Chapter 21

3.4K 40 8
                                    

Tangis Sakura pun pecah. Sakura menutup mulutnya menahan isakannya. Sungguh tak menyangka jika Sasori akan melamarnya secepat ini. Pandangannya memburam seiring menetesnya air mata Sakura.

Melihat Sakura yang tak kunjung menjawab, membuat jantung Sasori berdegup tak karuan. Ketakutan mulai menghinggapinya. Akankah dirinya ditolak?  Akankah dia tak mempunyai kesempatan untuk bahagia bersama gadis yang dicintainya?

"Sakura, bagaimana jawabanmu?" tanya Sasori sekali lagi.

Sakura mengangguk dengan yakin. "Yes, i will,"

Senyum Sasori pun merekah. Sasori segera berdiri dan memeluk Sakura dengan erat. "Terima kasih, Sakura. Terima kasih banyak atas kebahagiaan yang selama ini kau berikan untukku," Sasori tak bisa menghilangkan senyum kebahagiaan di wajahnya.

"Tidak, Sasori-kun. Aku yang berterima kasih karena kau sudah membuatku merasakan kebahagiaan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya," ucap Sakura tulus di sela isakannya di dada bidang Sasori.

Sasori melonggarkan pelukannya. Lalu menatap Sakura dalam. Sasori menyeka air mata di pipi Sakura. "Jangan menangis. Aku tidak ingin ada air mata di hari bahagia kita. Aku ingin kau selalu tersenyum untukku. Dan selamanya hanya untukku," pinta Sasori.

Sakura mengangguk sebagai jawaban atas permintaan Sasori. Sakura merasa melayang mendengar ucapan Sasori. Dan Sakura yakin, selamanya senyuman miliknya hanya dia persembahkan untuk Sasori seorang.

Perlahan Sasori mendekatkan wajahnya pada Sakura. Sakura yang mengerti akan keinginan Sasori pun memejamkan mata. Perlahan, benda kenyal nan hangat menempel pada bibir ranumnya. Hanya menempel saja tidak ada lumatan seperti biasanya. Namun, itu mampu membuat jantung Sakura berdebar semakin kencang.

"Aisthiteru, Sakura,"

*
*
*

"Apa? Kau akan menikah?" Naruto berteriak heboh saat Sakura memberitahu dirinya perihal lamaran Sasori semalam.

Sakura mengangguk yakin sembari tersenyum bahagia.

"Lalu kau akan meninggalkan kami lagi dan menetap di Kiri?" tanya Naruto sembari menatap Sakura yang berdiri di samping meja kerjanya.

Lagi-lagi Sakura mengangguk sebagai jawaban. Dan hal itu sukses membuat Naruto mendesah kecewa.

"Teme pasti akan sangat kecewa jika mendengar ini semua," Naruto berujar lirih namun masih bisa terdengar jelas oleh Sakura.

Sakura menoleh cepat menatap Naruto. Emeraldnya mendelik seolah akan terlepas dari tempatnya. "Kenapa selalu Sasuke yang kau khawatirkan? Apa kau tak pernah memikirkan kebahagiaanku? Jika kau sangat khawatir akan perasaan Sasuke, kau menikah saja dengannya," teriak Sakura murka. Wajahnya sudah merah padam menahan amarah.

Naruto bergidik ngeri melihatnya. Hanya karena dirinya menyebut nama Sasuke, Sakura bisa semarah itu padanya. "Sa...Saku, bukan begitu maksudku. Dan apa kau bilang tadi? Aku menikah dengan Teme? Apa kau gila?" ucap Naruto kesal setelah menyadari kalimat terakhir pada ucapan Sakura.

"Itu jalan satu-satunya agar kau berhenti mengkhawatirkan perasaan Sasuke lagi," balas Sakura enteng lalu kembali pada mejanya.

Naruto mendengus sebal mendengarnya. Apa salah jika dia memikirkan perasaan sahabatnya? Bukannya dia tidak ingin Sakura bahagia, tapi Sasuke... Arrgghhh... Naruto pusing sendiri memikirkan hal itu. Berada di posisinya memang selalu serba salah.

Tanpa mereka tahu, sejak tadi Sasuke telah berdiri di depan pintu ruangan Naruto. Dan dia mendengar semua pembicaraan Sakura dan Naruto dari awal sampai akhir. Kedua tangannya terkepal erat. Rahangnya mengeras dan giginya bergemelutuk. Apakah ini akhirnya? Apa memang ini saatnya dia menyerah untuk melepaskan Sakura? Tapi Sasuke merasa tidak sanggup. Dia tidak bisa melepaskan Sakura begitu saja untuk pemuda lain. Sasuke pun melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan Naruto. Niatnya untuk membicarakan kerja sama mereka, dia batalkan. Untuk saat ini, Sasuke tak mampu untuk bertemu Sakura.

Sayonara, AishiteruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang