CH15: Her Ex Boyfriend

591 95 42
                                    

Aku tiba di rumah pukul satu dini hari. Setelah memastikan Suzy sampai di rumahnya tanpa gangguan apapun, aku menghidupkan laptop. Jisoo telah menungguku dari setengah jam yang lalu. Seperti yang ia ucapkan saat ditelepon tengah malam ia akan menagih agar aku menjelaskan dengan rinci tentang aku dan Suzy yang belum ia ketahui. Karna Jisoo telah membantuku menyelesaikan urusan ini aku tidak menolak. Menyetujui keinginan Jisoo yang ingi mendengar seluruh cerita malam ini. Aku juga ingin bertanya satu dua hal yang aku yakini Jisoo mengetahuinya.

"Sial mengapa kau lama sekali?" umpat Jisoo saat video call kami terhubung.

"Aku harus memastikan satu dua hal sebelum menghubungimu," jawabku santai.

"Katakan padaku apa yang terjadi padamu dan Suzy!"

Aku tersenyum tipis. "Dari sekian banyak perjalanan yang kita lalui bersama, pada kesempatan kali ini kau telah banyak membantuku, Jisoo. Aku sangat berterima kasih untuk itu. Kau membuatku sadar kalau aku memang jatuh cinta dengan partner kerjaku di Start Up dan hampir saja melewati kesempatan yang aku miliki."

"Setelah dua hari kau mendengarkan rekaman suaraku apa yang kau lakukan?"

"Aku mengiriminya bunga. Meminta maaf lewat asisten pribadiku. Sialnya bunga yang aku kirim diketahui oleh staf manajemen yang menangani PR stunt kami. Jadi, aku membuat keputusan singkat yang sangat berperanguh."

Jisoo tergelak. "Berpengaruh dengan menjadikannya milikmu setelah kau mencampakkannya?"

"Beruntungnya aku, Suzy memiliki hati seperti malaikat."

"Semoga kau membalas kebaikan hatinya dengan sungguh-sungguh, Joo Hyuk."

"Omong-omong, siapa saja mantan pacar Suzy?" Aku bertanya murni penasaran.

"HAHAHAHA! Kau bisa mencarinya di google, bodoh! Gunakan ponselmu untuk hal yang berguna sesekali."

"Kau tidak tahu siapa mantan pacarnya?" Mengabaikan ucapan Jisoo aku terus bertanya.

"Hm, ada dua orang yang aku tahu. Jika mendengar nama dua orang itu kau bisa saja insecure," jawab Jisoo sambil mengusap-usap dagunya.

Adrenalinku terpacu. "Siapa?"

"Kau sungguhan tidak tahu? Maksudku, dia Bae Suzy. Saat hubungannya dipublikasi semua orang tahu itu."

"Tidak semua orang. Buktinya aku tidak tahu." Aku menyangkal.

"Itu karena kau tidak mau tahu!"

"Beritahu aku siapa dua orang yang kau ketahui, Jisoo!"

"Lee Min Ho dan Lee Dong Wook."

Waktu seperti berhenti saat Jisoo menyembutkan dua nama aktor kondang tersebut. Pikiranku langsung melesat mengingat memori apapun yang aku ketahui mengenai dua nama itu. Dan berusaha semampuku untuk berpikir dari sudut pandang yang positif.

"Kenapa kau tampak kaget? Apa sekarang tiba-tiba kau jadi insecure?" tanya Jisoo.

Aku menggeleng. "Ini pertama kalinya Suzy berkencan dengan yang seumuran dengannya?"

"Aku tidak tahu. Hanya dua nama itu yang aku tahu pernah mempublikasikan hubungan mereka ke publik. Bersama Lee Dong Wook hubungannya hanya bertahan 4 bulan setelah publikasi. Lebih baik kau jangan mempublikasikan hubunganmu dengan Suzy. Aku takut setelah publikasi hubungan kalian, justru membuat hubungan kalian jadi retak."

"Lee Dong Wook...," aku bergumam pelan, "tahun berapa Suzy pacaran dengannya? Setahuku Lee Dong Wook sudah hampir 40 tahun."

"Ah, gap umur mereka memang sangat jauh. Mereka pacaran tahun 2018. Kenapa tiba-tiba kau bertanya soal mantan pacarnya? Sudah terlambat jika kau menanyakan hal itu sekarang. Kalian sudah jadian. Jangan hanya karna mantan pacarnya yang 'wah' kau jadi tidak percaya diri."

"Aku hanya ingin tahu saja."

"Sebatas ingin tahu cukup bagimu. Jangan jadikan mantan pacarnya sebagai standar kau harus sama seperti mereka. Jadilah dirimu sendiri."

Aku mengangguk kecil. Lantas bertanya.

"Apakah besok kau ada waktu untuk makan malam bersama?"

*****

Promosi terakhir Josee berakhir pukul lima sore. Usai wawancara aku mengecek ponsel. Jika dulu pesan dari Jisoo yang selalu berada paling atas dipemberitahuan ponselku, maka kini tidak lagi. Nama Suzy mulai menghiasi pemberitahuan paling atas sejak kemarin malam. Aku tersenyum tipis membaca pesan darinya.

"Kau tersenyum sendiri?" Han Ji Min memandangiku aneh.

"Aku sedang membaca pesan lucu," jawabku sekenanya.

"Tidak seperti dirimu yang biasanya."

Terlibat dua kali projek bersamanya, Han Ji Min bisa dibilang cukup mengenalku dengan baik. Jika tidak ada kamera wajahku hampir mirip seperti patung. Datar jarang memiliki ekspresi. Memeriksa ponsel di tempat kerja pun sangat jarang aku lakukan.

"Suasana hatiku sedang sangat baik hari ini. Libur akhir tahun menunggu, bukankah itu termasuk berita bagus?" Aku tersenyum.

"Joo Hyuk, ayo ganti pakaianmu dan bergegas pulang." Asisten pribadiku memanggil.

"Aku duluan. Selamat libur akhir tahun, Han Ji Min." Aku berdiri dan memeluknya singkat. Lantas bergegas menyusul asisten pribadiku ke ruang ganti. Ia memberiku satu setel pakaian tebal musim dingin. Sebelum memakai pakaian yang ia berikan, aku menatap asisten pribadiku cukup lama hingga ia menyadari itu. Sebelah alisnya terangkat.

"Siapa yang menyuruhmu memandangiku? Cepat ganti bajumu!" serunya sembari memandangiku galak.

"Aku ingin bertanya sesuatu."

Asisten pribadiku menghembuskan napas dengan kasar. "Cepat ganti bajumu lebh dulu. Aku tidak mau menjawabnya sebelum kau berganti baju."

Mendengar balasan darinya aku langsung melompat menuju bilik ganti. Tidak perlu waktu lama aku sudah selesai. Keluar menghampirinya lagi agar menata penampilanku.

"Apa yang ingin kau tanyakan?" tanya asisten pribadiku seraya tangannya bekerja membenarkan pakaianku yang terlihat kusut.

"Setelan ini cocok untuk makan malam?" aku berbisik di telinganya.

"Tergantung kau ingin makan malam bersama siapa. Jika hanya Jisoo, memakai koas omblong pun tidak masalah."

"Bersama keduanya."

Tangan asisten pribadiku berhenti bekerja. Ia menatapku dengan tatapan galak itu lagi.

"Kau ingin makan malam bersama dua orang sekaligus? Beraninya kau!"

"Hei, jangan salah paham. Maksudku aku ingin makan malam bersama Jisoo dan dia."

"Tetap saja orang gila mana yang merelakan makan malam pertama bersama seorang kekasih diganggu seorang teman?" Tangan asisten pribadiku kembali bekerja.

"Aku harus berterima kasih pada Jisoo itulah alasannya dia hadir," kataku pelan.

"Tidak bisakah menyiapkan waktu hanya untuk kalian berdua?"

Aku mengangkat bahu. "Entahlah aku rasa jauh lebih menyenangkan jika kami bertiga makan malam bersama."

"Dasar pria tua aneh!"

"Pakaian apa yang harus aku pakai?"

Asisten pribadiku tergelak. "Piyama pun tak masalah."

****

ANYONGHASEO YARABUNNNN!!!

Apa kabar semuanyaa? Dah lama banget sejak terakhir kali aku update kan yak😖 mianhae everyone. Today I'm back with a chapter.

Terima kasih banyak buat kalian yang udah baca ceritaku sampe sejauh ini. Terima kasih yang udah baca, vote, dan komen. Walaupun kadang aku sedih sih, jumlah yg baca ga sesuai gitu dengan yang vote😖 ayoklah silent readers tunjukkan diri kalian😖😭

But..., its okayy. Aku tetap senang. Kata sedih di atas cuma pura-pura aja HAHAHAA.

Life After Start Up PR StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang