Doyoung mengerjapkan matanya dan tiba-tiba merasakan pening yang sangat berat di kepalanya. Ditatapnya sekeliling ruangan yang mendominasi warna hitam tersebut, tak ada foto atau hal yang bisa dijadikan petunjuk. Ia baru menyadari bahwa sepertinya ia sedang di sekap, pintu yang terkunci bahkan jendela ruangan itu tebal dan kedap suara. Ia mamapah tubuhnya yang lunglai mendekati pintu dan menggedor beberapa kali. Dilihatnya dari jendela banyak pria berjas yang mengawasi di luar rumah, tampaknya tak mungkin bagi ia untuk kabur. Ia menarik nafas dalam dan mencoba mercerna situasi.
Klik …
Suara pintu terbuka, seseorang masuk. Kun. Doyoung mundur perlahan sampai tubuhnya menabrak tembok. Kun menatapnya dalam, melangkahkan kakinya hingga berjarak 3 jengkal.
“Pria seperti apa kau ini? Mengapa Jaehyun bisa menyukaimu?”
“Apa? Jaehyun…”
“Ini terdengar gila, dan dengan caraku ini semakin gila. Kim Doyoung, apa kau menyukai Jaehyun?”
“Tidak, dia bosku bagaimana mungkin aku….”
“Sayangnya aku tak peduli dengan jawabanmu. Yang ku butuhkan hanyalah Taeyong, aku harus balas dendam padanya. Dan Jaehyun harus menyingkirkan saingannya”
“Saingan apa maksudmu?
Kun melemparkan baju ke lantai, dan melenggang pergi. “Pakailah” ucap Kun sebelum keluar kamar.
Doyoung membisu melihat seseorang dengan kursi roda melaju melewatinya. Kemudian ia menyadari satu hal bahwa kemiripan Tuan Lee dari rambut, rahang keras, dan roda listrik mengingatkan ia pada serpihan mimpi buruknya. Tidak, jangan sekarang, gumamnya. Ia pening seketika. Seakan diseret kembali ke mimpinya yang telah usai.
Dari kejauhan Kun berlari menghampiri, menendang Tuan Lee sampai terjatuh tersungkur ke tanah. Kursi roda nya memutar terbanting. Suasana semakin menegang.
Taeyong yang menyaksikan itu semua cukup memejamkan mata, berharap ini akan berlalu dengan cepat. Kebencian kepada ayahnya cukup ia genggam sendiri, tapi tidak seperti ini. Taeyong menoleh pada Yuta, ia gemetar dan wajahnya lebam karena pukulan. Sedangkan Tuan Lee menahan nyeri di kakinya yang sekarang diinjak Kun.
Kursi roda…
Sungai…
Darah….
Doyoung seperti masuk labirin, ia terjebak di dalam mimpi buruknya. Ia dihadapkan dengan ego yang besar, disamping Tuan Lee adalah pembunuh kakakknya namun juga ia ayah dari Taeyong. Ia mengacak acak rambutnya, kesal mengapa ini terjadi padanya.
“Apa begini caramu membunuh?”
Kun memutar bola matanya, menatap lekat pada Taeyong yang bersuara
"Aku harus menikmati ini semua”
“Kau jelas berbeda denganku. Jika aku jadi kau, aku akan membunuh musuhku dengan cepat”
Kun menahan amarah, namun dihadang Jaehyun sebelum Kun menghampiri Taeyong. “Ia hanya menggertak” bisik Jaehyun “Lee Taeyong, bagaimana jika kau membuat pilihan untukku. Siapa yang harus ku bunuh terlebih dahulu? Anak buahmu atau ayahmu?”
“Apa kau sedang bertanya pada seniormu? Kau terlihat amatir, menyedihkan” Tawa Taeyong menggema
Satu tembakan mendarat di kaki Taeyong. Ia menahan nyeri, meringis kesakitan dan hampir berteriak. Disamping itu, Taeyong berhasil membaca watak mereka bertepatan dengan lepasnya tali yang menggulung tangannya
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooded [END]
Подростковая литератураTAEDO Ketika fakta-fakta yang menyebabkan luka dan darah itu terkumpul dan semakin meneguhkan kepercayaannya terhadap Doyoung, Taeyong mendapati dirinya justru semakin tidak kuasa menahan pesona sisi lain dari Doyoung Ini kutukan atau hadiah ? 🔞 ©...