Chapter 7

1K 80 10
                                    

"Sa-sasuke," lirihku. Sontak ku lepaskan tubuhku yang masih berada di pelukan Sasori. Emerald ku membulat menatapnya.

"Teme, ponselmu ketinggalan,"teriak Naruto keluar dari rumahnya, "Eh? Sakura, Sasori. Kalian baru pulang?" tanya Naruto yang menyadari keberadaanku dan Sasori. Naruto berjalan menghampiri Sasuke yang masih berdiri terpaku di depan pintu pagar rumahnya.

"Ini ponselmu," pemuda berambut kuning itu menyerahkan ponsel Sasuke.

"Dobe, apa yang selama ini tidak ku ketahui?" desis Sasuke dengan menatap Naruto tajam.

Naruto mengernyit, "Eh, apa maksudmu?" tanya Naruto balik.

"Sakura. Kau tak bilang padaku bahwa Sakura telah kembali," Sasuke mengintimidasi Naruto. Membuat Naruto diam tak berkutik.

"Et-etto...,"

"Sasuke, ini bukan salah Naruto. Jangan kau menyalahkan dia," aku yang sejak tadi memilih diam, kini buka suara membela Naruto. Aku tak suka jika Sasuke menyalahkan Naruto. Karena memang bukan kesalahan Naruto jika dia tidak memberitahu Sasuke tentang kepulanganku.

Ku langkahkan kakiku menghampiri Sasuke dan Naruto yang berdiri di depan sana. Entah kenapa, jantungku berdetak kencang. Namun, aku menyadarinya. Debaran ini tak sama seperti dulu saat aku menatap Sasuke. Ini berbeda. Mungkin lebih ke rasa canggung karena sudah lama tidak bertemu.

Emeraldku mengerling Sasori yang juga ikut berjalan di sampingku. Sasori memberikan senyum terbaiknya. Membuatku semakin yakin melangkahkan kakiku. Mungkin dia menyadari kegugupanku. Ku balas senyumannya dengan senyuman manis. Sekarang aku semakin yakin, jika Sasori berada di sampingku aku bisa melalui segalanya dengan mudah.

"Sasuke, apa kabar?" tanyaku saat sudah berada di hadapannya. Onixs kelamnya menatap tajam Sasori yang berdiri di sampingku. Aku merasakan bahwa Sasuke tak menyukai kehadiran Sasori di sini.

Tanpa membalas pertanyaanku, Sasuke menerjang tubuhku dengan cukup keras membuatku hampir terjungkal ke belakang. "Aku merindukanmu, Saku. Sangat-sangat merindukanmu," ucapnya dengan memelukku sangat erat seolah aku akan pergi kembali.

Aku mengerling ke arah Sasori. Seolah mengerti akan kebimbanganku, pemuda itu mengangguk sembari tersenyum. Meyakinkan diriku bahwa tak apa jika aku membalas pelukan Sasuke. Maka, aku pun membalas pelukannya dengan tak kalah erat darinya. Jujur saja, aku juga merindukannya.

Dia kendurkan pelukannya dan onixs kelamnya menatapku lekat, "kau kemana saja selama ini? Kenapa kau sama sekali tak menghubungiku? Kau sengaja ingin meninggalkanku?" tanya Sasuke tanpa jeda. Cairan bening nampak menumpuk diatas irisnya. Sasuke menangis? Apa aku tak salah lihat? Baru kali ini aku melihatnya menangis setelah bertahun-tahun mengenalnya. Apa benar, dia merasa sangat kehilangan diriku?

"Aku tak kemana-mana. Hanya bosan saja tinggal di Konoha dan mencari suasana baru," jawabku memberi alasan yang menurutku sangat tak masuk akal. Tak mungkin kan aku mengatakan yang sebenarnya pada Sasuke? Mau di taruh dimana mukaku jika dia tahu dulu aku pernah menggilainya?

"Bohong. Kau berbohong, Sakura," balas Sasuke tajam.

"Sasu....,"

"Sasuke, Sakura lebih baik kita masuk ke dalam. Tidak enak berbicara di luar begini," ujar Naruto kemudian melangkahkan kakinya kembali masuk ke dalam rumahnya.

Sasuke melepaskan pelukannya dan beralih menggenggam tanganku erat. Menuntunku mengikuti langkah Naruto. Aku menoleh kebelakang menatap Sasori. Ku lihat Sasori tersenyum sambil bergumam "tak apa" dengan sangat lirih namun bisa kubaca dari pergerakan bibirnya. Aku pun tersenyum membalas senyumannya.

Sayonara, AishiteruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang