4

2.1K 232 11
                                    


Taeyong melemparkan kunci mobil ke atas meja, ia memijat lengannya pelan sembari menghamburkan tubuhnya ke sofa. Diliriknya seseorang yang berbaring di ranjangnya dari celah pintu yang terbuka. Seorang Lee Taeyong, membiarkan seseorang yang tak dikenalnya tidur di ranjangnya sendiri, ini membuat Taeyong bergeming kesekian kali, hanya berperang pada pikirannya yang ribut. Bahkan Yuta sekalipun tak ia izinkan. Taeyong membenamkan wajahnya pada bantal, ia tak menyukai rangkaian pikirannya saat ini.

Bulpoin,

jejak kaki,

Doyoung menggelengkan kepalanya yang bercucuran keringat. Namun matanya masih terpejam. Gelap. Rasa takut mengalir melalui darahnya. Napasnya tak beraturan. Tangannya tak mampu mencengkram apapun. Ia mengambil napas dalam, dan Doyoung tersadar. Hening. Ia mengerjap dengan matanya yang tampak sayu. Dengan perlahan Doyoung menuju pinggir tempat tidur, menatap seisi kamar yang tampak asing. Fokusnya teralihkan pada gambar marionette di dinding,

"Baik, akan saya antarkan"

Doyoung meraih gagang pintu dan membuka pintu kamar, ia mengerutkan dahinya mencoba mengenali suara yang ia dengar, langkahnya kini tertuju pada seorang pria berbadan besar yang sedang menggenggam telpon seluler. Mungkinkah dya yang membawa Doyoung kemari?

Pria berjaket kulit itu menyadari kehadiran Doyoung dibelakangnya. Ia menoleh, "Kau bisa pulang!".

Apa-apaan ini, terdengar sangat kasar. Doyoung semakin tak mengerti. "Baiklah, bagaimanapun terima kasih sudah menolongku".

"Boss ku yang membawamu kemari" tegasnya.

"Biarkan aku bertemu dengannya.........hanya untuk berterima kasih" Kekeh Doyoung.

Pria berjaket kulit itu terheran. Mungkin ragu karena keinginan Doyoung, namun akhirnya mengiyakan dan Doyoung mengekori. Maniknya kesana kemari mengamati dinding batu alam yang cantik, dan dekorasi yang sangat apik. Apartemen yang mewah.




 Apartemen yang mewah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Doyoung mendapati seseorang, matanya membulat "Apa yang kau lakukan disini?"

Taeyong mengangkat tubuhnya dari kolam renang ukuran olimpiade. Tiga kilometer. Air menetes dari badannya ketika mengambil handuk dari pengait di dinding, mengambil napas panjang. "Kau sudah sadar, pulanglah!".

Sementara Doyoung yang sesekali menunduk menghindari tatapan dari Taeyong. Ia masih ingat betul perkataan Taeyong di bar kemarin, terngiang. "Tunggu,kenapa aku ada disini......denganmu?" Tegas Doyoung

Taeyong menyeringai, "Kau pingsan, di jalan. Ingat?"

Doyoung yang telat menyadari mengangguk perlahan,mencermati perkataan Taeyong. lalu keduanya saling tatap."Tak usah bilang makasih, cepat pulang" Kekeh Taeyong

"Baiklah aku akan pergi secepatnya.......... Namun Jika kau tak berniat menolongku, mengapa tak tinggalkan saja aku sendirian di jalan? "

Taeyong mengerjap, maniknya mondar mandir mencari jawaban. "Aku tak tahu ...Kim Doyoung, tadi ketika di kamar.. aku mendengar kau mengigau ....jejak kaki...entahlah suaramu tak jelas. Apa kau sering begitu?"

Blooded [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang