Sudah beberapa minggu berlalu.
Charlotte mulai terbiasa dengan kehidupan di istana. Dan maksudnya terbiasa adalah, ia sudah tak lagi protes tentang baju-bajunya yang penuh renda dan sepatu berhak yang membuat kaki nya terasa sakit, tak juga protes dengan segala perhiasan dan harta yang di sodorkan padanya.
Selama beberapa hari ini ia mencoba beradaptasi dengan sekitarnya. Hubungannya dengan wanita yang kini ia panggil ibunda semakin membaik, mereka jadi lebih sering bertemu karena ibunda sendiri yang mengundangnya untuk sekedar mengobrol dan minum teh. Sembari bercerita Charlotte memperoleh banyak informasi baru yang dapat ia gunakan nanti.
Karena ia seorang tuan putri, yang dengan kata lain adalah orang penting di istana ini, ia harus mempelajari berbagai macam etika dan subjek lainnya. Pelajarannya sangat berat dan membosankan, tapi ia menolak untuk mengeluh, tidak setelah ia mengetahui bahwa pengajarnya adalah orang penting Kerajaan juga. Ia masih tak ingin cari gara-gara.
Satu fakta yang mengejutkan bahwa dunia ini memiliki sihir, tak terkecuali Charlotte. Gadis itu sangat terkejut ketika tahu ia dapat menggunakan sihir, sangking terkejutnya ia hampir meledakkan satu ruangan. Perintah Sang Raja, ia tak boleh menggunakan kekuatannya untuk sementara waktu atas alasan keamanan dan sihirnya masih belum stabil, ia akan di ajari oleh ahlinya tapi tidak sekarang.
Jonathan, Sang pangeran mahkota juga sering berpapasan dengannya. Satu kali pemuda itu berkunjung langsung ke kamarnya dan mengantarkan beberapa buku yang ia pikir akan di butuhkan oleh gadis itu. Tak banyak, hanya beberapa buku sejarah keluarga istana dan gulungan kertas pemerintahan. Berkat itu sekarang Charlotte sudah mengenal sebagian besar orang-orang di istana.
Sebagian besar waktu Charlotte ia habiskan untuk berdiam di kamarnya membaca banyak buku buku yang di berikan okeh Jonathan atau keliling istana untuk mengetes daya ingatnya. Ya, bagaimana pun ia sebenarnya adalah anak universitas yang di tuntut memiliki daya memori yang kuat, hal itu cukup berguna di saat-saat seperti ini.
"Yang mulia, silahkan tehnya. " Ucap Alice menuangkan secangkir teh di hadapan Charlotte.
"Terima kasih Alice. " Ucap Charlotte "Kau selalu membantuku. ".
" Sudah kewajiban saya sebagai pelayan pribadi anda. " Balas Alice melemparkan senyuman yang cantik sebelum akhirnya pergi untuk meletakkan teko di atas troli yang ia bawa.
Saat ini mereka sedang berada di kamar Charlotte, gadis itu duduk di sofa dengan bertumpuk buku di depannya sejak selesai sarapan pagi tadi.
Seharusnya sih Christ ada di sini menemaninya, tapi tadi Samuel datang dan lagi-lagi menyeret anak itu pergi untuk berlatih pedang. Ia masih ingat bagaimana Christ berteriak minta tolong padanya sementara dia di seret menuju lapangan pedang.
Seperti yang ia bilang tadi, hubungannya dengan orang-orang di istana sudah tidak se canggung sebelemumnya. Orang-orang mulai banyak menyapanya dan mengajaknya berbicara, tak terkecuali para pangeran. Samuel memang kadang keluar untuk berburu, sementara Lucius sibuk mengurus teritori, apa lagi Jonathan dan ayahanda. Yang sering bersamanya hanyalah Sang ibunda dan Christ, Alice selalu bersamanya.
Charlotte kembali membolak-balikkan buku yang ia pegang, membaca tiap baris di halamannya dengan seksama. "Ternyata Kerajaan ini cukup besar ya. ".
"Ya, Kerajaan Raphl memang terkenal akan teritori yang luas dan subur, pemerintahan yang makmur dan hasil panen yang melimpah ruah. " Kata Alice.
"Benar-benar Kerajaan yang hebat. " Gumam Charlotte menutup bukunya "Tapi tadi aku ada membaca soal Kekaisaran, apa kau tahu tempat seperti apa itu? ".
" Tidak banyak yang bisa saya informasi kan kepada Anda. " Jawab Alice "Kerajaan kita pun termasuk dalam wilayah Kekaisaran yang menguasai benua ini. ".
KAMU SEDANG MEMBACA
The lily's Diary
FantasyREA awalnya hanya ingin mengakhiri hari yang melelahkan ini dengan makan di restoran cepat saji favoritnya ,sambil menikmati musik yang ia putar sendiri. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga tiba-tiba tenggorokkannya terasa seperti terbakar dan...