Happy reading 💕
_______
Aldo bersiap siap untuk berangkat sekolah. Ia melakukan ritual seperti anak sekolah pada umumnya. Perasaan tidak enak sudah Aldo rasakan sejak bangun tidur tadi. Tetapi dirinya cuek dan tak memperdulikan perasaannya.
"Buk, Aldo berangkat ya." Aldo meraih tangan ibunya dan menciuminya lembut.
"Nggak di habiskan dulu Do sarapannya?"
"Udah mau telat ni buk." Aldo dengan cepat memasang sepatunya, dan melihat penampilannya sekali lagi di cermin. "Berangkat ya buk, assalamualaikum," teriak Aldo sambil mengeluarkan motornya di bagasi.
"Waalaikumsalam, hati hati Do." Indah melihat anaknya dari jendela sudah menjauh dari pandangannya.
Parkiran motor sudah dipenuhi dengan kendaraan siswa siswi lain. Alhasil Aldo memarkirkan motornya dibawah pohon yang tak jauh dari parkiran. Selain teduh, disini juga pasti aman karena tidak berdesakan dengan motor lain.
Aldo berjalan santai menuju kelas, tatapan mata siswa lain yang berbisik sambil menatap Aldo tidak enak. Awalnya Aldo cuek dengan itu, tetapi kenapa sepanjang perjalanan menuju kelas semua murid menatapnya tidak enak. "Pagi bree," sapa Aldo pada teman temannya.
Mereka saling tatap dan dengan cepat menjawab sapaan Aldo.
"Jangan tanya apa apa dulu," Niko berucap tanpa suara pada sahabat sahabatnya ini, dan mereka faham apa yang dimaksud.
Kringg
"Hahh," seru lega murid yang ada dikelas ini.
Bel istirahat berbunyi dengan merdunya, mengalahkan semua bunyi yang ada di semesta. Mereka berlima berjalan menuju kantin, tapi kali ini berbeda. Mereka menitik pusatkan perhatiannya pada Aldo. Hilan, Niko, Alfaz dan Roy hanya diam. Mereka menunggu respon Aldo yang tak kunjung tampak.
"Wah, murid baru aja udah jadi brandal!" salah satu murid cowok menyindir Aldo dengan tatapan mengejek.
"Ngomong sama siapa?!" tanya Aldo dengan raut datar.
"Nggak sadar ni ceritanya?!" murid itu mendekatkan mukanya pada Aldo dan menekan kata kata terakhirnya.
"Udah Do biarin." Alfaz menarik Aldo dan melanjutkan perjalanannya.
"Lain kali di jaga mulutnya bro, malu sama burungnya," ucap Roy sarkastik. Murid lain yang mendengar tertawa pelan karena ucapan Roy barusan. Siswa laki laki itu mendengus kesal sambil menatap kepergian Roy.
"Makan apa ya," ucap Niko setelah sampai dan duduk di kantin.
Banyak murid yang berbisik dan menatap mereka berlima. Ah, lebih tepatnya Aldo. Aldo masih tetap tidak tau apa yang telah dilakukannya, sehingga seisi sekolah membicarakannya terang terangan seperti ini.
"Ih itu ya, yang namanya Aldo," bisik salah satu murid dengan menatap Aldo.
Aldo yang tetap mendengar walau mereka berbisik menghampiri dua wanita tersebut. Membuat siswi itu terkejut, nyali untuk bergosip tiba tiba hilang setelah Aldo menghampirinya.
"Ada apa, katakan!" Aldo menatap dua wanita ini dengan tajam.
Murid wanita itu gelapan, "T-tidak ada," jawab salah satunya.
"ADA APA!" bentak Aldo. Kali ini kesabarannya benar benar habis. Ia muak setengah hari penuh diperlakukan seperti penjahat.
Seisi kantin sudah menatap Aldo dan dua gadis itu. Termasuk Xiyora dan Sanu.
"Ada rumor kalau kamu membiarkan gadis terkunci di dalam perpustakaan, padahal kau melihatnya," ucap gadis itu sambil berpegangan satu sama lain. Dua gadis itu pergi setelah mengatakannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Im Not Cry (HIATUS)
Teen FictionUntuk sementara, 'IM Not Cry' saya stop dulu karena mau fokus nyelesain 'A Glimpse Of Us'. Secepatnya, saya usahakan akan kembali melanjutkan cerita ini^^ "kamu bisa bercerita padaku tanpa menyembunyikan semua apa yang kau rasakan. Kamu tidak sendir...