Sinar matahari pagi masuk melalui jendela. Tempat tidur dingin. Kosong. Doyoung mengernyit kesakitan ketika menggerakan badannya. Kain kompresan jatuh dari jidatnya, dan ia baru menyadari luka yang ia dapatkan di bahunya dengan dibalut perban. Ditatapnya seisi ruangan yang tidak asing lagi baginya, ia terpapah keluar.
Taeyong yang mengenakan pakaian tadi malam, menatap kabut yang menguap di udara. Kain kemejanya terbentang dengan rapi di bahunya saat Taeyong bersandar di jendela . Satu tangannya memegang rokok filter yang masih menyala.
“Hey, kenapa kau selalu membawaku kemari?”
Taeyong mendapati Doyoung berjalan ke arahnya, mematikan puntung rokoknya ke asbak, “Bagaimana keadaanmu?”
Doyoung mengusap pelan bahunya yang masih terasa pedih, ia pikir robek dibahunya ini sangat dalam sampai menjalar keseluruh lengan kanannya, “ Ya, sudah baikan…kalau begitu aku pulang, terima kasih sudah mengobatiku”
“Tunggu, aku ingin memastikan sesuatu”, Taeyong melangkah sedikit, menghadang Doyoung pergi,“Apa yang kau katakan benar, jejak kaki itu...aku melihatnya. Tapi…..yang seharusnya terluka itu aku, orang itu mencariku?!”
Doyoung menelan salivanya,menatap Taeyong “Maka, kau beruntung”.
Taeyong hanya bergeming dengan memandang punggung Doyoung yang nampak menjauh.
Terakhir kali Taeyong meyakinkan dirinya bahwa Doyoung itu tak waras, semua insting Taeyong mengatakannya. Namun tidak tahu mengapa, ia juga ingin mempercayainya. Taeyong tidak melihat Doyoung terlibat dalam geng kapak, jadi apa kesimpulannya? Doyoung mengatakan yang sebenarnya.Telepon berdering dan Taeyong mengambil gagangnya sebelum dering kedua,
“Taeyong.."
“Hmm…”
“Kau membunuh lagi?”
Taeyong cekikikan menunjukan giginya yang rapi “Kenapa sepertinya kau terkejut? Kau bilang aku mewarisi darahmu, bukankah begini caranya ?”
“Habisi sampai akar, kau meninggalkan jejak. Brengseeeek!”
Rahang Taeyong mengeras, membanting gagang telepon, mematikannya....
Kamar Doyoung sangat aesthetic, Johnny memutuskan untuk merapikan botol parfum milik Doyoung, bahkan meletakan buku disebelah tempat tidur. Ia melihat meja tersebut dan memandang polaroid yang menampakkan dua orang saling merangkulkan tangan. Foto itu adalah gambar Doyoung dan Gongmyung, yang diambil beberapa tahun lalu. Senyuman keduanya sangat merekah, lalu dibelakangnya roller coaster yang naik turun.“Hyung, sedang apa?” Doyoung menghampiri sehabis berseka.
“Aku sedang lihat-lihat kamarmu... Doyoung, karena tanganmu terluka. Katakan saja jika kau ingin sesuatu”
KAMU SEDANG MEMBACA
Blooded [END]
Teen FictionTAEDO Ketika fakta-fakta yang menyebabkan luka dan darah itu terkumpul dan semakin meneguhkan kepercayaannya terhadap Doyoung, Taeyong mendapati dirinya justru semakin tidak kuasa menahan pesona sisi lain dari Doyoung Ini kutukan atau hadiah ? 🔞 ©...