Chapter 6

1K 89 2
                                    

Kring kring kring

Dering bunyi alarm di pagi hari membuyarkan serangkaian mimpi indahku. "Hoaammm.." aku menguap lebar. Menggeliat sebentar merenggangkan otot-otot tubuhku. Sudah jam 6 pagi. Tapi rasanya aku masih sangat mengantuk. Tubuhku masih terasa lelah setelah perjalanan kemarin. Kusibakkan selimut yang masih menutupi tubuhku dan segera turun dari ranjang. Ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sebelum membuat sarapan untuk ku dan Sasori nanti.

Saat aku kembali dari kamar mandi, tiba-tiba...

Klontang klontang

Terdengar seperti suara panci terjatuh dari arah dapur. Aku mengernyit heran. Yang berada di rumah ini hanya aku dan Sasori. Tidak mungkin kan Sasori bangun sepagi ini. Dan untuk apa dia berada di dapur? Jangan-jangan ada pencuri. Tapi masak ada pencuri pagi buta begini.

Aku berjalan mengendap-endap membuka pintu kamarku dan menuju dapur. Ku raih sapu yang bertengger manis di depan pintu. Dari celah pintu yang terbuka ku lihat seseorang yang sedang duduk berjongkok di dekat kompor. Aku berjalan sangat pelan agar tak menimbulkan suara.
Lalu...

Bug

Bug

Bug

Dengan gerakan cepat kuayunkan sapu yang berada di tanganku ke arah orang itu.

"Aduhh.. Saku.. Sakura ini aku Sasori," orang yang tadi berjongkok kini berdiri dengan sebelah tangannya yang menahan sapu ku.

"Sasori," teriak ku. "Kau tak apa kan? Maafkan aku. Tadi aku kira ada maling yang menyelinap masuk rumah,"tanyaku dengan panik. kuraba wajah, tangan kemudian memutar tubuhnya. Memastikan bahwa tak ada luka di tubuhnya akibat pukulanku. Ku rengkuh wajah tampannya. Mencari adanya luka disana.

Namun,bukan raut wajah kesakitan yang kulihat. Sasori justru tersenyum menatapku. Kedua tangannya menggenggam tanganku yang masih bertengger di kedua pipinya.

"Kau cantik kalau sedang panik," puji Sasori.

Kutarik tanganku yang masih di genggamnya. Wajahku kembali memanas. Haisss.. kenapa hanya mendengar ia mengatakan diriku cantik saja sudah membuatku seperti ini? Padahal jika Naruto yang mengatakannya, tak akan berefek apapun padaku.

"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyaku mengalihkan pembicaraan. Sasori terkekeh pelan. "Apa lagi yang kau tertawakan?" tanyaku kembali.

"Tidak ada," balas Sasori kembali dengan wajah datarnya, "tadi aku ingin memasak, tapi saat aku akan memotong sayuran, pisauku jatuh dan malah menyenggol panci itu," jelas Sasori sambil menunjuk panci dan pisau yang tergeletak di lantai.

Kuambil pisau dan panci tersebut lalu meneruskan kegiatan Sasosi sebelumnya, "biar aku saja yang masak. Kau mandi saja sana. Bau tahu," ujarku dengan menutup hidungku seolah Sasori memang bau. Padahal belum mandi pun Sasori tetap wangi. Entah parfum apa yang dia gunakan.

Sasori menyentuh tanganku yang masih menutupi hidungku dan menurunkannya, "aku tak bau, sayang," ucapnya tanpa dosa lalu tiba-tiba..

CUP

Bibir lembutnya menempel pada pipiku sekilas. Emeraldku membulat. Aku terpaku dengan ciuman dadakan yang di berikan Sasori. Tanpa merasa bersalah, Sasori berlenggang pergi meninggalkanku yang masih membeku di tempat.

Apa ini? Kenapa ciuman Sasori membuat debaran jantungku berdetak kencang. Apa benar aku telah jatuh cinta padanya. Tak heran sih jika kini aku menyukainya. Karena sikap Sasori yang selalu memperlakukanku dengan lembut. Jika memang aku jatuh cinta padanya, aku harap kali ini akan berakhir indah.
~
~
~
Untuk mengobati rasa rinduku pada Konoha, kini aku bersama Sasori, Naruto dan juga Hinata sedang berjalan-jalan mengelilingi mall Konoha. Sayangnya, Ino tak bisa ikut bersama kami karena kesibukannya sebagai model. Setelah lelah bermain di game center, kami memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu.

Sayonara, AishiteruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang