Pagi itu burung berkicau dengan nyaring nya. Beberapa orang sudah mulai terlihat sibuk dengan pekerjaan mereka. Para pelayan yang merapikan istana, tukang kebun yang menata taman, buru cuci yang terlihat bersenang-senang dan sebagainya.
Chatlotte melangkah dengan tenang di sebuah jalan setapak sementara Alice mengekori nya dari belakang. Saat ini keduanya berjalan menuju ke istana lotus.
Istana khusus para selir-selir Raja.
Gaun merah muda nya bergerak mengikuti irama langkahnya, rambutnya yang tergeraj tersapu lembut oleh angin-angin pagi yang berhembus. Sebenarnya Alice ingin mendandani Charlotte sebaik mungkin untuk kunjungan ke istana Lotus ini, tapi Charlotte menolak dan lebih memilih untuk memakai make up ringan dan baju yang nyaman namun mewah. Bagaimana pun ia harus menjaga image nya.
Alice yang mendengar itu hanya bisa menggelengkan kepalanya dan berkata bahwa hal itu adalah satu-satunya kebiasaan Charlotte yang tidak lenyap meski sudah hilang ingatan. Chatlotte sendiri sudah tahu bahwa dulu, Charlotte yang asli memiliki kepribadian lemah lembut dan rendah hati. Ia menyukai kesederhanaan dan kenyamanan, tapi hal itu tak mengurangi keanggunan dan kemewahan yang ada pada dirinya.
Beberapa kali Charlotte berpapasan dengan para prajurit dan pelayan, ia hanya tersenyum ketika mereka tersentak saat melihatnya dan langsung memberikan salam dan hormat mereka.
"Anda jarang terlihat di area ini, karena itulah tidak banyak yang bersiap akan kedatangan anda. " Bisik Alice di belakangnya.
"Apa itu ada kaitannya dengan insiden itu? " Tanya Charlotte yang diangguki oleh Alice.
Tadi malam...
"Apa kau takut? Pada Gerald? " Tanya Jonathan "Aku tahu kau terkejut akan kelakuannya hari itu. ".
Chatlotte menggihit bibirnya. Ya jelaslah dia takut, malah aneh jika tidak. Chatlotte hanya mengangguk perlahan mengiyakan pernyataan Jonathan. Balasan itu mendapatkan helaan nafas panjang dari Jonathan, dari sana Chatlotte bisa merasakan seluruh badannya merinding.
" Tak apa, keadaanmu bisa di pahami. " Ucap Jonathan " Tapi kau harus tahu, Gerald tidak melakukan itu dengan sengaja. Sama seperti yang lainnya dia terkejut dan cemas akan keadaanmu, sebut saja dia lebih histeris. ".
Chatlotte mengangguk. Ia juga sudah memikirkan hal itu belakangan ini, melihat anggota keluarga yang kau sayangi tidak bisa mengingatmu jelaslah bukan sesuatu yang bisa dianggap enteng. Perbuatan Gerald saat itu bisa dimengerti, tapi tetap saja ia takut.
" Kurasa kau sudah tahu ini, tapi aku akan memberi tahu mu sekali lagi. " Kata Jonathan " Kami semua di sini sangat menyayangimu, lebih dari apapun, termasuk juga dia. ".
Chatlotte hanya diam, memperhatikan pantulan nya sendiri di cangkir teh dalam senyap. Jonathan yang melihat itu kembali meminum tehnya lagi sambil tetap memperhatikan gerak-gerik Chatlotte. Ia menunggu respon adiknya.
Chatlotte hanya mengetuk-ngetukjan harinya di cangkir, matanya melirik ke sana kemari dengan gusar, merasa tidak nyaman dengan suasana yang terasa semakin dingin. Ia tak tahu harus bicara apa, ia tidak bisa membaca suasananya dan itu membuatnya cemas.
Jonathan yang menyadari hal itu pun akhirnya menghela nafas dan mencoba mencari akal lain, agar Chatlotte mau menemui Gerald. Bukannya tanpa alasan, semenjak ia memutuskan untuk menahan Gerald di istana Lotus, keadaan sama sekali tidak membaik. Gerald menolak untuk menemui siapapun bahkan nyaris tidak makan. Itu jelaslah berbahaya untuk kesehatan tubuh dan mentalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lily's Diary
FantasyREA awalnya hanya ingin mengakhiri hari yang melelahkan ini dengan makan di restoran cepat saji favoritnya ,sambil menikmati musik yang ia putar sendiri. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga tiba-tiba tenggorokkannya terasa seperti terbakar dan...