CH03: First Step

639 78 6
                                    

Jisoo menghentikan pembicaraan kami karena ia harus mencuci piring dan panci kotor terlebih dahulu. Sekali pun dihadapkan dengan keadaan genting, Jisoo tetaplah Jisoo. Sahabatku yang terlalu santai hingga sulit membedakan Jisoo yang memiliki banyak masalah dengan Jisoo yang riang gembira. Sosoknya selalu sama. Kendati demikian, itulah yang aku suka darinya. Alih-alih bertanya panik, ia justru melakukan aktivitasnya seperti biasa.

"Aku selesai!" teriaknya dari dapur dan aku dengar langkah kakinya berjalan mendekat ke arahku, "hanya termenung saja dari tadi?" Wajah Jisoo terlihat kaget saat layar TV di depanku hitam tanpa warna-warni dari game online.

"Seperti yang kau lihat sekarang," balasku tak bersemangat.

Jisoo duduk di sebelahku sembari menghembuskan napas panjang.

"Baiklah, sepertinya masalah ini sangat serius sekali bagimu. Sebelum aku memberikan saran, jawab dulu pertanyaanku."

"Pertanyaan apa?"

"Kenapa kau ingin menolak PR stunt kali ini? Maksudku, empat tahun lalu kau menerimanya dengan suka rela tanpa berpikir. Mengapa sekarang kau justru sangat berat menerimanya? Bae Suzy memang bukan tipeku, tetapi saat diminta melakukan PR stunt dengannya, aku tidak akan menolak."

"Bukankah kau sendiri yang mengatakan beberapa saat yang lalu, jika aku tidak bisa melakukan PR stunt dengan sepenuh hati, akan berbahaya untukku?"

"Ya," Jiso mengangguk, "aku memang mengatakan demikian. Lantas ada yang salah dengan pertanyaanku hingga kau tidak bisa menjawab?"

Aku menggeleng, "Tidak. Tentu saja aku bisa menjawabnya."

"Katakan saja."

"Itu karena, aku..." ucapanku terputus, mengingat kembali kejadian empat tahun silam. Jisoo mengangkat alisnya, menuntutku melanjutkan kalimat. "Takut tidak bisa melakukannya dengan sepenuh hati." Lanjutku cepat.

"Dan memutuskan untuk menolak permintaan mereka?"

Aku mengangguk, "Ya. Delapan bulan bersama Suzy di lokasi syuting, kami sudah melewati banyak hal bersama. Bagiku, tidak ada alasan lain jika harus terus bersama dengannya. Kecuali, kami terlibat dalam satu projek bersama lagi—"

"Jadikan saja PR stunt sebagai projek barumu bersama dengan Bae Suzy." Potong Jisoo.

"Tidak semudah yang kau pikirkan, Kawan. Bagiku PR stunt tidak masuk dalam list pekerjaan. Pengalihan isu sama saja dengan berbohong secara masal pada publik dan penggemar. Dan pasti akan memberatkan aku di projek film lainnya. Lawan mainku tidak hanya Bae Suzy. Tidak ada yang spesial dari lawan mainku, semua aku perlakukan sama selayaknya pria kepada wanita."

"Kau benar."

"Lantas, aku harus apa sekarang?"

Aku membawa Jisoo kembali pada pertanyaan awalku. Pria itu menyisir rambutnya dengan jemari, lalu bersandar pada sofa.

"Karena aku sudah tahu alasanmu menolak PR stunt bersama Suzy, aku juga harus tahu apalagi yang memberatkanmu? Jika kau tidak mau, bukankah kau tinggal berkata jujur pada pihak manajemen?"

"Aku sudah melewati semua prosedur itu, Jisoo. Masalahnya sekarang ada pada Suzy. Gadis itu tidak pernah menolak permintaan manajemen. Sama saja hitungannya Suzy ada dipihak manajemen. Dan dia baru pertama kalinya terlibat PR stunt. Sangat memberatkanku jika kami berbeda suara. Aku harus bisa membuatnya berada dipihakku."

"Lalu apalagi yang kau tunggu? Kalian hanya perlu menghadap manajemen dan mengutarakannya dengan jujur saja."

Aku menggeleng, "Suzy tidak pernah menolak permintaan manajemen adalah poin pentingnya. Dia harus diajari dulu bagaimana caranya menolak manajemen."

Lantas hening. Jisoo terpaku menatapku tak percaya.

"Begitulah kenyataannya yang membuat posisiku semakin sulit," kataku memperjelas keadaan.

"Sudah berapa lama Suzy debut?"

"Aku tidak terlalu yakin berapa tahun, sejak dia umur delapan belas?"

Jisoo membuka Google. Menulis nama Bae Suzy di kolom pencarian.

"Kau salah! Suzy memulai debut saat ia berusia enam belas. Itu artinya sudah sembilan tahun dan tidak pernah menolak permintaan manajemen, apa dia percaya begitu saja dengan pihak manajemen?" Jisoo melemparkan ponsel, terlihat putus asa.

"Apa yang harus aku lakukan? Suzy meninta waktu satu minggu lebih lama untuk kami memutuskan perkara ini."

"Tidak ada cara lain. Kita harus memberikannya pembelajaran secara khusus menolak Soop Manajemen!"

"Aku memikirkan hal yang sama denganmu. Walaupun, masih terdengar sangat mustahil."

"Tidak ada cara lain lagi, Kawan." Jisoo menepuk-nepuk bahuku.

"Ya, kau benar." Aku tidak menyangkal. Memang hanya satu cara itu yang tersedia.

Setelah Jisoo puas menepuk bahuku, ia berdiri mengambil stik playstation di lemari. Melempar stik playstation padaku, sembari ia menghidupkan TV.

"Saatnya terlelap sejenak dari realita." Jisoo duduk di sebelahku, "setelah ini, aku bantu mengajari Suzy menolak permintaan manajemen."

"First step:..."

"Bermain game!" ucap kami bersamaan.

****

Update terakhir untuk minggu ini. Di minggu depan aku belum bisa pastikan bisa update atau enggak karena ada acara keluarga yang harus dihadari dan masih harus mengerjain UAS, plus ikut post test :') its alot things to do. Life After Start Up PR Stunt jadi pelarianku dari realita :") 

Terima kasih yang udah vote dan komen. I love you all so much <3 

Life After Start Up PR StuntTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang