Ting!
Elang menekan tombol untuk keluar dari lift. Setelah terbuka, dia terburu-buru menuju ruangannya. Sangat melelahkan bagi seorang CEO muda seperti Elang yang mendapati rapat yang banyak dengan berbagai klien dari luar negeri. Bahkan melewati waktu istirahatnya demi menyelesaikan dokumen yang menumpuk. Dia menghempaskan tubuhnya ke kursi yang empuk, dan mengangkat tangannya ke kepala lalu memijat keningnya yang sedikit pening.
Tok tok tok
Dan tiba-tiba seseorang mengetuk pintu dari luar, Elang menoleh dan menghentikan aktivitasnya. Pintu itu lantas di buka oleh seorang office boy yang membawa kopi panas di nampan tangannya. "Permisi, selamat siang pak."
"Ada apa?"
Pria paruh baya itu berjalan mendekat kearah Elang yang telah duduk di kursi kantor. "Maaf mengganggu, saya ingin memberikan kopi panas untuk bapak." ucapnya menaruh secangkir kopi di meja.
"Ya terimakasih," balas Elang mengambil cangkir kopi, meniupnya sebentar lalu menyeruputnya.
"Pelayan, tolong panggil nona Windy untuk keruangan saya," pinta Elang sembari menaruh cangkir kopi tersebut ke meja kembali.
"Baik pak," angguk seorang pelayan yang bernama Ahmad. Lalu dia pamit keluar dari ruang CEO tersebut.
"Nona Windy, anda di panggil bos!" seru Ahmad yang baru saja sampai di meja para karyawan.
Menjadi seorang sekretaris di sebuah perusahaan besar membuat Windy menguras banyak tenaga. Dia harus berpenampilan rapi dan tidak boleh ada kesalahan dalam prospek kerjanya. Waktunya di habiskan berkutat pada layar laptop dengan jari-jari yang berselancar di atas keyboard. Hampir setiap hari dia mengerjakan proposal dan membuat dokumen lain.
"Ada-ada saja bos manggil gue, ngga tau napa ini jam siang," Windy terkejut yang sudah di suguhi pemberitahuan urgent dari bosnya.
Windy mematikan laptop dan segera keluar dari ruangnya. Dia melirik arloji di tangannya, masih pukul dua siang. Terburu-buru dia memasukkan lembaran laporan yang sudah dia print ke dalam map. Dia berjalan bak model saat catwalk, bentuk tubuhnya yang sangat sexy dia memasang tatapan yang menggoda. Windy masuk ke ruang bosnya tanpa ragu, dia merasakan wangi khas ruangan yang melekat di hidungnya.
"Bapak manggil saya?" tanya Windy berhadapan beberapa senti dengan Elang dari tempatnya duduk.
"Mana kesopanan kamu, ruangan saya punya pintu untuk di ketuk," tegur Elang berfokus menatap layar laptop, dengan kacamata yang bertengger di hidungnya.
"Eh iya pak, saya lupa," balas Windy canggung dengan wajah tanpa dosa.
'Tampan banget nih bos gue, tapi sayang suami orang' batin Windy menelan ludah sendiri, bagaimana tidak bosnya memiliki wajah yang sempurna.
"Kenapa kamu menatap saya seperti itu?" tanya Elang duduk berhadapan dengan sekertarisnya yang masih nampak terpesona.
Windy terperanjat, "Maaf pak, ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.
Elang menghentikan pekerjaannya, dia menutup laptop bermerk iphone. Lalu melepaskan kacamata yang bertengger di hidungnya sebagai aksesoris. Dia melepaskan tiga kancing blazer hitam yang ketat melapisinya, menghela nafas lelah untuk beberapa saat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Melancholia
Mystery / Thriller"Entah rasa nyaman atau malah menjadi parasit saat dekat dia..." Penyesalan terberat kehilangan seorang kekasih yang bernama Maudy Fora Agatha, membuat pria bernama Elangga Alister Bagaskara, seorang pengusaha merasakan pengalaman yang menyakitkan...