+. Kawan baru

2K 224 28
                                    

Arka mengerang pelan ketika tubuhnya digerakan setelah ia berhasil menyesuaikan pandangannya. Badannya sangat sakit dan juga arka merasakan bahwa ia sedang demam. Terasa dari hembusan nafasnya yang terasa panas. Arka menoleh kearah pintu dan menemukan kakaknya yang tengah berdiri menatapnya dengan tatapan dingin.

"Ab— " belum sempat kalimat itu terlontar Joshua sudah lebih dulu menariknya dengan kuat hingga membuat arka terhuyung kedepan untung saja ada badan joshua yang lebih dulu ia tambrak sebelum akhirnya ia kembali tersungkur pada lantai akibat dorongan yang joshua berikan.

"Gak usah sentuh-sentuh gue! gue gak sudi lu nyentuh gue barang sedetik pun!" arka tertunduk takut mendengar bentakan itu

"Cepetan siap-siap, gue udah siapin sekolah buat lo! untuk bulan ini biaya spp gue yang tanggung, tapi untuk kedepannya semua biaya hidup lo, lo yang tanggung sendiri. Gue udah cukup rumit mikirin perusahaan ayah!" Arka mendongak menatap joshua dengan tatapan nanar, batinnya sekarang berdemo meminta penjelasan lebih dari abangnya. Namun lagi dan lagi sebelum satu kata terlontar joshua kembali menyelanya dengan dilemparnya sebuah ransel besar dengan segala isinya.

"Akh... " Ringisnya saat kepalanya lah yang menjadi sasaran joshua.

"Mati lo!" Arka meremat ranselnya dengan kuat berusaha menahan isakan yang sedari tadi ia tahan-tahan.

"Bunda, ayah..  kenapa semuanya jadi kayak gini? Adek bahkan enggak tau-menau kalo ayah sama bunda ngerencanain semuanya. Arka minta maaf, seharusnya arka yang aja yang disana, bunda sama ayah disini temenin abang.. " Bahunya bergetar dengan air mata yang mengalir dengan deras.

Ayolah, arka hanya seorang remaja yang bahagia dahulu, tidak dengan sekarang. Hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat, tak ada lagi orang orang yang menyayanginya juga orang orang yang menginginkan dirinya. Arka telah dibuang oleh sang dunia.

Tak ingin membuang waktu lebih lama arka beranjak dari duduknya seraya membawa ransel yang tadi joshua lemparkan. Cukup berat untuk dirinya yang belum mengisi tenaga, perutnya terasa sangat kosong, ia ingin sesuatu untuk menguatkan nya. Setidaknya hingga hari kembali gelap.

Sepuluh menit setelah selesai dengan acara mandinya arka bergegas menuruni tangga. Arka mengidahkan segala sakit yang dirasanya, ia harus semangat mulai hari ini. Arka menghampiri joshua dengan langkah pelan, niatnya kali ini ia akan meminta sedikit sarapan yang sedang joshua santap juga beberapa lembar uang untuk arka sampai digerbang sekolah tanpa harus terlambat.

"A-abang... Adek la-per" Ujar arka dengan sedikit terbata. Oh ayolah rasanya sangat takut walaupun hanya untuk meminta sedikit makan pada joshua.

"Terus?" Arka menelan salivanya tak percaya. Tidak mungkin abangnya ini tidak peka terhadap apa yang telah arka katakan barusan bukan?

Arka menghela nafasnya kasar lalu menggeleng pelan "Adek berangkat sekolah aja, boleh tau ala—"

Sebelum arka dapat menyelesaikan ucapannya, joshua lebih dulu menyelanya dengan selembar roti yang dilempar kearahnya. Arka terkejut hingga akhirnya roti itu terjatuh kelantai. Arka merunduk menatap roti yang ada didekat kakinya lalu memenungutnya perlahan. Seumur hidupnya, baru kali ini ia diperlakukan seperti binatang. Rasanya Arka ingin kembali melempar roti tersebut namun ia berfikir, ini sebuah kesempatan arka tak tau kapan lagi joshua akan memberinya makan.

"Makasih abang.. " dengan mengembangkan senyum manisnya arka menatap joshua yang tengah menikmati sarapannya.

"Alamat sekolahnya udah ada ditas lo, sana pergi. enek gue liat lo lama-lama.  Dan ya, jangan pulang terlambat setelah pulang sekolah bersihin seluruh ruangan yang ada dirumah ini. Angga bakalan nginep disini, dan selama itu juga gue larang lo buat keluar dari gudang!"

"Paham lo?!" Arka mengangguk dengan cepat, Sangat riang.

"Adek pergi dulu ya. Assalamu'alaikum" Arka melangkah menjauh dari tempatnya berdiri lalu ditengah perjalanan ia mencoba membuka isi tas nya dan menemukan selembar kertas dan juga selembar uang seratus ribu. Arka mengembangkan senyumnya dengan bahagia sebelum kata-kata joshua kembali terngiang dikepalanya.

"untuk bulan ini biaya spp gue yang tanggung, tapi untuk kedepannya semua biaya hidup lo, lo yang tanggung sendiri. Gue udah cukup rumit mikirin perusahaan ayah!"

'Apa uang ini untuknya sebulan kedepan? Bagaimana bisa?'

Dahulu, seratus ribu bukan apa-apa bagi arka. Itu hanya uang kecil yang biasa ia berikan kepada orang yang kurang mampu. Tetapi ini, mengapa keadaan seakan berbalik? Abangnya memberikan ia uang seakan ia ini fakir miskin.

Arka menghela nafasnya kembali sebelum akhirnya ia menaiki bus dan tak berselang lama bus pun telah mengantar dirinya menuju gerbang sokolah. Tak ada yang beda, semua nya sama seperti sekolahnya dahulu, bedanya sekolah ini cukup kumuh dari sekolahnya dahulu.

"Permisi pak, ruangan tata usaha ada disebelah mana ya pak? Saya siswa baru disini" Satpam tersebut menghampiri Arka lalu menunjukan ruangan yang arka minta. Hingga beberapa langkah ia berjalan akhirnya ia sudah ada dikelasnya, tentu saja setelah menghadap beberapa guru ditata usaha tadi.

Dulu ia bersekolah di SMK, namun ada apa dengan abangnya, kenapa ia malah dipindahkan kesekolah SMA? Jelas arka akan kesusahan nantinya. Semoga saja ia bisa mendapat yang dapat membimbingnya. Ya, semoga saja.

"Ah arka, Masuk nak. Silahkan perkenalkan diri kamu" Arka mengangguk seraya mengulum senyumnya.

"Nama saya Arka, pindahan dari sekolah SMK. semoga kalian semua bisa membantu saya dalam pembelajaran" Seisi kelas terdiam. Tidak ada yang menyambut kedatangnnya. Tidak ada yang menerimanya.

"Ko cuma Arka doang? Marga lu apaan? Jangan-jangan lu anak buangan makanya gak nyebutin marga" Arka tertegun mendengar salah satu ucapan murid tersebut.

"Sa—

"Rafka, jaga ucapan kamu! Jangan berulah atau berbuat macam-macan pada Arka" Peringat guru tersebut lalu menyuruh arka untuk duduk disamping anak tadi, karena memang hanya kursi itulah yang kosong. Jadi mau tidak mau arka harus duduk disamping anak bermulut pedas ini.

Namun dalam pikirannya arka terdiam memikirkan ucapan Rafka tadi. Benar juga, kenapa ia tak menyebutkan Marga nya? Jelas semua orang pasti akan terdiam jika mengetahui jika ia adalah anak dari keluarga Adhiyaksa. Itu tidak akan mungkin, ia telah dibuang.

'Jangan sampai orang-orang di sekolah lo tau kalo lo putra bungsu dari Adhiyaksa'

Arka menghela nafasnya kasar lalu tangannya merogoh sebuah buku dan menaruhnya tepat dihadapannya. Banyak sekali rumus-rumus yang tertulis acak di papan bor itu. Tapi tak ada satu huruf pun yang dapat arka pahami. Dulu waktu ia sekolah di SMK saja Arka termasuk kedalam jajaran siswa yang kurang pandai. lalu sekarang apa? Ayolah abangnya membawakan nya pada sebuah musibah.



kalo ceritanya datar dan ngecewain kalian, aku minta maaf banget yaa 🙏🙏🙏

Regret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang