dipanggil Kepsek daripada dipanggil dia. Bahkan guru-guru seperti si Jo bisa patuh padanya. Tapi itu memang sebanding dengan dedikasinya pada sekolah. Kuakui, sekolah ini menjadi benar-benar lebih baik semenjak dia menjabat menjadi Ketua OSIS SMA Persada Global. Mungkin dia adalah Ketua OSIS terbaik yang pernah dimiliki oleh sekolah ini. Kerjanya nyata, tidak banyak omong seperti ketua-ketua sebelumnya.

"Here you are, Lexa. Kita udah nungguin lo dari tadi." Ucap seseorang yang kuyakini dengan pasti adalah Reina sesaat setelah aku memasuki Ruang OSIS. Tunggu, dia bilang apa barusan?

"Kita? Siapa?" jawabku bingung.

"Halo, Lexa." Sahut seseorang yang familier untukku. Saat aku menoleh, kudapati wajahnya sedang menatapku sambil tersenyum. Shoot. Fix, hari ini adalah hari tersialku. Dia adalah Wakil Ketua OSIS, Serena Zagata. Memang dia tidak se-mengerikan Reina. Tapi, ayolah. Siapa yang mau disidang oleh ketua dan wakilnya sekaligus?

"Lo pada mau eksekusi gue? Lengkap banget pake Raja dan algojonya segala. Gue lagi ga bikin masalah serius kan?" ujarku parno. Astaga, dua orang ini auranya kuat banget, cuy.

"Gak usah lebay. Bukan cuma lo yang kita tunggu dari tadi." Sahut Reina. Gila, tuh orang kalau ngomong langsung jleb, dan juga, katanya bukan cuma aku?

Bertepatan dengan habisnya kalimat sarkas Reina tadi, pintu ruangan OSIS terbuka. Ada 2 gadis berpenampilan-sori-cupu memasuki ruangan. Oh, aku mengenali mereka. Tipikal murid pintar namun bisa dibilang tak kasat mata. "Halo, Reina tadi katanya mencari kami?" Ucap salah satu dari mereka.

Sungguh, kalau saja aku tidak mengenal mereka, bisa kupastikan aku akan tertipu dengan penampilan mereka. Dua gadis cupu dengan penampilan klise. Yang satu mengenakan kacamata namun terlihat sangat anggun, yang satu seperti berusaha menutupi kecantikannya dan berhasil dengan tampilan ala kutu bukunya. Alicia Norell si Gadis Kacamata, dan Launa Jordane si Kutu buku. Jangan tanya aku mengenal mereka dari mana. Itu tidak penting dibahas. Tapi ini aneh. Reina tidak pernah mengumpulkan kami seperti ini. Apalagi dengan setting latar tempat sekolah.

"Baiklah. Karena semua sudah berkumpul, akan gue mulai." Ucap Reina. "Sebelum kalian semua bertanya-tanya kenapa gue mengumpulkan kalian semua sepagi ini. Di sekolah. Gue jelasin dulu, gue nggak punya pilihan lain. Masalah ini tiba-tiba datang. Gue pun baru tahu tadi sebelum berangkat sekolah. Serta ternyata masalah ini lebih rumit dari gue kira. Karena itu gue mengumpulkan kalian semua di sini. Meskipun sedikit melanggar aturan yang sudah gue buat sendiri." Jelas Reina.

"Se-complicated dan urgent itu, Rei?" Tanya Serena. Wait, jadi si Wakil juga gatau?

"Iya." Jawab Reina lugas, padat, dan singkat. Satu kata itu berhasil sedikit menjelaskan situasi sekarang.

"Tadi pagi, Inspektur Arka ngasih tau gue lewat e-mail tentang kasus barunya dia. Beliau semacam konsultasi ke gue. Sekaligus meminta tolong." Jelas Reina.

"Inspektur Arka?" Tanya Alicia. Aku mengerti maksud pertanyaannya. Inspektur Arka kenal dekat dengan kami semua. Beliau adalah salah satu polisi paling cerdas yang mungkin pernah kutemui. Tidak secerdas aku, Reina, dan kami, tentu saja. Tapi kalau masalah jujur, aku jelas harus mengalah. Bukan berarti aku sering berbohong-meskipun sebenarnya iya-namun beliau adalah satu dari sedikit polisi zaman sekarang yang tahan dengan suap. Salah satu dari segelintir orang yang kami percayai untuk mengetahui 'identitas' kami. Meskipun aku membagus-baguskannya saat ini, jangan kaget dengan sikapku waktu bertemu dia. Soalnya dia sebenarnya 11-12 sama si Jo dan Alan. Annoying.

Setelah hal-hal tentang Inspektur Arka yang sudah jelas ku bagus-baguskan demi citranya, jujur saja, aku penasaran alasannya sampai menge-mail Reina pagi-pagi dan sanggup membuatnya melanggar aturannya sendiri.

"Iya. Ada kasus baru yang sedang beliau tangani. Kasus bunuh diri." Jawab Reina.

"Dan menurutnya itu bukan bunuh diri, melainkan pembunuhan?" tanyaku. Rasanya aku sudah bisa menebak jalur cerita ini.

"Iya." Sekali lagi, jawaban yang sedikit berhasil menggambarkan suasana keluar dari mulut Reina.

"Kalau begitu bukannya beliau nggak asing dengan itu, Rei? Itu bukan kasus yang sampai harus konsultasi ke lo kan? Apalagi sampai mengumpulkan kita gini." Tanya Serena. Pertanyaannya sekaligus mewakili pertanyaan kami semua yang berada di ruangan itu.

"Awalnya gue juga mengira kalau kasus ini nggak perlu se-urgent itu. Tapi Inspektur Arka bilang, kasus ini mungkin saja ada hubungannya dengan 'nya' juga dengan 'mereka'." Ujar Reina. Well, bukan cuma aku yang kaget dengan penuturan Reina barusan. Serena, Alicia, dan Launa jelas juga shock mendengarnya. Tidak, aku belum mengerti alur cerita ini sepenuhnya.

"Siapa yang tewas, Rei? "tanya Launa.

"Pak Zidan. Salah satu anggota dewan rakyat." Jawab Reina. God, orang itu. Ini berarti kasusnya tidak se-simple perkiraanku. "Inspektur bilang untuk membantunya menyelidiki kasus ini. Katanya tidak harus tuntas. Asal sudah bisa mendapatkan gambaran tentang permasalahan dan mungkin jika bisa motifnya. Berita kematiannya akan keluar nanti sore. Jadi, Inspektur secara tidak langsung meminta kita menyelesaikannya sebelum berita keluar. "Lanjutnya menjelaskan.

"Jika itu benar, ini berarti Inspektur Arka tidak bisa menyeledikinya sendirian." Kata Serena.

"Lo udah dapat rincian kasusnya?"

"Yep, meskipun nggak semua. Inspektur Arka akan menjelaskan dengan benar-benar rinci saat di TKP nanti. Ada beberapa hal penting tentang Pak Zidan yang katanya harus disampaikan secara langsung." Jelas Reina. Artinya informasi tersebut bersifat rahasia. Tidak bisa disampaikan lewat perantara. Itu adalah satu dari beberapa alasan mengapa Inspektur Arka adalah orang yang dapat dipercaya. Karena beliau juga tidak gampang memercayai apa pun dan siapa pun.

"Oke. Kita berangkat sekarang?" Tanya Alicia dan dibalas dengan anggukan oleh Reina.

"Tunggu, Alice, Rei. Itu artinya kita bolos sekolah dong?" tanyaku.

"Kenapa? Bukannya harusnya lo senang? "

"Gue sih kalo ditanya senang apa nggak, jelas senang dong. Tapi gue sudah biasa ngadepin si Jo kalo misal kita ketahuan bolos sekolah. Reina sama lo, Serena. Paling dikira apa gitu keperluan OSIS. Lah, mereka berdua?" Tunjukku pada Launa dan Alicia. Pertanyaanku normal, kan? Mereka berdua tidak sepertiku yang sudah menganggap Ruang BK sebagai rumah ketiga (yang kedua adalah kelas, tentu saja) maupun Reina dan Serena yang aktivis sekolah. Mereka lebih seperti 2 murid culun yang sangat-sangat tak kasat mata kecuali di mata guru yang kalau masalah absen langsung berubah menjadi mata elang.

Dan pertanyaanku yang sebenarnya normal itu, berubah menjadi seperti pertanyaan idiot setelah melihat senyum yang diperlihatkan Reina. Entah bagaimana, semua hal kecil yang dilakukan oleh dia seakan selalu dapat menjelaskan segalanya. Ah, kadang aku lupa bagaimana sifat asli dari sosok Reina Dawson.

****

So, guys. Gimana? Semoga nggak mengecewakan. Mungkin mulai beberapa chapter ke depan sudah mulai muncul beberapa konflik. Meskipun ngga terlalu banyak.

Feel free to give any advices or critics. Jangan pernah sungkan, karena itu bakalan bantu banyak banget agar aku bisa jadi better kedepannya :3

Don't forget to add Arcane to you library biar ngga ketinggalan kelanjutannya. Jangan lupa juga untuk vote Arcane biar aku bisa lebih semangat untuk nulis. Saranin ke kenalan juga untuk baca Arcane :) Nantikan chapter selanjutnya ya!! Have a nice day semuaaa :*

Arcane||TroubleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang