3 || Paus Biru

58 20 3
                                    

Jangan lupa bintangnya 🌟💛

Hari ini hari terakhir MOS setelah melewati rentetan acara. Dan pembagian kelas yang sebenarnya akan di bagikan nanti. Xiyora sedikit takut dan merasa sedikit lelah untuk beradaptasi kembali.

Untuk menerima Sanu sebagai teman, aku saja masih ragu. Xiyora membatin dan melamun di atas kursinya, melihat kakak osis itu mengucapkan mantra selamat tinggalnya. Dan semua bertepuk tangan setelah kakak itu bicara.

Semua murid pun keluar untuk mencari kelasnya masing masing untuk di tempati. Xiyora berjalan menuju mading untuk melihat kelasnya dimana tetapi Sanu mencekal tangan Xiyora. Sontak Xiyora menoleh kebelakang.

"Semoga kita sekelas!" Sanu berkata dengan yakin dan tersenyum lalu berlari kecil meninggalkan Xiyora yang tidak meresponnya. Seminggu Sanu bersama Xiyora, Sanu bisa menebak karakter Xiyora yang pendiam, cuek, jarang senyum dan hampir tidak pernah senyum.

"x-4," ucap Xiyora.

"Nah!! kita sekelas...," Sanu berkata sambil setengah berteriak dan memeluk Xiyora dengan melompat lompat kecil. "ok, lu bakalan kagak ngerespon gue. Jadi mendingan kita cari kelasnya." Sanu berjalan sambil menggenggam tangan Xiyora.

Memang kenapa kalau tidak sekelas atau sekelas? batin Xiyora heran. Dan menoleh pada tangannya yang di genggam erat oleh Sanu. Xiyora teringat dengan genggaman ini, menggenggam tangannya dengan erat seolah olah takut kehilangan.

"kak Tiar!?"

Sanu berhenti dan menoleh ke sekelilingnya, mencari nama yang di sebut temannya tapi nihil. Xiyora malah melihat genggaman tangannya.

"Tiar siapa?" tanya Sanu penasaran. Tatapi yang Sanu dapat bukan jawaban melainkan mata Xiyora yang tergenang air mata siap untuk turun. Dan itu refleks menarik Xiyora menuju kamar mandi.

"Lu kenapa? cerita sama gue," ucap Sanu khawatir menatap Xiyora dengan lekat. Tapi lagi lagi Xiyora tidak menjawabnya dan hanya menatap balik Sanu dengan sendu. "Lu cerita sama gue, jangan diem aja. Kalo lu diem mana gue tahu apa yang lu alami." Sanu menggenggam bahu Xiyora lembut lalu memeluknya. Sanu melepas pelukannya, dan menatap Xiyora yang tidak menangis. Matanya juga sudah kembali dan tidak semerah tadi.

"Ti... ti... ar i-itu." Xiyora menelan ludahnya dengan gusar. Pasalnya ia baru pertama kali menceritakan tentang kakaknya pada seseorang pada orang yang baru ia kenal beberapa hari ini. Tetapi entah kenapa Xiyora tidak merasa keberatan untuk bercerita.

"Kakak lelakiku."

"Lalu kenapa?" tanya Sanu penasaran. "Dan kenapa tadi melihat genggaman gue ke lu kayak lu seolah olah suka gua." Sanu bergidik ngeri lalu tertawa kecil.

Xiyora yakin Sanu salah mengartikan kejadian tadi.  "Dia sudah meninggal. Dan soal genggaman itu, rasanya sama seperti genggaman kak Tiar. Dan kak Tiar––." Xiyora tersadar dan menghentikan ucapannya.

"Dan kak Tiar apa?" ulang Sanu.

"Ayo kita cari kelas kita." Xiyora berjalan meninggalkan Sanu yang terlihat kesal karena Xiyora menggantungkan ceritanya.

"Ihhhhh lu nggak asik Ra, sebel gue," ucap Sanu setelah sampai di sebelah Xiyora, dan langsung berjalan cepat meninggalkan Xiyora.

Xiyora hanya tersenyum tipis melihat tingkah Sanu yang menurutnya lucu. Belum saatnya aku cerita ke kamu San, aku hanya belum yakin. Mungkin suatu saat atau kapan.

_________

Xiyora dan Sanu sudah menemukan kelas mereka. Dan kelas pertama hanya pembagian jadwal dan perekanalan wali kelas dengan murid. Xiyora mulai bosan, karena Sanu terlihat masih sebal. Walau duduk di sampingnya Sanu tidak mengajak Xiyora berbicara sama sekali.

Tring.......

"Sekian dari bapak, untuk kali ini kalian boleh istirahat. Dan jangan lupa besok kalian sudah aktif KBM."

"Ayok kita ke kantin," ucap Sanu sambil menggenggam tangan Xiyora.

"Ha?" Xiyora kebingungan. Bukannya saat ini Sanu sedang marah dengannya. Tapi kenapa hanya beberapa jam saja.

"Oh gue paham, pasti lu mikirnya gue marah sama lu kan." Sanu berbicara sambil menunjuk Xiyora. "Tenang aja, gue nggak marah, tadi diem aja karena gue lagi sakit perut efek haid. Memang gue anak kecil apa cuman kayak begitu marah." Sanu tertawa.

Xiyora yang mendengarnya lega, ternyata Sanu tidak marah dengannya. Dan bodohnya Xiyora tahu kalau tadi muka Sanu sempat pucat saat pembelajaran. Tapi Xiyora berfikir itu efek Sanu marah dengannya hingga pucat.

"Udah ah ayo ke kantin, gue laper banget nih." Sanu berjalan dan di ikuti Xiyora di sampingnya.

_______

Tbc


Jangan lupa like dan komen guys. love you all.
💛🌟

Im Not Cry (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang