CH09: Please, Don't Love Me

546 77 39
                                    

Warning: Pas aku nulis chapter ini, jujur, aku pengen banget nangis :") 

****

Aku mencengkram tangan kanan Suzy saat ia hendak mencapai pintu. Pergerakan itu amat cepat. Mengingat aku sempat menjadi patung hidup selama beberapa saat.

"Kau ingin pergi kemana?" Aku bertanya seraya menggapai tanggannya.

Suzy menyebutkan nama seseorang. Staf manajemen yang menangani PR stunt kami.

"Mengapa kau ingin menemuinya?"

"Ucapanku cukup jelas padamu, Nam Joo Hyuk! Biarkan aku menjadi obat penyembuh luka masa lalumu!" balasnya hampir berteriak, "lepaskan tanganku!" Kemudian ia memerintah dengan tengas.

Aku menggeleng sama tegas dengan balasannya barusan. "Tidak! Aku bahkan belum menyetujuinya. Kau tidak bisa mengambil keputusan sepihak!"

Alih-alih membalas perkataanku, Suzy menangis. Sembari tangannya yang aku cengkram memohon agar dilepaskan.

"Jika kau mau melindungiku dari sakit hati, patah hati, dan macam-macam penyakit hati lainnya, biarkan aku kali ini saja membalasmu," katanya terisak.

"Dengan menyetujui melakukan PR stunt bersamaku?"

Suzy menggeleng. "Tidak."

"Lalu?"

"Memberitahu mereka kalau aku menyukaimu."

Cengkraman tangan Suzy terlepas. Untuk kedua kalinya ucapan Suzy seperti petir yang menyambar tepat di hati. Saat aku berharap mata ini sanggup tidur beberapa jam saja, nyatanya hal itu menjadi imajinasi paling akhir yang dapat terwujud. Aku mundur satu langkah demi melihat wajah Suzy yang membengkak akibat menangis. Ya Tuhan. Gadis ini!

"Kau tidak menyadarinya?" Dalam tangis ia bertanya. 

"Kau—menyukaiku?"

"Ya."

Sempurna jantungku seperti berhenti berdetak. Jisoo..., aku sungguh memerlukan penjelasanmu sekarang!

*****

"Sial, kau mengetahuinya sejak kapan?!" Aku membalas marah pada Jisoo di telepon. Usai menahan Suzy di ruang meeting agar menungguku sebelum menemui staf manajemen yang menangani PR stunt kami, aku menelepon Jisoo. Menuntut penjelasan. Bedebah itu pasti mengetahuinya.

"Sejak lama," balasnya terlewat santai.

"Kenapa nada bicaramu seperti itu, ha? Kau bermain-main denganku sekarang?"

"Siapa yang bermain-main? Sejak awal bukankah kau yang bermain-main? Lari saat dimintai penjelasan, mengulur waktu, bahkan sekarang kau masih bergalak bodoh! Suzy sudah mengatakan perasaannya, Keparat! Cepat kau bantu dia menyelesaikan urusan ini!"

"Aku bertanya denganmu sejak kapan kau mengetahuinya?" Masa bodoh, aku mengulang pertanyaan awalku.

Jisoo tergelak. "Joo Hyuk, Joo Hyuk. Saat aku bertanya dan tidak mau kau jawab sambungan telepon langsung terputus begitu saja. Jika aku melakukan hal yang sama kau mau apa, ha?"

"Kau mengancamku?"

"Jelas iya. Keparat sepertimu harus diberi pelajaran agar tidak semena-mena tidak peka pada sekitar. Jika kau ingin tahu sejak kapan Suzy menyukaimu, tanyakan langsung saja padanya. Kalian sedang bertemu sekarang. Mengapa kau selalu mempersulit keadaan seperti ini?"

"Tinggal menjawab pertanyaaku apa susahnya?"

"Tentu saja susah karna kau bisa bertanya langsung pada Suzy. Ah, sudahlah. Aku ingin istirahat. Dua hari ini bukan hanya kau yang tidak tidur!" Dan sambungan terputus. Jisoo tidak bercanda dengan ucapannya.

Aku melemparkan ponselku ke dinding. Layarnya retak. Walaupun aku pungut kembali, lemparan itu tidak cukup mewakilkan rasa marahku. Aku bergegas menghampiri Suzy yang tengah menunggu. Ia masih di sana. Duduk memandangi langit malam dari jendela besar ruangan ini.

Suzy menyadari kedatanganku, menoleh. Mata sembabnya entah mengapa memunculkan rasa bersalah pada diriku sendiri. Beberapa kali melihat Suzy menangis di lokasi syuting akibat ulah Nam Do-san, kini aku harus melihat air mata itu akibat ulahku sendiri.

"Sejak kapan?" aku bertanya parau.

"Apanya yang sejak kapan?"

"Kau menyukaiku."

Suzy berdiri. Memposisikan tubuhnya sejajar denganku. "Sejak aku tahu alasanmu tidak ingin melakukan PR stunt bersamaku."

"Aku ingin kau menghapus rasa suka itu sebelum semakin jauh."

"Kau menyuruhku menghapus rasa sukaku padamu?"

Aku mengangguk tegas. "Ya. Aku berusaha semampuku untuk melindungimu—"

"Kenapa tidak menghargai sedikit perjuanganku?!" Suzy berteriak marah. Tidak. Ia kecewa.

"Apa yang harus aku hargai Suzy? Dari awal aku berusaha melindungimu agar tidak masuk dalam lingkaran setan itu! Kenapa kau ... berani-beraninya memasuki lingkar setan itu semaumu?!"

"Nam Joo Hyuk! ITU KARENA AKU MENYUKAIMU, TIDAK! AKU MENCINTAIMU!"

"KAU TIDAK BOLEH MENYUKAIKU DAN MENCINTAIKU!"

Bak dihipnotis, Suzy tidak mampu menyeimbangkan tubuhnya. Ia terhuyung hingga menyentuh dinding. Sebisa mungkin ia mencari pegangan. Tanganku tidak terulur. Tubuhku membeku melihat Suzy menjerit menahan tangis. Bahunya bergetar hebat, tatapannya berubah takut padaku.

"Jika kau—" ucapanku terputus.

"AKU TIDAK INGIN MENDENGARNYA! AKU TIDAK MAU MENDENGARNYA LAGI!" Suzy menjerit histeris lantas pergi meninggalkan ruangan meeting manajemen Soop.

Hatiku berusaha tegar melihatnya pergi. Menetap di sini tanpa harus mengejarnya. Lebih baik begini. Lebih baik begini. Aku memenangkan hatiku yang baru saja tertusuk belati tajam.

****

KYAAAAAAAA!!! AKU MINTA MAAF, AKU MINTA MAAF, AKU MINTA MAAF. 


Life After Start Up PR StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang