.+ Omong Kosong

3.6K 278 72
                                    

Tiga hari pasca kepergian Joshua, Rumah yang semulanya memang sepi kini sudah tampak tak berpenghuni. Sudah tiga hari arka tak menginjakan kakinya untuk keluar dari rumah. Bahkan keluar dari kamar pun tidak. Ia hanya berdiam diri dipojokan kamar yang dulu ia tinggali. Melamun sesekali mengeluarkan air matanya. Arka benar-benar sendirian sekarang.

Tatapannya kosong menatap sebuah foto keluarga yang berada dinakas. Disana ada Dian, Ferdi, Joshua dan juga dirinya yang tengah tertawa disebuah rumah pohon. Itu adalah foto lama. Dulu saat semuanya nampak baik-baik saja.

Sudah tiga hari ia tak mengisi perutnya, tak ada sedikitpun rasa lapar ataupun haus. Yang ia butuhkan hanyalah kakaknya, mendekapnya seraya mengucapkan kata-kata penenang. Entah kemana perginya joshua selama tiga hari ini, yang jelas itu semua cukup membuat arka terdiam.

"Abang.. Disini dingin" Gumamnya dengan tatapan kosong. Bagaimana tidak, tiga hari hanya berdiam diri di pojokan kamar tanpa makan ataupun beranjak.

Air matanya mengalir, arka tak menghapusnya. membiarkan semuanya jatuh bersama tubuhnya yang mulai kehilangan nyawa.

"Bunda.. Adek-" Hening, hanya itu hanya sebuah kalimat yang hendak arka utarakan namun urung, kalimat itu menggantung begitu saja.

"Arka bukan pembunuh.. Abang jangan tinggalin arka, arka sendirian" Pandangannya meliar entah mencari apa namun gerakan arka sangat tak tentu. Seperti sedang mencari sesuatu hingga kedua tungkainya berlari keluar rumah.

"A-abang tunggu arka.. arka ikut" Entah sebuah halusinasi ataupun apa itu yang jelas sekarang arka tengah berlari seperti sedang mengejar sesuatu.

"Abang, arka ikut hiks.. jangan tinggalin arka, arka sendirian..." Tubuhnya meluruh, tangisnya tumpah bersamaan dengan bahunya yang bergetar dengan hebat.

"Arka?" Arka menoleh lalu menggeleng samar.

"Bukan arka.. arka engga nakal, A-abang pergi hiks- " Racaunya.

"Dek, lo kenapa? Joshua kemana?" Matanya menyayu menatap Angga dengan sendu hingga kegelapan datang menjemputnya.

🕊🕊

Sejak dibawanya arka kerumah sakit kemarin. Kehadiran joshua lah yang sedang angga tunggu. Temannya entah pergi kemana. Hari itu-empat hari yang lalu, Angga sudah selesai dengan acara rapat antar keluarga pasien. Niatnya ingin mengunjungi kediaman Joshua, namun urung. Joshua melarangnya, katanya 'Ada sesuatu yang harus diurus, jadi dia tidak ada dirumah' .

Namun kemarin, semuanya diluar pemikiran angga, angga berfikir jika keduanya akan berbaikan dan saling melindungi seperti dulu, namun pupus semua nya salah. kejadian kemarin cukup membuat angga berpikir dengan keras, tentang apa yang sebenarnya terjadi dan juga tentang kemana joshua pergi?

"Angga.. " Angga menoleh kearah seseorang itu lalu segera menghampiri orang berjas putih tersebut.

"Gimana kondisinya Dok?" Mereka berdua adalah rekan, keduanya sudah cukup banyak mengenal satu sama lain.

"Kondisinya menunjukan sesuatu yang baik. Namun, Fisik juga mentalnya terguncang hebat. Arka butuh penanganan psikis, fisiknya seakan mendukung atas apa yang dilakukan pikirannya. Dia dehidrasi sebab tak ada setegur air pun yang ia masukan kedalam tubuhnya. Dan juga saya menemukan kejanggalan pada bagian lambungnya. saya akan melakukan CT-scan untuk ini" Angga menghela nafasnya dengan kasar.

"Gapapa, gausah terlalu dipikirin. Dia bakalan sembuh kok" Pria berusia empat puluh tahunan itu menepuk pundak angga berusaha menyalurkan ketenangan.

Regret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang