PRIVATE MOVIE [On Going]

Prolog

Ray Kalandra Lazuardy
Lelaki yang sudah mengisi ruang di hatiku,
Bagaimana bisa seseorang sepertimu bisa memecah benteng pertahananku?
Mengapa harus kamu?

Caramu menjaga kehormatanku sebagai seorang Muslimah,
Menghormati segala hal yang ada di dalam agamaku.
Membuatku luluh lantah terhadapmu.
Hingga pada akhirnya,
Kenyamanan yang kau berikan berubah menjadi rasa yang tak terbantahkan.

Aku mengerti,
Ada tembok besar yang menentangku.
Berusaha menghalangi impianmu denganku.
Tasbih di tanganku tidak akan bisa bersatu dengan salib di lehermu.

Masjid dan gereja, keduanya tentu bisa berdampingan.
Tapi kita bukanlah masjid dan gereja, kita manusia.
Bilamana mereka memiliki nyawa,
Mungkinkah bisa berdiri berhadapan serta harmonis dengan perbedaan?

Akan ada saatnya aku dan kamu harus berhenti mencintai, saat perbedaan itu terpampang nyata di pelupuk mata.

Opsi terakhir hanya dua, tinggalkan cinta atau Tuhan.

Maafkan aku,
Jika di hadapkan dengan pilihan itu,
Aku akan memilih Tuhanku.

Haruskah aku kembali ke beberapa saat yang lalu?
Kita berjalan bersama di atas perbedaan,
Saat itu, aku menyadari bahwa aku tidak bisa lagi melangkah lebih jauh.
Bayanganmu yang selalu ada di sisiku seakan mulai menghilang.
Setiap langkah yang kita ambil semakin membawa kita kepada kenyataan bahwa kita tidak bisa bersatu.

Bagaimana bisa aku lebih menyukai sakit hati disaat kau satu-satunya yang aku cintai.
Aku mencintaimu,
Tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa,
Maaf aku harus pergi.

Aku tidak bisa memaksakan hubungan kita hanya karena cinta, ketika keimanan di atas segalanya.

Semua ini bukan sekedar tentang perpisahan,
Namun mau tidak mau aku harus menenggelamkan perasaan ini hingga akhir nanti.

Aku memilih mencintaimu dalam mimpiku, karena dalam mimpiku kamu tidak memiliki akhir.

Aku mencintaimu dengan keikhlasan, merelakanmu bersanding dengan dia yang seiman.

Percayalah separuh jiwaku telah hilang, pergi bersamamu.
-Clemira Afshin M