6

1.6K 189 23
                                    






Manik keduanya bertemu ….

Beberapa orang mungkin menganggap Taeyong tampan, pikir Doyoung dengan enggan. Taeyong mempunyai daya tarik dengan tatapannya yang tajam. Wajahnya yang cukup kurus membuat Taeyong tampak menarik, bahkan scar dekat matanya juga menarik.

“Kau baik-baik saja?”

Doyoung mengerjapkan matanya, tersadar lawan bicaranya menatapnya sangat dekat. Doyoung mengangguk walau tangannya sedikit gemataran. Taeyong membantu Doyoung untuk berbaring di ranjang.

"Tidurlah, aku akan ada di sofa”.Titah Taeyong. Situasi ini sangat canggung, fuck. Tunggu, ini apartmentnya sendiri lalu untuk apa Doyoung canggung, bahkan dua pria lajang ini tidak melakukan apa-apa.

Taeyong menoleh, meyakinkan keadaan Doyoung sebelum ia keluar kamar. Dan cepat berpaling ketika Doyoung juga meliriknya. Taeyong menghempaskan dirinya di sofa, melipat tangan di dada. Mencerna peristiwa yang dialaminya saat ini. Mata sayu miliknya memerintahnya untuk tidur, namun pikirannya tidak. Bukankah sebuah wine sangatlah sempurna untuk diteguk saat ini, pikirnya. Maniknya kesana kemari mencari yang diinginkannya. Pasti seorang bartender seperti Doyoung menyimpan sebotol wine atau soju di alat pendingin.

Braakkkk….!!!

Sebuah laci terbanting keras saat Doyoung menutupnya. Ia seakan lupa bahunya masih terluka. Ia marah. Bukan terhadap pria yang menghampirinya saat ini, namun pada penglihatannya yang semakin menyiksa. Doyoung menggerakan tangannya yang lemas. Ya, penglihatan itu semakin nyata dan semakin acak. Jika ada pilihan, baiknya Doyoung masuk labirin saja daripada terjebak di mimpi yang sadis ini.

Air.....,

Teriakan Doyoung yang parau mengejutkan Taeyong disaat soju mulai membasahi tenggorokannya. Lalu Ia berlari dan mendapati Doyoung tengah membenamkan wajahnya di bantal dengan sedikit gemetaran, “Kim doyoung, ada apa denganmu?”. Melihat reaksi Doyoung yang ketakutan membuat Taeyong semakin kebingungan.

Apa dia sakit, pikirnya. Ah, tentu saja tidak. Doyoung memiliki penglihatan

Taeyong menggenggam tangan Doyoung, berusaha menenangkan.
Taeyong membaringkan tubuhnya disamping Doyoung, menyelimutinya dengan kedua tangannya. Taeyong memeluknya. 

“Tae…yong…….” Doyoung terbata.

Lee Taeyong, selama ini Doyoung hampir berhasil melawan ketakukannya sendirian. 3 tahun bukanlah waktu yang singkat untuk melupakan kejadian yang membuatnya trauma.

Tuhan, dibalik penglihatan yang kau berikan, mengapa kau sisipkan seseorang yang mengingatkannya pada Gongmyung

Air mata Doyoung membasahi baju Taeyong. Ia yang menyadarinya hanya bergeming, semakin mengeratkan pelukannya.

Perasaan apa yang menggerayangi pikiran Lee Taeyong. Jika sederet wanita bar telah menjadi mainan Taeyong, namun tidak untuk Doyoung. Ini sungguh sangat mengusik.

Taeyong melepaskan bajunya yang basah, hanya meninggalkan celana panjangnya yang tertutup selimut. lalu mengeratkan kembali pelukannya. Doyoung bisa saja menolak tindakan itu, namun sepertinya ia tak keberatan.

“Kim Doyoung, jangan khawatir” Suara Taeyong berbisik disaat raut wajahnya pun menunjukkan kegelisahan yang sama dan Doyoung sadar betapa dekat mereka sampai hidungnya beradu dengan leher Taeyong. aroma tubuhnya tercium. Doyoung menghela napas.

Hentikan Taeyong, sebelum kau melakukan sesuatu yang tidak dapat kau hentikan, Taeyong bergelut dengan pikirannya.

Ini gila, secara emosional berbahaya. Taeyong menelan salivanya dengan susah payah dan mata Doyoung melihat tenggorokan itu. Doyoung mendongkakan kepalanya dan dengan cepat Taeyong mencium bibirnya sebelum Doyoung menolak. Sambil menutup mata dan pikiran kalau dirinya menggoda Doyoung, Taeyong menyatukan lagi bibir keduanya. Doyoung merespons lumatan yang Taeyong berikan, sepenuhnya dilakukan balik oleh Doyoung.







Blooded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang