Jangan lupa Vote dan komennya, notif dari kalian bener bener aku tunggu ^^
_____
Winda mendatangi kantor suaminya seperti biasa. Kantornya sedikit sepi karena memang ini jam pulang kerja, hanya beberapa karyawan yang berlalu lalang. Winda menyiapkan diri sebelum masuk ke ruangan suaminya. Hal pertama yang Winda dapat saat membuka pintu adalah wajah jengah suaminya tidak suka menatap dirinya.
"Berapa kali aku bilang untuk jangan datang ke sini," ucap Hartono geram.
"M-mas, kapan kau pulang. Xiyora merindukan mu," Winda menggenggam tasnya erat, melampiaskan rasa takutnya di sana.
Hartono tertawa mengejek, "Xiyora merindukanku? jangan membual Winda!" Hartono meninggikan suaranya diakhir kalimatnya. "Anak bajingan itu tidak akan merindukanku!" geramnya.
"Mas, aku tak masalah kau memiliki wanita lain. Tetapi tolong pulanglah," mohon Winda.
"Apa uang yang ku beri kurang?"
"Bukan i-." Winda hendak berbicara tetapi terhenti ketika ada seorang perempuan lebih muda dua tahun darinya masuk. Menghampiri suaminya dan bergelayut manja di lengan Hartono. Ucapan Winda yang mengatakan suaminya tak apa memiliki wanita lain itu bohong. Nyatanya hatinya sakit saat melihat suaminya dirangkul oleh wanita lain.
Hartono menatap Sekar dan tersenyum lembut, berbeda dengan saat menatap Winda. "Eh ada mbak Winda." Sekar menjauh dari Hartono dengan cepat Hartono menarik lengan Sekar hingga wanita itu terduduk di pangkuannya. "M-mas ada mbak Winda," ucap sekar tidak nyaman dengan perlakuan Hartono. Hartono tidak memperdulikan ucapan Sekar. Lelaki itu memegang tengkuk Sekar mencium bibir itu dalam-dalam, ciuman Hartono mengisyaratkan bahwa ia sangat kesal sekarang dan ingin berbagi pada Sekar.
Air mata Winda jatuh menatap pemandangan di depannya. Sampai kapan pun posisinya memang tidak akan terganti oleh Sekar. Winda keluar dengan sesak di hatinya yang kian hari makin koyak. Ia sangat mencintai lelaki itu melebihi apapun, dirinya rela menukar anak anaknya demi mendapatkan hati suaminya.
Sekar mendorong Hartono kasar. "Mas kau ini apa sih," ucap sekar tersengal sengal juga kesal karena tingkah lelakinya ini.
Hartono mendengus pelan, Sekar yang faham akan itu mengelus pipi Hartono lembut. "Terlepas semua itu Mas, aku tidak suka saat kita memperlihatkan hal seperti itu di depan dia," ucap sekar lembut. Sekar sangat membenci Winda, sangat sangat membencinya.
Tidak ada jawaban dari Hartono, Hartono memeluk sekar. Menenggelamkan semua bebannya pada Sekar. "Sabar sayang, aku akan menikahimu setelah semua ini selesai," ucapnya.
Winda mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak memperdulikan umpatan pengendara lain untuk dirinya. Tiga puluh delapan tahun bukan waktu yang sebentar dirinya meluluhkan hati suaminya. Winda menyeka air matanya kasar dirasa matanya tertutup air mata. Lampu merah menandakan untuk berhenti Winda terobos begitu saja, cahaya yang menyilaukan pandangan dari samping kanan Winda membuat dirinya menoleh silau. Hingga tabrakan Truk Trailer dengan mobil Winda tak terhindarkan. Mobil Winda terseret beberapa meter hingga membuatnya ringsek tak berbentuk lagi.
______
Xiyora terbangun dari tidurnya, keringat bercucuran di pelipisnya, bajunya juga basah. "Kenapa aku mimpi seperti itu?" ucapnya lirih. Xiyora mengusap peluhnya kasar. Ia buru buru ke dapur mengambil air dingin dan meneguknya rakus.
Xiyora mengambil duduk di sofa depan televisi, menyalakannya untuk mengurangi kesunyian yang ia rasakan.
Kecelakaan telah terjadi pukul 22.00 wib di perempatan Sarinah Jalan Thamrin, korban berinisial W istri dari politikus Hartono meninggal di tempat. Evakuasi berjalan cukup lama dikarenakan kondisi korban yang terjepit. Saya Aulia, ucap undur diri terima kasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Im Not Cry (HIATUS)
Ficção AdolescenteUntuk sementara, 'IM Not Cry' saya stop dulu karena mau fokus nyelesain 'A Glimpse Of Us'. Secepatnya, saya usahakan akan kembali melanjutkan cerita ini^^ "kamu bisa bercerita padaku tanpa menyembunyikan semua apa yang kau rasakan. Kamu tidak sendir...