Apa salahnya like dulu sebelum baca💛
Hilan diam menikmati permainan dari kakak OSIS itu. Ya, sekarang adalah masa orientasi siswa atau bisa disebut MOS.
Membosankan, Hilan melipat kedua tangannya untuk menjadikan bantal untuk kepalanya. Hilan tiba tiba teringat gadis itu. Gadis itu pucat, kurus, pendek. Tidak cantik juga tidak lucu tapi sempurna. Hilan tersenyum dan tanpa sadar kakak yang membimbing jalannya MOS memanggil namanya.
"Hei... Kamu, siapa namanya?!" teriak salah satu kakak pembimbing MOS, sambil menunjuk Hilan yang melamun.
Hilan yang sadar dirinya ditunjuk langsung tersenyum tidak bersalah. "Tadi kakak bilang apa?" tanya Hilan dengan santainya.
"Kamu ngapain ngelamun!! Ayo ulang lagi apa saja sebentar lagi kegiatan MOS!!" Kakak wanita itu menggeram sambil emosi.
Hilan maju sesuai perintah tadi. Semua murid melihatnya heran dan sedikit geli karena Hilan seperti tidak memiliki salah.
"Ekhm." tenggorokan Hilan sedikit gatal, dan ia menarik nafas. "Kegiatan kita sebentar lagi." Hilan menjeda kata katanya. "Pulang dan akhiri acara MOS ini!! Yuhu...." Hilan mengepalkan tangannya dan menghempaskan ke udara. Seperti gerakan orang menang lomba.
Dan semua murid kaget bukan main karena perbuatan Hilan. Ekspresi kakak pembina MOS tidak dapat terbaca. Hilan yang merasa bahagia sendiri tiba tiba terdiam, karena melihat sekeliling yang melihatnya aneh dan kesal.
"KELUAR KAMU DARI KELAS!! DAN BERDIRI DI TENGAH LAPANGAN SAMPAI MOS SELESAI!!"
kakak cewek itu berteriak kesal bukan main karena sifat Hilan yang benar benar keterlaluan. Sangking marahnya sampai memerah bak tomat sambil mengepal tangan.Hilan keluar kelas lalu mengucap maaf pada semua yang ada di kelas. Ia merasa bersalah tapi sedikit senang karena di suruh keluar dari kelas yang membosankan itu.
"Hari pertama yang menyebalkan." Hilan menendang pot bunga yang ada di sebelahnya. Lalu berjalan kembali menuju kelapangan. Wah ada temennya nih gue, Hilan tersenyum lalu berlari menuju ketengah lapangan. "Woy! Kenapa lu di hukum bro? Pasti rusuh di kelas gara gara bosenin ya!!" Hilan menunjuk muka anak cowok di sebelahnya sambil tersenyum.
"Gue nggak sengaja megang pantat anak cewek di kelas tadi," ucapnya dengan tenang.
Hilan yang mendengar langsung melotot kaget.
"Wah gilak lo bro, dasar mesum sialan tak punya pori pori," cerocos Hilan pada cowok itu. Dan disusul oleh gelak tawa Hilan."Di bilang gue nggak sengaja, dia aja jalan dempet dempet padahal jalan lebar. Dia juga yang jalan mundur-mundur pas kena tangan gue pantatnya, nyalain gue."
Hilan hanya mengangguk anggukkan kepalanya tanda faham, dengan tawa kecil yang belum reda. "Oh ya, kenalin gue Hilan." senggol Hilan pada pria di sampingnya, tanpa menjabat tangan.
"Gue Niko."
Perkenalkan yang singkat itu membuat mereka berdua terus bercerita dan menikmati hangatnya matahari siang yang mulai panas.
______
Xiyora berjalan sambil memegang es teh di tangannya. Ia sempat melirik pada Hilan, dan Hilan yang sadar ada gadis yang ia kenal beberapa jam lalu langsung memanggilnya.
"woy!! Raaaa," teriak Hilan dari tengah lapangan sambil melambai histeris.
Xiyora tetap berjalan tanpa memperdulikan Hilan. Jangan pedulikan Ra, tetap jalan kemana tujuanmu batin Xiyora.
Hilan yang merasa diacuhkan langsung mendengus kesal, "Huh, sialan."
"siapa? cewek lo?" tanya Niko penasaran.
"Idih bukan. Padahal gue cuman mau minta minum aja, sampai kagak noleh sama sekali."
"terus kalok bukan cewek lo apa? teman?" Niko tidak memperdulikan kekesalan Hilan hanya karena tidak di pedulikan.
"Bukan juga sih, beberapa jam lalu gue kenalan sama dia dan gue minta tolong buat cari nama gue di mading dan dia respon. sudah kenalan juga berati sudah temenan, eh responnya malah begitu di panggil. Berati bukan temenan dong," cerita Hilan panjang lebar pada Niko.
"Btw dia kenapa pucet ya? apa karena efek kulitnya yang putih? tapi teman gue putih nggak pucat kayak dia."
"Temen lu make makeup kali, mangkannya kagak pucat. Kayak nggak tau cewek jaman sekarang aja," Hilan terkekeh dan Niko hanya mengedikkan bahunya ke atas.
Setelah bejalan dengan tergesa akhirnya Xiyora sampai pada kelasnya juga. Ia duduk dengan nafas yang masih tersengal sengal karena jalan cepatnya tadi. Sanu penasaran apa yang membuat temannya sampai seperti itu.
"Dari mana Ra?"
"Ehmm ini beli minum." Xiyora mengangkat minumannya.
"kenapa nggak ngajak gue," rengek Sanu.
"Kalau kamu mau, boleh minta punyaku," tawar Xiyora dengan ramah.
"Serius boleh? makasih ya." Sanu tersenyum, tapi tidak dengan Xiyora yanga hanya memandang Sanu yang meminum minumannya.
"Oh iya, bentar lagi mau ambil kelas IPA atau IPS?" Sanu berusaha memecahkan keheningan yang terjadi.
"Belum tahu."
Sanu sedikit kecewa karena cueknya Xiyora tanpa menanya kembali. "kalok gue sih maunya IPA karena pingin jadi dokter nerusin papa gue." Sanu tersenyum teringat papanya.
Xiyora menoleh pada Sanu saat dia tersenyum. Tanpa sadar Xiyora ikut tersenyum tipis. Dan Sanu melihat itu terkejut.
"Wah akhirnya gue liat lu senyum Ra, tapi kenapa medit amat senyumnya," ucap Sanu dengan nada kecewa. "lebarkan dikit ayolah," goda Sanu pada Xiyora dan itu sukses membuat Xiyora memerah.
________
Tbc

KAMU SEDANG MEMBACA
Im Not Cry (HIATUS)
Novela JuvenilUntuk sementara, 'IM Not Cry' saya stop dulu karena mau fokus nyelesain 'A Glimpse Of Us'. Secepatnya, saya usahakan akan kembali melanjutkan cerita ini^^ "kamu bisa bercerita padaku tanpa menyembunyikan semua apa yang kau rasakan. Kamu tidak sendir...