CH13: Thanks to Jisoo, Again

551 77 30
                                    

Aku dan Suzy malam ini resmi pacaran.

Saling menunjukkan kasih sayang sekarang bukan waktu yang tepat. Ada satu hal penting lainnya yang membuatku membawa Suzy kemari. Ya, memberitahu pihak manajemen atau Dispatch akan membocorkannya ke publik pada tanggal 1 Januari. Sialnya, aku tidak menyadari kalau sekarang sudah akhir tahun. Beberapa hari lagi menuju pergantian tahun membuat perutku melilit. Memikirkan hal buruk yang mungkin saja bisa terjadi.

"Ada satu hal penting lainnya yang harus kita bicarakan," kataku mendorong Suzy agar terbangun pada masa kini yang jauh lebih rumit, "apa yang terbaik untuk sekarang?"

Suzy menghela napas. "Memberitahu manajemen menjadi pilihan terbaik. Aku tidak ingin publik mengetahui kalau kita pacaran."

"Ya, aku juga tidak ingin publik mengetahui kalau kita pacaran. Bagaimana caranya agar manajemen menyetujui untuk tidak mempublikasikan hubungan kita?"

"Kau khawatir manajemen justru mengambil kesempatan agar kita tetap melakukan PR stunt?"

"Salah satu kemungkinan terburuk yang aku khawatirkan saat ini."

Suzy memangkas jarak di antara kami. Dua tangannya berhenti di pipiku. Aku menatapnya bingung.

"Kau sedang apa?" tanyaku gugup.

"Menghilangkan kekhawatiran yang sedang kau alami," jawab Suzy pelan, "mengapa kau selalu menilai sesuatu dari sudut pandang yang buruk? Padahal saat ini kita sama-sama memiliki pilihan untuk menilai dari dua sudut pandang. Mengapa tidak mencoba memikirkan sisi yang lainnya?"

Wajahku sempat berpaling dari Suzy, tetapi ia sigap membawaku melihat ke arahnya lagi. Sekarang aku seperti melihat sosok Dalmi di dalam dirinya. Atau mungkin, kemiripan antara Suzy dan Dalmi hampir sembilan puluh persen. Pertama kalinya kami bekerja diprojek yang sama, aku belum mampu menyimpulkan lebih jauh.

"Aku pernah menilai sesuatu dari sudut pandang yang baik. Entah mengapa kenyataan tidak sesuai dengan penilaianku. Sejak saat itu, aku jarang menilai sesuatu dari sudut pandang yang baik kecuali, bersangkutan dengan ibu."

"Mulai sekarang kau harus mengubahnya. Ayo, bersamaku pikirkan sesuatu yang paling baik dari kemungkinan manajemen mengetahui hubungan kita."

"Contohnya?"

"Mereka akan mendukung dan tidak lagi meminta kita melakukan PR stunt."

Beberapa saat aku terdiam. "Aku bisa menerima poin pertama, tetapi tidak untuk yang kedua."

"Kenapa?" Suzy memindahkan tangannya melingkar di leherku.

"Terdengar tidak realistis karena bagiku mereka akan mengambil kesempatan. Bisa saja mereka merilis pesan resmi yang dikeluarkan oleh manajemen. Bagaimana dengan itu? Mereka mungkin terlihat sangat baik, peduli terhadap kita. Namun, jangan lupakan tujuan utama mereka. Profit."

"Aku masih saja heran mengapa kau bisa memiliki pikiran seburuk itu." Suzy melepaskan tangannya dari leherku. Ia berjalan mundur dua langkah, "selama ini kau juga mengalami sesuatu yang tidak menyenangkan dari manajemen?"

"Ini yang pertama bersama Soop."

Suzy mengangguk kecil. "Aku rasa kita perlu menghubungi seseorang agar pikiranmu bisa lebih terbuka dengan hal baik."

"Menghubungi siapa?" sahutku ingin tahu.

"Jisoo!"

Ah, benar sekali. Dalam kondisi seperti ini Jisoo bisa sangat diandalkan. Teori masa lalu, masa depan, dan masa kini yang ia bicarakan padaku—entah dari mana ia mengetahuinya—saat aku mencari tahu tentang tiga perputaran roda kehidupan itu bernama Mindfulness Theory. Sebelum itu, aku tidak pernah menganggap Jisoo lebih cerdas dariku. Namun, tampaknya sekarang aku harus mengakui Jisoo cerdas. Kendati demikian, fakta itu akan aku biarkan diriku sendiri yang mengetahuinya.

Aku mengeluarkan ponsel. Mencari kontak Jisoo dan meneleponnya. Pada panggilan ke lima ia menjawab. Jemariku mengaktifkan loud speaker agar Suzy bisa mendengar.

"Ada apa lagi? Aku masih syuting." Suara Jisoo terdengar amat frustasi.

"Tidak waktu untuk berbicara sebentar? Ini penting, Jisoo," balas Suzy.

"Suzy? Kau bersama Joo Hyuk?" Intonasi suara Jisoo berubah semangat, walaupun dengan nada yang pelan, "giliranku sebentar lagi. Bisakah kita tunda sebentar?"

"Tidak bisa. Kami memerlukanmu sekarang."

"Baiklah aku akan meminta izin sepuluh menit. Tunggu sebentar."

Dari teleponku terdengar samar-samar Jisoo berbicara dengan seseorang. Jika hanya aku yang meneleponnya saat sedang sibuk filming seperti sekarang, tidak sampai empat puluh detik sambungan telepon pasti langsung diputus. Ada Suzy bersamaku membuat Jisoo tertunduk patuh. Aku anggap itu sebagai nilai yang sangat bagus untuknya. Jika suatu saat nanti ia sedang dekat dengan seorang gadis, aku bisa membantu mengatakan hal ini pada gadis itu kelak.

"Waktu kalian hanya sepuluh menit. Ayo, cepat katakan ada apa?" Suara Jisoo terdengar kembali.

"Biar aku saja yang berbicara," ujarku mengambil alih speaker menjadi menghadap ke arahku, "bagaimana caranya menggunakan mindfulness theory saat berhadapan dengan orang asing?"

Suzy menatapku bingung. Begitu juga dengan suara Jisoo saat membalas perkataanku.

"Maksudmu?"

"Terkait masa lalu, masa depan, dan masa kini. Sekarang aku sedang berhadapan dengan masa kini yang tidak aku ketahui jalan pikirannya. Aku memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa saja terjadi, sementara Suzy memikirkan kemungkinan terbaik yang bisa saja terjadi. Jalan tengah apa yang harus kami ambil?"

"Ah, tentang itu. Kemungkinan terburuk apa yang kau pikirkan, Joo Hyuk?"

"Ketika manajemen mengetahui hubunganku dan Suzy, mereka akan mengambil kesempatan dari terungkapnya hubungan kami. Sebelum aku meneleponmu, mereka mengancam agar memberitahu mereka atau Dispatch yang akan membongkar hubungan kami pada tanggal 1 Januari."

"Kalian sudah pacaran? Bagaimana mungkin secepat ini?"

"Gunakan waktu sepuluh menitmu dengan baik, Jisoo." Aku memperingatinya.

"Hahaha! Baiklah Mr. Nam Joo Hyuk. Hm, aku bisa membaca polanya sekarang. Tidak ada agensi manapun yang ingin hubungan artis mereka terungkap oleh Dispatch. Di beberapa kasus, agensi bahkan membayar Dispatch agar tidak membongkar hubungan artis mereka ke publik. Sekalipun manajemen kalian berbicara seperti itu, aku rasa itu hanya ancaman biasa agar kalian mengaku dan mereka tidak mungkin melakukannya dengan sungguh-sungguh. Lebih menguntungkan jika mereka mengetahuinya dan menyimpan informasi itu rapat-rapat. Suatu saat nanti jika ada hal penting terkait kalian berdua—dalam artian yang positif—bisa digunakan untuk meningkatkan kembali popularitas yang mereka inginkan."

"Ah, aku setuju dengannya. Infomasi ini bisa saja disimpan selama bertahun-tahun untuk mendongkrak popularitas beberapa tahun ke depan," Suzy membalas.

"Hanya Joo Hyuk yang tidak mengerti kita sedang membicarakan apa, Suzy. Kau sudah dapat poin pentingnya. Aku rasa bisa mematikan panggilan ini. Dah, sampai jumpa tengah malam!" Jisoo mematikan panggilan.

"Kau tidak mengerti aku dan Jisoo sedang membicarakan apa?" Suzy mendelik curiga padaku.

Aku menghela napas. Menghindar bukanlah ide yang baik.

"Ada beberapa bagian yang tidak aku mengerti. Selebihnya aku paham."

"Keputusan ada di tanganku. Kita harus kembali sebelum mereka semakin curiga. Ayo." Suzy menarik tanganku. Tidak ada pilihan, aku mengikutinya kembali ke ruangan.

****

Life After Start Up PR StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang