(25). Question

143 49 3
                                    

Elang miliki sifat berubah ubah, kadang keras kepala, gegabah dan dingin bak kutub selatan. Namun dia sangat tenang dan terencana dalam melakukan sesuatu yang sangat berbobot. Dia kini mengendarai mobil sport mewahnya dengan agresif. Sangat terburu-buru menuju ke lokasi dengan kecepatan tinggi, walau melanggar peraturan lalu lintas dia tidak memperdulikan.

Sampai tujuan dengan perjalanan beberapa menit di markas mereka, dia langsung menunjukkan kartu nama leader agar bisa membuka gerbang masuk markas. Dia keluar dengan style keren, dia memakai celana robek di bagian lututnya tak lupa pula dengan sepatu sneaker putih dan rambut yang tertutup oleh topi. Seluruh anggota menunduk hormat dan tersenyum ke arah Elang yang di balas dengan senyuman tipis olehnya.

Dengan angkuh kini dia melangkah memasuki lorong bawah tanah. Lokasi rumah mewah di tambah ruangan bawah tanah untuk markas itu sangat kedap suara dari masyarakat. Membuat suasana ruangan menjadi sunyi dan sepi.

"Hai El, apa kabar?" sapa Daniel dengan wajah sumringah.

"Hm? gue baik, ada apa?" balas Elang sambil bertanya to the points.

"Mereka ini adalah rekan-rekan CEO yang pernah bekerja sama dengan Reygan," ucap Daniel memperkenalkan para terduga yang di maksud.

"Baik, silahkan kalian duduk dulu," Elang mempersilahkan para terduga untuk duduk di kursi yang telah mereka siapkan.

"Ada apa ini? kenapa kau mengundang saya kemari, nak?" tanya Hendra dengan ragu-ragu dia duduk dan saling menatap sama lain.

"Pak, anda bisa makan minum, tidak usah bertanya, nanti ada waktunya bapak bertanya," balas Aleen meletakkan tujuh gelas minuman stroberi dan sepiring biskuit di depan terduga, lalu kembali duduk di tempatnya.

"Baiklah," para bapak-bapak meraih gelas dan mulai minum dengan tenang, dan selama mereka menikmati suguhan keheningan masih melanda.

Mereka berjumlah tiga orang yang terkenal akrab namun bukan tersangka. Di meja bundar Elang di temani Daniel, bersama orang-orang yang terduga pernah berhubungan dengan Reygan. Tersirat kelima wajah orang itu tengah bingung kenapa mereka di panggil ke sini. Pengacara Aleen juga turut hadir untuk memilah-milah berkas yang ia terima dari penyelidikan Reygan. Dia sangat fokus memperhatikan kata demi kata dan bukti bukti lain yang terkait.

"Niel, apa lo yakin pelakunya itu Hardy anak Reygan?" tanya Elang dengan berbisik lirih.

Daniel pun terdiam, dia memikirkan apa yang di katakan sahabatnya barusan.

"Hm? gue juga belum yakin Hardy pelakunya, tapi gimana lagi, anak Reygan itu selalu bikin gue yakin," jawab Daniel dengan berbisik.

"Oke, gue mulai selidiki," ucap Elang dengan anggukan mantap.

"Ada apa ini? pelaku apa? apa aku di curigai sebagai pelaku? kenapa aku di tangkap? bagaimana ini?" panik salah satu korban.

"Baiklah tidak usah basa-basi langsung ke intinya saja, karena saya bapak lebih tua dari saya, saya akan berbicara formal dengan kalian, jadi Reygan pernah berhubungan dengan kalian," tegas Elang dengan sinis.

"Kau ini dingin sekali," gumam pria yang di panggil Devon.

"Kami dulu teman baik dari masa kuliah, dia satu jurusan dengan kami. kemungkinan besar Reygan tidak terlibat dalam kasus ini karena tidak di curigai sebagai pelaku," belum sempat Elang meladeni ucapan Devon, Hendra menyela pembicaraan.

MelancholiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang