.+ MTK, KIMIA, FISIKA. NO!

15.1K 664 5
                                    

Seorang Arka Adhiyaksa. Lelaki yang terkenal dengan kejahilannya, keusilannya, dan kebodohannya itu adalah anak dari kelas 11 AKL 4. Otaknya tidaklah bodoh, namun entahlah dia sangat ingin Terhindar dari mata pelajaran matematika, kimia, juga fisika. Tapi bukankah ia bodoh jika menghindari ketiga mata pelajaran itu dan malah masuk kedalam jurusan yang jelas-jelas akan berurusan dengan hitung menghitung yang lebih-lebih? Arka memang memilih bersekolah di SMK dari pada SMA, ya itu lah salah satu alasan konyolnya.

"Kenapa gak masuk STM aja ya, kan seru gurunya masih pada muda juga" Khayalnya.

"Sono lo pindah, gak butuh kita" Arka mengerucutkan bibirnya sedih.

"Sedih amat hidup dedek" Dramanya

"Mulai dah mulai. Kantin aja dah males ngadepin king drama" Ujar Radit.

"Dihh. Sono lo!"

"Gak butuh juga" Ucapnya menantang.

"Awas aja dikasih tugas jurnal nyontek!" Ujar Revan. Dengan cepat Arka menghadap keduanya dengan muka yang teramat menyedihkan.

"Kayak gitu kalian mah, udah tau gue salah masuk jurusan" Revan dan Radit tertawa puas melihat arka yang terlihat sangat menyedihkan itu.

"Assalamualaikum Anak-anak!" guru Mata pelajaran pertama datang dengan sangat tiba-tiba membuat Radit yang tadinya duduk dimeja milik Arka harus tersungkur ke lantai karena sahabatnya mendorongnya, siapa lagi jika bukan kelakuan arka.

Bughh

"Ngapain lo dorong gue anjir?!" Ucap radit sewot sambil mengelus pantat nya yang terasa ngilu akibat terjatuh tadi

Arka tidak menjawab ia malah mengarahkan matanya ke meja guru sontak membuat radit kikuk karena sedari tadi guru itu menatap nya dengan tajam.

"Apa ada masalah?" Tanya guru itu dan menghampiri mereka bertiga.

"Gak ada ko bu, tadi si radit jatoh doang. Ibu gak usah khawatir radit kan titisan ironman jadi dia gak akan kenapa-napa" Arka tersenyum senang sedangkan seisi kelas nya pun menertawakan gelagat radit yang seperti anak kecil yang sedang merajuk.

Asik menertawakan radit dengan sikap konyolnya, hingga mereka tak sadar jika sang guru mata pelajaran akuntansi itu telah memberikan sebuah lembaran kertas kecil di meja Masing-masing.

"Apa ni bu?"

"Itu kertas Radit" jawab sang guru. Membuat seisi kelas kembali menertawakan Radit.

"Tausiii!" sulutnya.

"Haha--itu adalah kertas buat Kuis kalian nantinya. Kalian maju berdasarkan nomor absen dan menjawab pertanyaan apa yang ada dibalik kertas itu. Ngerti kan?" semua Siswa mengangguk namun tidak dengan arka.

"Kalo gue gak bisa jawab gimana? Malu dong, nanti diketawain kek Radit. No no no!" Arka menggeleng kuat.

"Buk, kalo gak bisa jawab gimana?" Tanya arka dengan polosnya.

"Gapapa, kan baru masuk lagi setelah liburan. Tapi kalau ulangan kamu gak bisa juga, baru ibu kasih nilai telor" Arka mencibir tak suka.

"Kita mulai saja. Berhubung kamu absen pertama silahkan maju arka" Arka mengangguk mantap.

Gulungan kertas itu mulai ia buka dan-----apa ini. Apa alasan kalian memilih jurusan Akuntansi?

Haruskah arka jawab dengan jujur? Hanya alasan karena ingin menghindari tiga mata pelajaran itu.

"Perkenalkan nama saya Arka Adhiyaksa. Alasan saya ya karena pengen aja" Sebuah jawaban konyol nya membuat seisi kelas kembali ramai menertawakannya.

Kuis berjalan, silih berganti. dari absen pertama hingga terakhir, bahkan waktu pulang sekolah tak terasa sudah tiba. Guru itu berpamitan keluar lalu diikuti siswa-siswi yang lainnya.

Arka berjalan beriringan dengan kedua temannya menuju parkiran yang mulai nampak sepi. Tadi mereka sengaja berkeliling terlebih dahulu mencari sesuatu yang aneh katanya. Tentu saja ia menemukannya. Sebuah tai kucing yang berada di atas meja. Jahil sekali. Sesekali memulung beberapa peralatan sekolah yang berada di tiap-tiap kelas. Lumayan. Mengirit. Selagi bisa Nemu ngapain beli?. Itulah menurut mereka bertiga.


"Gue duluan ya" Ujar arka memutuskan untuk pergi lebih dulu.


🍀🍀


Deru motornya kini sudah terdengar dihalaman rumah megahnya. Arka memasuki rumahnya dengan santainya. Melewati Joshua begitu saja.

'Pletak'

"Anjing!" Desisnya ketika merasakan sebuah sandal mendarat tepat pada kepalanya.

"Gak ada sopan-sopannya etdah, cium tangan dulu kek" Ujar Joshua seraya mengulurkan tangannya.

"Males! Sapa lo? Kenal juga engga"

"Dih--durhaka lo sama Abang sendiri. Nanti gue kutuk mau Lo?"

"Bodo. Gak, Peduli!" Ujarnya penuh dengan penekanan. Setelahnya arka kembali langkahkan kakinya menuju kamarnya. Niatnya adalah rebahan hingga malam tiba. Sejujur nya Arka sudah merasakan pening dari sepulang sekolah tadi. Terlebih ia mendapat sebuah timpukan mulus dari sang kakak.

"JOSHUAA SINTING! KEPALA GUE PUSING ANJIR!" Teriaknya dari dalam kamar.

Dapat Arka dengar suara derap langkah tergesa menuju kamarnya. Sebuah ide terlintas dalam kepalanya untuk menjahili kakaknya itu.

Arka memejamkan matanya ketika kakaknya membukakan pintu kamarnya dan bertanya dengan nada khawatir. Dalam hati ia menertawakan sikap bodoh sang kakak ini.

Disisi lain, ada Joshua yang tengah merasa bersalah kepada adiknya. Wajah Arka yang tanpa rona membuat Joshua merasa khawatir sendiri. Apakah dia terlalu kencang melempar sandalnya? Entahlah.

"Dek, buka mata lo dong" Arka menggelengkan kepalanya.

"Pusing banget anjir. Joshua sinting!" Ujarnya.

"Iya-iya maaf, gak maksud"

"Gak peduli. Pijitin palanya!" Joshua menurut. Dan beralih untuk memijat kepala sang adik

"Keras banget emang tadi ar?" Arka menggeleng .

"Enggak kan gue cuma jailin lo aja" Ucapnya santai

"Eh?" Arka membuka matanya dan segera terbangun dari tidurnya. Sadar akan apa yang ia ucapkan barusan.

"Hehehe. Maap"

"BUNDAAA! ANAKNYA KURANG MAKAN DAGING IHHH MASA TANGAN ADEK DI GIGIT!"










Hai?:)
Cerita Arka ini aku revisi yaa..
Gak semuanya sih, alurnya juga beda deh kayaknya.

Maaf ya kalo ada yang gak laik:')
See you <3

Regret!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang