CH10: Unexpected Question

504 78 16
                                    

Setelah dirasa mampu berjalan kembali, aku meninggalkan ruang meeting. Memanggil asisten pribadiku agar langsung pulang. Di lobi manajemen Soop aku melihat Suzy saat keluar dari lift. Ia memakai kaca mata hitam, masker, dan mengenakan jaket tebal. Wajahnya tidak terlihat sama sekali. Namun, siapa pun yang melihatnya akan bingung mengapa ia menggunakan kaca mata hitam di malam hari.

Aku berusaha meneguhkan hati agar tidak mengejarnya. Beruntung sekali emosi dan tindakanku sekarang bekerja dengan baik. Mengerti satu sama lain yang seharusnya dilakukan.

"Ponselmu retak?" Asisten pribadiku menyadari hal yang amat ganjil. Aku tidak pernah merusak ponselku apalagi hingga membuatnya retak seperti sekarang.

"Aku bisa membeli yang baru," jawabku cuek.

"Ya, aku tahu kau bisa membeli ponsel baru kapan pun kau mau. Tetapi, hei, ini kau. Lecet sedikit saja tidak ada saat mengganti ponsel keluaran terbaru. Kau ada masalah?"

"Jangan mencampuri urusan pribadiku."

"Baiklah kalau begitu jangan merusak ponselmu lebih parah sebelum membeli yang baru. Aku selalu menghubungimu terkait hal penting dari benda kecil itu. Kau paham?"

"Ya." Aku menghela napas pendek.

Selama perjalanan pulang aku merasa ada sesuatu yang aneh. Memeriksa ponselku sekali lagi, pesan dan panggilan dari Jisoo tidak aku terima. Bukankah ini aneh? Menyaksikan kondisi Suzy setelah aku menolaknya tidak mungkin Jisoo tinggal diam. Saat aku memutuskan panggilan Suzy saja ia langsung bertindak detik itu juga.

Sekali lagi, bukankah ini aneh?

Melirik jam tanganku, malam masih terlalu dini bagi seorang Kim Ji-soo tidur. Sekali pun ia bilang ingin tidur, aku tidak mempercayai hal itu. Bagaimana mungkin ia bisa tidur sebelum mengetahui akhir dari pertemuanku dan Suzy.

"Istirahatlah, Joo Hyuk. Masih banyak pekerjaan yang harus kau kerjakan sebelum libur akhir tahun." Asisten pribadiku mengingatkan setibanya kami di depan rumahku.

Aku hanya mengangguk. Lantas turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah. Langkahku terhenti saat melihat Jisoo sedang duduk di teras. Perasaan aneh dan amat ganjil diperjalanan pulang terjawab. Jisoo tidak mungkin hanya diam saat mendengar kabar itu di telinganya.

"Aku tidak memiliki tenaga untuk memarahimu. Cepat buka pintunya. Aku ingin menumpang tidur." Jisoo berdiri.

"Lebih baik kau pulang saja. Tidur di rumahmu karna aku tidak menerima tamu."

"Kau mengusirku?"

Aku berjalan melewatinya. Membuka pintu rumahku. "Ya."

Pintu tertutup. Menghidupkan lampu ruang TV, aku terduduk di sana. Mengingat kembali—lebih tepatnya meratapi—kejadian tiga hari terakhir. Entah apa yang aku perbuat di masa lalu hingga masa kini memberikanku hukuman seperti ini. Keinginan terbesarku adalah melupakan sejenak permasalahanku bersama Suzy. Tidur jelas tidak bisa aku lakukan. Saat ini hanya ada satu cara. Alkohol.

Orang di luar sana bilang mabuk bisa membuat melupakan sejenak problematika dalam hidup. Aku sudah beberapa kali mencobanya. Minum dua hingga tiga botol dan tidak sadarkan diri. Cara yang sangat ampuh. Pikirku begitu.

Namun, sial beribu sial.

Minum sebanyak ini tidak bisa membuatku mabuk. Terdengar nyaris mustahil, tetapi itulah kenyataannya. Bayang-bayang Suzy justru memenuhi kepala. Tiap kata yang aku ucapkan padanya bergema seperti goa di dalam kepalaku.

"Sial!" Aku mengumpat. Mengapa harus sesulit ini?!

Kau masih ada di luar?

Ya, jika kau berkenan.

Life After Start Up PR StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang