.+ Pemahaman yang salah

1.7K 215 23
                                    

Rasanya baru saja beberapa detik ia merebahkan tubuhnya namun suara dentuman cukup keras membuat Joshua terperanjat dan berlari kearah sumber suara tersebut. Disana sudah ada adiknya— Arka yang berbaring dengan tubuh mengigil.

Melihat hal itu lantas joshua langsung berlari menghampiri untuk mengecek keadaan adiknya. Mulai dari suhu tubuh, denyut nadi juga deru nafas Joshua cek satu persatu. Dia tidak bodoh untuk mengatakan jika adiknya baik-baik saja.

"Heh! lo kenapa?" Arka tak menjawab. diam terpejam dalam kegelapan.

Dengan gerakan ragu yang joshua berikan ia membopong tubuh adiknya menuju kamar dimana ia berbaring sebelumnya. Tangannya merogoh sebuah ponsel yang berada di nakas dan memanggil sang sahabat. Tak peduli jika harus mengganggu waktu tidurnya atau pun yang lainnya.

"Lo kesini buruan ngga, engga usah tanya lagi kenapa sekarang lo kesini atau bendera kuning bakalan ngibar di depan rumah gue" Joshua memutuskan panggilan secara sepihak lalu kembali beralih pada arka yang terpejam, entah itu terlelap karena waktu atau terlelap karena direnggut semesta.

"Lo harus baik-baik aja dek, temenin gue disini.. gue gak punya siapa-siapa selain lo" Gumam nya seraya membungkus tubuh arka dengan selimut.

Brak!

"Tolol! maksud lo apaan njir?" Angga menyerobot masuk begitu saja lalu beralih menatap Joshua dengan nyalang, tatapannya tersirat seakan ingin membunuh.

"Heh— "

"Bercanda lo gak lucu bangsat, lo liat? gue sampe cuma pake koloran gini!kalo lo mau gue nginep ya ngomong njir gausah kayak tadi pake bawa-bawa maut segala!" Joshua menghela nafasnya kasar lalu beralih mendorong tubuh temannya hingga kini posisi angga tepat berhadapan dengan Arka.

"Gue mau minta tolong sama lo, tolong cek kondisi dia. Badan gue lagi gak enak" Dengan suara yang sedikit berat joshua berujar menatap Angga dan arka bergantian.

"Gue gak tau pastinya dia kenapa tapi tubuhnya menggigil hebat tadi" Tanpa banyak protes seperti tadi angga beralih mengecek keadaan adik dari sahabatnya.

Angga meraih tangan arka dan menggosokkannya dengan minyak angin, membalurkannya dari telapak tangan dan telapak kaki.

"Arka punya hepotermia, sekarang ini dia ada di fase Hepotermia Sedang. Ini emang fase biasa aja, tapi ini juga engga bisa didiemin gini aja. Lo tau kan?" Joshua mengangguk dan berlaih membuka lemari nya mengambil sepasang baju hangat untuk arka.

Angga mengukir senyuman, Angga tau Joshua tak sekeras itu pada arka. Membiarkan adiknya menjalani sepinya hidup sendirian dan susah sendirian.

"Gue tau lo gak bener-bener engga peduli sama dia jo, kenapa ga terus terang aja? gue yakin dia bakalan seneng liat sikap lo kayak dulu" Ujar Angga disela-sela kegiatannya memakaikan pakaian pada arka.

Joshua berdecak malas, ditengah malam begini saja sempet-sempetnya untuk angga menceramahinya. Sangat menyebalkan memang. Pandangannya kembali pada arka yang terpejam dengan bibir pucatnya.

"Dia beneran gapapa tapi?" Angga mengangangguk.

"Gue rasa gitu, dia cuma kena Hipotermia tingkat sedang. Tapi untuk lebih jelasnya gak ada salahnya lo ajak dia kerumah sakit buat konsul" Mendengar hal itu joshua berdecih.

"Sana pulang"

"Gak ada adab bajingan, dateng pas butuhnya doang" Angga berdecak malas dan malah merebahkan tubuhnya pada sofa yang berada di kamar joshua.

"Definisi temen kan? Kita kan temenan" Dengan perangainya joshua terkekeh.

"Iyaudah lo disini aja ya, temenin dia. Gue kebawah dulu" Angga tak menjawab. Lebih tepatnya kembali menyusul alam bawah sadarnya.

Regret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang