Aku bangun dengan berat di bagian perutku. Aku melihat Dave masih tertidur dengan pulas, aku memutar badanku menghadapnya. Aku menyentuh wajahnya, pipinya, mengamati wajah tampan yang dimiliki Dave. Kantung matanya terlihat samar dan rambut halus tumbuh di sekitar dagunya. Dia kelelahan, bagaimanapun aku akan selalu di sisinya.
Aku beranjak perlahan menuju dapur, memasakkan sarapan untuknya dan bersiap siap. Aku akan ke rumah bunda untuk memberitahukan berita kehamilanku dan belajar menu masakan baru, itu pasti menyenangkan.
Aku melihat Dave sudah rapi dengan setelan jasnya dan memegang dasi yang biasanya aku pakaikan. Aku mematikan kompor dan berjalan ke arahnya, mengambil dasi di genggamannya yang sudah di sodorkan kepadaku.
"Aku minta maaf atas sikapku kemarin, aku senang kita mempunyai anak. Aku hanya kaget saja." Ucap Dave lembut.
Aku berhenti sebentar lalu melanjutkan memasang dasinya. "Tak apa, aku tau berita ini mengejutkan. Hari ini aku akan ke rumah bunda, tak apakan?" Tanyaku bersemangat.
"Tentu tak apa, nanti aku jemput. Aku berangkat dulu..." kata Dave sambil mencium pucuk kepala ku.
"Loh, kamu enggak sarapan?" Tanyaku bingung.
"Aku ada meeting pagi ini, maaf sayang" ucap Dave terburu buru sambil menyambar tas dan kunci mobilnya.
Aku rasa, makan sendiri tidak terlalu buruk. Aku dulu juga sering makan sendiri, lebih baik setelah sarapan aku bersiap ke rumah bunda.
----------
"Eh, Vanya. Kamu dateng sendiri sayang?" Tanya bunda menyambutku ramah samnil membawaku dalam pelukannya.
"Iya bun, Dave ada meeting katanya. Bunda, aku mau belajar masak boleh?" Tanyaku pada bunda.
"Ya boleh lah sayang, tapi kamu ajarin bunda bikin kue. Katanya kamu juga mau bikin toko kue kan?" Ucap bunda tak kalah semangat.
"Iya bun, doain semoga lancar. Ayo bun" ucapku sambil ikut ke dapur.
"Iya bunda doain, ayo" kata bunda.
Aku melihat ada lelaki yang sedang menoton tv, aku mengenali potongan rambutnya, aku mengenali siapa dia. Dia berbohong padaku, tapi tadi dia serius mengucapkannya. Saat aku menghampirinya ia ikut berbalik menghadapku. Benar dugaanku.
"Dave?" Tanyaku pelan
"Ehm, maaf aku bukan Dave. Kenalin Daniel, kamu bisa memanggilku Dan." Ucapnya sambil mengulurkan tangan.
"Vanya" jawabku singkat sambil menjabat tangannya.
"Ehm, kalau tidak salah kau istrinya Dave? Dia sering menceritakan tentang dirimu padaku. Kemarin malam, dia datang kerumahku dan bertanya apa yang harus dia lakukan saat tau kau hamil, oh dan selamat atas kehamilanmu" ucap Daniel.
Hatiku menghangat mendengar ucapan Daniel, Dave hanya kaget saja waktu itu. Aku tertawa kecil mengingat Dave jarang berbicara, cenderung dingin tapi Daniel lebih banyak berbicara.
"Siapa yang hamil?" Tanya bunda datang menghampiriku dan Daniel.
"Vanya, bun... sebentar lagi aku punya keponakan" ucap Daniel.
Bunda langsung membawaku dalam pelukannya "selamat sayang, bunda senang sekali"
Aku terharu, dan mengeratkan pelukanku pada bunda. Aku senang dan sebentar lagi akan ada anak kecil menghiasi rumah tanggaku.
-author notes-
Maaf yaa, authornya lama update. Author mau curcol dikit, jadi kemarin aku lagi main volley dan salah mukul akhirnya jempolku jadi keseleo gitu, makanya gak bisa update. Sedangkan author lebih suka ngetik di hape daripada laptop. Gak elit sih sebenernya, masa sakit jempol tapi mau gimana lagi.Jangan lupa vote ya walaupun abal ceritanya, seenggaknya author punya penyemangat bikin ceritanya makin bermutu sama updatenya cepet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vanya (tdk dilanjutkan)
Romance"apapun yang kukatakan nantinya, kumohon percayalah" mohon lelaki tersebut lirih. "aku tak bisa" ucap sang perempuan datar. "kenapa?" sang lelaki bertanya, tapi bagai bisikkan. "kau yang membuatku seperti ini" ucap sang perempuan tetap datar. "aku m...