4. Simple

23 10 0
                                    

Happiness is only a word
____________________________________

🌤

Xiaojun menggigil, seingatnya kemarin pagi tidaklah sedingin ini.

Matanya terbuka karena sorot mentari yang menerobos masuk ke kamarnya.

Angin berhembus lagi, kali ini lebih kencang dan dingin.

"Arrgh! Kun-ge!"

Xiaojun menyelimuti seluruh tubuhnya, membenamkan wajahnya pada bantal. Namun rupanya angin musim gugur tak semudah itu untuk ditaklukkan.

Belum lagi pemanas mereka rusak sejak musim dingin kemarin. Dan belum mendapat perbaikan hingga detik ini.

Xiaojun jadi ingat, jika saja tadi malam ia memilih untuk menghindari kertas, gunting, batu dengan Yangyang, ia mungkin takkan jadi orang yang mendapat imbas semangat musim gugur Kun.

Malam itu kekesalan Yangyang sudah pada puncaknya. Niatnya ingin bermalam di rumah teman untuk satu malam yang pulas, tapi rupanya habit Xiaojun menjadi penghalang.

Xiaojun yang sering bolak-balik ke toilet menjelang tidur membuat Yangyang risih melihatnya naik turun ke ranjang. Akhirnya Yangyang memaksa tidur diatas dengan sedikit pertaruhan.

Yangyang tidur diatas VS mentraktir Xiaojun secangkir matcha latte.

Pemenangnya? Tidak usah ditanya.

Tentu saja Yangyang.

"Yangyang?"

"Eung..?"

"Cepat bangun dan tutup jendelanya!" Titah Xiaojun setengah sadar.

"Kau saja.."

"Kau kan ada di bawah."

"Ck."

Dengan berat hati, Xiaojun melangkahkan kakinya untuk menutup jendela.

"Hei, apa kau akan terus berada disana? Seingatku kau ada jadwal kuliah pagi."

"Memangnya sekarang jam berapa?" Tanya Yangyang dengan suara parau.

Xiaojun meraih ponselnya, nampak jam pada kunci layar menunjukkan pukul 09.40.

"Sisa hidupmu tinggal dua puluh menit lagi, Tuan."

"Apa!?"

Tanpa berpikir panjang, Yangyang segera turun dari ranjang. Dengan tergesa-gesa ia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi.

Xiaojun puas. Anak itu sungguh berubah. Dulu Yangyang tidak akan merasa bersalah walau bolos sekalipun.

Tapi mengingat Yangyang sudah semester akhir maka tak ada pilihan selain menjadi mie baik.

Kecuali dia ingin duduk di bangku kuliahan lebih lama.

Haha, tentu tidak.

* * *

Xiaojun pergi ke dapur mengikuti instruksi perutnya yang lapar. Nampak disana tuan rumah beserta cucunya sudah mulai melahap makanan yang tersaji.

"Cepatlah Xiaojun, sebelum cinta Kun mulai dingin." Goda Bella.

Bella Beltran, seorang wanita tua yang tinggal bersama cucunya, Louis, sekaligus pemilik rumah ini. Kesadaran akan manusia tidak bisa hidup sendirian-lah yang mendorongnya untuk terbuka lebih jauh.

"Aku tidak makan yang seperti itu."

"Bahkan ini sekalipun?"

Xiaojun tidak salah dengar, ia bahkan bisa melihat dua mangkuk luosifen sudah ada dihadapannya. Ia tidak bisa menolak tentunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Resilience | WayVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang