FIVE

6 4 0
                                    

   Taman yang dimaksud oleh Christ ternyata lebih indah dari yang ia bayangkan. Ketika sampai ia disambut oleh semerbak harum mawar dan rumput, beberapa bangku panjang berwarna putih terletak di bawah pohon yang rindang dan terdapat pancuran air di sana.

   "Indah sekali." gumam Charlotte tak dapat menghentikan dirinya untuk menoleh ke sana kemari.

   "Benarkan, ini juga salah satu spot yang sering di kunjungi kakak....ah maksudku, pangeran mahkota." kekeh Christ mendapati kelakukan Charlotte yang dianggapnya lucu.

   Menanggapi perkataan Christ, Charlotte pun hanya bisa mengangguk pelan. Mereka berdua terus berjalan hingga akhirnya tampak sebuah gazebo indah di tengah padang bunga. Charlotte menyipitkan matanya dan mendapati di Gazebo itu sudah ada beberapa orang duduk di kursinya.

   "Itu....".

   ", maaf kak. Sebenarnya aku ingin kita berdua saja yang bermain ke Gazebo itu." Christ tampak memanyunkan sedikit bibirnya "Tapi kakak-kakak yang lain memaksa ingin ikut.".

   Jujur saja, Charlotte tidak merasa begitu nyaman dengan para pangeran yang lain, terutama pangeran mahkota. Sampai saat ini hanya Christ lah yang benar-benar berinteraksi langsung padanya, sisanya hanya memberi berbagai tatapan yang membuat Charlotte merasa tak tenang.

   Tapi ia sudah sampai disini dan tak mungkin berbalik ke kamarnya lagi.

   "Tak apa kok, bukankah lebih ramai lebih seru? " balas Charlotte berusaha positif "Terima kasih karena telah mengajakku kemari.".

   Christ menatap Charlotte dengan senyuman puas dan mata berbinar. Tanpa sadar ia menarik tangan Charlotte untuk ikut berlari bersamanya menuju gazebo. Tidak mengindahkan Alice yang menegur mereka dari belakang.

   Ketika mereka sampai di gazebo, Charlotte sedikit terengah karena mendadak di ajak berlari. Tubuh nya yang sudah lama tidak berolahraga terasa lelah sampai ia hampir menunduk karena kaki yang gemetar.

   "Ya tuhan! Kau sudah gila atau bagaimana?" decak Samuel berdiri dari kursi dan membantu Charlotte yang ngos-ngos an untuk duduk "Dia baru sembuh dan kau sudah mengajaknya berlari seperti ini.".

   "M..maaf." Christ menatap dengan tatapan memelas padaku "Kakak, maafkan aku, aku terlalu bersemangat tadi.".

   "T...tak apa, aku..aku hanya...kaget..." Charlotte mengangkat sebelah tangannya rendah dan tersenyum pada Christ. Nafasnya sudah membaik sedikit demi sedikit.

   Samuel mengerutkan dahi dan mengeluarkan sebuah sapu tangan dari sakunya. Ia sedikit berjongkok di samping Charlotte dan menyeka keringat yang turun di dahi gadis itu. Membuat Charlotte tertegun dengan perlakuan manis yang tiba-tiba. Ia hanya diam sementara Christ mulai mengambil tempat duduknya dan Samuel masih setia menyeka keringatnya dengan perlahan, takut jika sapuan yang ia lakukan tak sengaja menyakiti gadis itu.

   "Samuel, aku tahu kau berniat baik. " ucap Lucius mendengus kecil "Tapi jika kau terus menyeka wajah Charlotte kau seperti itu dia benar-benar akan kering.".

   Mendengar penuturan Lucius, Samuel langsung menarik kembali tangannya dan wajahnya sedikit bersemu. Charlotte menatapnya dengan heran sementara pemuda itu kembali ke tempat duduknya samping berdehem pelan.

  "Maaf." bisik Samuel pelan yang di arahkannya pada Jonathan.

   Jonathan hanya memasang senyum tipis "Ingatlah, Charlotte, saudari kesayangan kita ini baru saja bangun dari tidur nya." ucap Jonathan yang di dengarkan oleh semua orang di sana. "Jagalah sikap kalian dan jangan terlalu bersemangat. Kita tidak mau dia terlalu kelelahan bukan?".

   "Dimengerti.".

   Kalimat Jonathan barusan bukanlah sebuah pertanyaan namun sebuah perintah. Charlotte memperhatikan bagaimana semua orang di sana bersikap hormat pada pemuda itu. Charlotte memang mendengar jika Jonathan adalah Putra Mahkota, penerus singgasana kerajaan ini.

   Kalau diletakkan di dunia nya, Jonathan adalah calon presiden. Tak aneh mereka semua menurut padanya, mereka tidak ingin cari gara-gara dengan seorang pemimpin, atau mungkin mereka ingin mencari jaminan. Ya, setidaknya Jonathan tidak seperti anak kaya manja yang yang ingin dituruti semua kehendaknya, dia juga tidak terlihat seperti tipe orang yang memanfaatkan status.

   Penggambaran Diary Charlotte tentang pemuda ini juga positif. Charlotte harap ia benar-benar bisa mempercayainya, karena buku kecil itu sudah seperti panduan untuk hidup di dunia asing ini, setidaknya untuk saat ini.

   Christ menepuk tangannya dua kali dan beberapa pelayan datang untuk mulai menyajikan teh dan sebagainya. Charlotte memperhatikan dalam diam ketika Alice mulai menuangkan teh kedalam cangkir cantik di depannya. Teh itu berwarna ungu, Charlotte memang pernah mendengar tentang teh ungu di kehidupan sebelumnya. Tapi ia tak pernah meminumnya.

   Ia melihat Jonathan dan yang lainnya sudah mulai meminum teh mereka, tapi sebelum ia sempat mengambil cangkirnya sebuah tangan keburu mengambil cangkir itu duluan. Charlotte menatap Alice yang meminum tehnya dengan terkejut. Alice tidak menghabiskannya, terlihat hanya menyerut sedikit cairan itu.

   "Permisi tuan putri. " Ucap Alice kembali meletakkan cangkir itu di hadapannya "Teh ini aman. ".

  Kejadian tersebut dilihat oleh semua orang disana, tapi tak ada satupun dari mereka yang melemparkan tatapan tak suka atau terkejut. Putra Mahkota hanya mengangguk dan  kembali meminum tehnya. Menyadari Charlotte hanya menatapnya bingung, ia pun balas menatap Charlotte dengan senyuman tipis.

   " Ada apa Charlotte? " Tanyanya dengan lembut.
 
  "Uhmm, yang barusan itu.. ".

  " Untuk memastikan bahwa teh itu cukup aman untuk kau minum" Potong Samuel kembali menuangkan teh yang tinggal setengah di cangkir Charlotte "Kami tak ingin kau kembali keracunan lagi. ".

  " Lagi? " Charlotte memebeo.

  "Kakak, kurasa ini bukan saat yang tepat untuk menceritakannya. " Kata Christ menatap ke Jonathan dan Samuel cemas "Bagaimanapun kak Charlotte baru bangun tadi pagi, ia pasti belum sepenuhnya pulih. ".

   " Tak apa, maksudku, aku juga ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. " Kata Charlotte berusaha meyakinkan Christ "Aku juga penasaran. ".

  " Tapi kak.. " Christ memelas pada Charlotte. Berusaha untuk tetap meyakinkan kakaknya untuk diam saja. Tujuannya mengadakan pesta teh ini untuk membuat kakaknya merasa sedikit lebih baik dan pulih sedikit demi sedikit, bukan untuk menambah beban pikiran kakaknya.

  "Christ, bagaimanapun juga kakakmu adalah seorang tuan putri, dan seorang tuan putri dituntut untuk bersikap tegar di segala keadaan demi rakyatnya. " Ucap Lucius "Tapi hanya untuk memastikan, Charlotte sayang kau yakin ingin mendengarnya? ".

  Tanpa pikir panjang Charlotte mengangguk, membuat Christ bersedih kecil dan mengepalkan tangannya. Charlotte menatap tak enak pada Christ tapi ia benar-benar membutuhkan informasi. Dan seperti yang dikatakan oleh Lucius, saat ini ia memegang posisi sebagai putri pertama dari Kerajaan yang besar. Begitu banyak yang harus ia pikirkan.

   " Aku sendiri tidak begitu pandai bercerita. " Ucap Jonathan meletakkan cangkirnya "Jadi silahkan tanya apa saja dan kami akan menjawabnya. ".

   Seperti sesi tanya jawab ketika presentasi tugas saja. Charlotte tersenyum kecil " Kalau begitu mulai dari yang tadi saja. ".

  " Soal teh itu? " Tanya Samuel yang diangguki oleh Charlotte "Karena penyebab kau koma selama itu adalah karena kau diracun. ".

  Sudah kuduga. "Racun?".

TBC

The lily's DiaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang