Chapter 10

629 44 8
                                    

Gadis berambut pirang panjang itu mendongak menatap ku. Emerald ku melebar. Tak ku sangka aku akan bertemu kembali dengan orang yang sudah sangat lama ku temui. Ingatkah dia padaku?

"Shion,"

Eh, itu bukan suaraku, melainkan suara Sasori. Sasori mengenal Shion? Kalau aku sih jelas mengenalnya. Dulu kami satu angkatan saat sekolah menengah pertama. Namun, saat sekolah menengah atas kami berpisah dan tidak satu sekolah lagi.

"Sasori?" gadis itu melepaskan tangannya yang masih terpaut dengan tanganku dan beralih menghampiri Sasori.

Dan setelahnya emerald ku benar-benar membulat melihat pemandangan yang tersaji di depanku. Shion memeluk Sasori dengan sangat erat. Sementara Sasori menerima saja pelukan itu sambil terkekeh pelan. Menikmati eh, Sasori?

Ku gembungkan pipi ku kesal. Hatiku memanas. Aku terbakar api cemburu. Tanpa ingin mengganggu acara pelukan mereka, aku melenggang pergi dari sana. Apa Sasori tak menyadari kepergianku, hingga dia tak menyusulku? Ck, benar-benar menyebalkan.

Kini aku berselonjor kaki di dekat danau buatan yang masih berada di area taman. Daripada melihat mereka bermesraan, dan membuat hatiku semakin memanas, lebih baik di sini saja menyaksikan dua angsa putih yang sedang berenang di tepi danau.

Dalam otak ku berputar beberapa pertanyaan. Ada hubungan apa sih mereka? Sampai-sampai Sasori tak ingat akan keberadaanku. Dari penglihatanku, sepertinya Sasori dan Shion sangat akrab. Apa mereka punya hubungan special di masa lalu? Entahlah. Hanya mereka dan Tuhan yang tahu. Rasanya aku juga tak punya hak mengulik masa lalu mereka. Aku ini masa depan Sasori, tak perlu lagi menengok ke belakang. Ciiieeee... Terlalu percaya diri sekali kau Sakura 😁

Haahh...

Aku menghela nafas panjang. Tiba-tiba sosok Sasuke melintas di benak ku. Kugelengkan kepala ku dengan gerakan cepat. Tidak-tidak. Apa-apaan ini? Kenapa aku harus mengingatnya kembali. Menyebalkan... ku hentakan kakiku ke tanah berulang kali. Hingga sebuah suara menghentikanku.

"Sakura-chan," suara seorang wanita dewasa menyapa indra pendengaranku.

Aku menoleh ke belakang. Menelisik penampilannya dari bawah sampai ke atas. Aku tersentak. Tepat di belakangku , kulihat seorang wanita paruh baya sedang menatapku sembari tersenyum simpul. Sontak aku bangkit dari dudukku dan berdiri menghadapnya. Aku masih sangat mengenalinya. Wanita berusia sekitar 50 tahunan ini masih terlihat sangat muda dan tetap cantik.

"Bibi Mikoto," sapaku ramah sambil tersenyum.

"Sakura-chan," bibi merengkuh tubuhku dan memeluk nya, "kau benar-benar sudah kembali, sayang. Bibi sangat merindukanmu,"

Aku tersenyum samar di balik punggungnya, "aku juga merindukan bibi,"
Aku melepas pelukanku kemudian mengajak bibi Mikoto duduk di bangku yang tersedia di situ.

"Bagaimana kabar paman dan kak Itachi, bi," tanyaku membuka percakapan.

Bibi tersenyum simpul, "mereka baik. Kau sendiri bagaimana kabarmu? Dan sejak kapan kau berada di Konoha?"

"Aku juga baik, bi. Sudah hampir dua minggu aku di sini," jawabku sambil tersenyum.

Wajah bibi mengernyit, "sudah hampir dua minggu tapi kenapa kau tak pernah main ke rumah, Saku?"

Aku tersenyum kaku, "hmmm... aku belum sempat, bi. Kemarin masih sibuk merapikan rumahku kembali dan sedikit merenovasinya," dustaku. Tak mungkin kan aku mengatakan bahwa aku tak ingin menemui Sasuke? Bisa-bisa bibi malah akan bertanya banyal hal tentang kami.

"Benarkah? Bukan karena Sasuke?" mata kelamnya menatapku lekat seolah menuntut kejujuran dariku.

"Eh? Ten...tentu saja tidak, bi," aku menggaruk pipiku yang tak gatal. Gugup juga ditatap seperti itu dengan mata hitamnya.

Sayonara, AishiteruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang