"Sudah siap?" Tanya Dave saat sudah memasuki mobilnya setelah menutup pintuku. Gentlemen, batinku.
"Kita mau makan siang dimana?" Tanyaku penasaran. Entah mengapa ada rasa menggelitik di perutku. Ya, aku sangat penasaran.
"Aku mau mengajakmu ke rumah makan langgananku, tidak apakan? Rumah makan tersebut mempunyai masakan seafood yang paling enak yang pernah aku cicipi" cerita Dave antusias.
Aku terkekeh mendengar nada antusiasnya saat menceritakan rumah makan yang sudah menjadi langganan keluarganya dari kecil. Aku memperhatikan Dave yang masih terus menceritakan kenangan masa kecilnya. Sudahkah aku bilang bahwa Dave benar benar tampan? Ya, dia tampan sekali. Satu lagi yang kuketahui aku merasa nyaman bersama Dave.
"Sudah puas memandangku, sayang?" tiba tiba Dave bersuara.
Aku mengerjapkan mataku, aku gelagapan untuk menjawab pertanyaan Dave, di tambah lagi dia memanggilku sayang. Ku rasakan pipiku memanas. Aku menunduk malu, dan selanjutnya memilih untuk menatap keluar jendela. Tiba tiba aku merasakan tanganku di genggam.
"Biarkan seperti ini dulu" ucapnya masih fokus menatap jalan.
Aku merasakan mobil sudah berhenti. Aku berjalan beriringan dengan Dave, dan melihat, pantai?
"Apakah kau suka?" Tanya Dave lembut.
Mataku memanas, nafasku tercekat. Luka ini kembali terluka. Aku merindukan orang tua ku. Dulu, setiap liburan hal yang biasa kami lakukan yaitu berlibur ke pantai. Aku memang mempunyai vila di sini tapi aku tak sanggup untuk kesana. Terlalu banyak kenangan. Aku meneteskan air mata. Saat itu juga aku merasakan tubuhku dalam rengkuhan Dave.
"Menangislah, sayang. Jika itu membuatmu tenang. Seharusnya aku tak membawamu kesini dari awal, maafkan aku. Biarkan aku mengenalmu lebih dalam lagi, agar aku tak membuatmu menangis." Ucap Dave masih tetap merengkuhku dalam pelukannya dan mengelus lembut rambutku.
Aku kaget dengan ucapannya. Aku melepaskan pelukannya dan menatap matanya, tapi yang aku temukan hanya ketulusan. Aku tersenyum.
"Ayo ikut aku, tidak apa apa kan kalau kita tidak jadi makan siang?" Tanyaku.
Dave tersenyum sambil mengangguk mengiyakan. "Tak apa, asal itu membuatmu tenang"
Aku mengajaknyanya ke vila. Aku membuka pintu dan mendapati pembantuku yang memang seminggu sekali rutin membersihkan vila ini. Aku tersenyum ke arahnya, seakan mengerti ia meninggalkanku disini bersama Dave.
"Dulu, aku dan keluargaku sering berlibur ke pantai dan menginap di vila ini. Vila keluargaku. Sudah lama sekali aku tidak berkunjung kesini, terlalu banyak kenangan dan untuk pertama kalinya aku kembali lagi setelah 2 tahun. Aku merindukan mereka." Aku bercerita dan air mata sudah membanjiri wajahku lagi.
"Aya, kamu punya aku sekarang. Biarkan aku menjagamu, biarkan aku menemanimu." Ucap Dave tulus.
Aku tersenyum lalu memeluknya. "Terima kasih, Dave." Ya, aku sekarang tidak sendiri, aku punya Dave. Walaupun kita baru bertemu, aku yakin Dave menepati kata katanya. Aku merasa nyaman dengannya, sangat nyaman. Semoga saja Dave dapat membantu menyembuhkan luka hatiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanya (tdk dilanjutkan)
Romance"apapun yang kukatakan nantinya, kumohon percayalah" mohon lelaki tersebut lirih. "aku tak bisa" ucap sang perempuan datar. "kenapa?" sang lelaki bertanya, tapi bagai bisikkan. "kau yang membuatku seperti ini" ucap sang perempuan tetap datar. "aku m...