Rintik-rintik hujan turun ketika matahari mulai bersembunyi. Langit menggelap sedikit demi sedikit, pertanda malam datang. Udara dingin berhembus kecil melewati jalanan, membuat siapapun yang bersentuhan dengannya menghela nafas berat dan menggigil.
Walau dengan suasana sedingin itu pun, keadaan kota tetap terasa hidup. Hujan kecil tidak menghentikan mereka untuk membuka toko dan menjalankan bisnisnya. Kendaraan terlihat mencipratkan air dari jalanan yang basah, membuat orang-orang yang berjalan di pinggiran semakin menepikan posisinya.
Lampu dari sebuah Cafe tampak menyala dari depan. Pintu kaca yang awalnya tertutup, kini terbuka oleh seorang wanita muda yang membawa papan menu untuk di letakkan di depan Cafe. Ia membuka kedua pintu selebar-lebarnya dan tersenyum kepada beberapa orang yang lewat. Ketika ia masuk kembali ke dalam Cafe, beberapa pelayan lainnya nampak sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
Tak lama kemudian, pelanggan pertama yang terdiri dari segerombolan anak muda memasuki cafe sambil mengobrol. Mereka disambut oleh salah satu pelayan Cafe dan membuat pesanan mereka. Pelanggan yang lainnya menyusul datang satu persatu seiring berjalannya waktu.
Tak lama kemudian, seorang gadis tampak memasuki Cafe. Payungnya yang basah ia tutup dan letakkan pada gantungan di sisi pintu masuk. Ia melepaskan mantel coklatnya dan merapikan rambutnya sedikit di depan cermin yang ada di samping gantungan. Melihat kedatangan gadis itu, wanita yang tadi meletakkan papan menu di luar menghampirinya dengan senyum lebar.
"Hari ini pun kesini lagi, " ucap wanita itu menepuk bahu sang gadis. "Rea, kurasa sampai tua pun kau akan ke sini setiap hari.".
"Kau berlebihan Cindy." Balas Rea balas tersenyum. "Aku akan memaksa anak cucuku kemari menggantikanku.".
"Haha, lucu. " ucap Cindy. "Aku sudah mengamankan tempat favoritmu. Cukup sulit karena kuakui, itu spot yang sangat nyaman.".
"Karena itu lah aku menyukainya." Rea kembali melangkah semakin masuk ke dalam cafe dengan Cindy berjalan di sampingnya. "Mana boss?".
"Boss sedang ada urusan, biasalah. " Jawab Cindy ketika mereka menaiki tangga setapak menuju ke lantai dua Cafe. " Kurasa kau sendiri yang harus turun tangan untuk berbicara padanya. Kebiasannya gonta-ganti pacar membuat kami agak repot.".
"Lho, kok bisa?".
"Terkadang beberapa mantan pacarnya ada yang datang kemari untuk mencarinya. Tentu saja mereka membuat ulah, kami juga sudah berkali-kali menerima teguran pelanggan tahu." Jelas Cindy menghela nafas berat. "Berhubung kau sepupu tersayang boss , kurasa kau harus berbicara padanya sendiri.".
"Itu bakal repot.".
"Berkorbanlah, jika ini terus berlanjut Cafe ini mungkin akan segera ditutup karena banyaknya keluhan pelanggan." .
" Kita lihat saja nanti.".
Mereka berhenti berbincang ketika Rea duduk di tempat favoritnya di Cafe itu. Di salah satu sisi lantai dua yang menghadap ke bagian balkon kecil Cafe ini. Ia memang sering kemari dan duduk di tempat yang sama saatnya. Mungkin karena kebiasaannya itu terlalu jelas, boss dari Cafe ini, yang tak lain adalah kakak sepupunya sendiri. Sampai rela selalu mengamankan tempat nyaman ini untuknya.
"Pesanan mu seperti biasa kan?" Tanya Cindy tiba-tiba. "Secangkir kopi susu dan Ciffon keju.".
"Kau selalu tahu apa yang kumau bukan." Rea terkikik kecil karena Cindy sudah hapal apa yang ia inginkan kalau sudah ada di sini.
"Aman. Ngomong-ngomong, Cafe ini menyediakan menu baru. Aku sangat merekomendasikan nya." Ucap Cindy mengedipkan sebelah matanya dengan senyuman licik.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lily's Diary
FantasyREA awalnya hanya ingin mengakhiri hari yang melelahkan ini dengan makan di restoran cepat saji favoritnya ,sambil menikmati musik yang ia putar sendiri. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga tiba-tiba tenggorokkannya terasa seperti terbakar dan...