"Umm, pakaian ini.."
" Apakah anda menyukainya? ini adalah pakaian kesukaan anda.".
" Bukan itu masalahnya, tapi pakaian ini terlalu mewah, terlalu banyak renda dan agak pengap".
"Kalau begitu anda harus mulai bisa membiasakan diri memakainya. karena itu adalah model paling sederhana yang bisa membuat anda merasa nyaman ketika memakainya.".
Charlotte yang mendengar itupun memanyunkan bibirnya kesal. Beberapa kali ia berputar di depan sebuah cermin besar sambil memperhatikan penampilannya. setelah selesai membersihkan diri, para pelayan pun bersikeras ingin membantunya untuk memakai pakaiannya.
Awalnya Charlotte tentu saja menolak mentah karena semua bentuk pakaian yang tersedia adalah pakaian seorang tuan putri.
Yang tentu saja, penuh bordiran, renda dan pita yang membuatnya pusing dan kepanasan. Butuh waktu agak lama hanya untuk memilih pakaian, dan yang menjadi pilihan terakhirnya pun tidak begitu nyaman untuk di pakai. Ya, setidaknya ini lebih bik dari pada tidak memakai baju sama sekali kan?.
Untuk make up pun Charlotte menolak untuk dipasangkan yang rumit. Ia meminta untuk make up tipis dan rambutnya dibiarkan tergerai bebas melewati bahunya.
Tapi sekali lagi, pelayan yang mengatakan dirinya sebagai pelayan pribadi tuan putri Charlotte memintanya untuk memakai setidaknya satu hiasan rambut akan menambah kesan penampilannya.
Sebenarnya yang majikan disini siapa sih? kenapa jadi Charlotte yang dipaksa untuk me nuruti segala apa kata mereka?. Huh, jika saja mereka tidak mengatakan bahwa kepala mereka akan dipenggal jika tidak melakukan pekerjaan dengan benar Charlotte pasti tidak akan mengiyakan semua ini.
Tok..tok..tok.
Pintu kamar terbuka dan mengalihkan perhatian Charlotte dari cermin. Christ memasuki ruangan dengan pakaian tidak jauh berbeda berbeda namun terkesan lebih santai dari pada yang sebelumnya. Christ memperhatikan Charlotte dari atas sampai bawah kemudian tersenyum lebar.
"Sedikit berbeda dari image kakak yang sebelumnya. Tapi kakak tetap cantik walau dengan pakaian seperti apapun. " puji Christ yang membuat wajah Charlotte terasa memanas sedikit demi sedikit. Pemuda itu mendekatinya dan menawarkan tangannya. "Ayo, yang lain sudah menunggu.".
Charlotte mengangguk kecil dan menerima uluran tangan Christ. Mereka berjalan keluar ruangan dengan beberapa pelayan wanita tadi mengikuti mereka dari belakang. Termasuk pelayan pribadi Charlotte.
Mereka melewati koridor yang sisinya di pajangkan lukisan-lukisan indah dan beberapa foto potret seseorang yang tentu saja, tidak dikenali oleh Charlotte. Mata gadis itu melirik ke sana ke mari dengan penasaran. Hal itu tidak luput dati pengawasan Christ dan pelayan pribadinya.
Setelah beberapa menit berjalan, mereka akhirnya tiba di depan sebuah pintu besar. Dua pelayan di sisi pintu tersebut menunduk hormat pada Charlotte dan Christ lalu membukakan pintu itu untuk keduanya. Charlotte hanya mengikuti langkah Christ memasuki ruangan itu dengan pelan dan sedikit ragu-ragu.
Ruangan itu sangat lebar dan terang. Di tengahnya terdapat meja panjang yang beberapa kursinya sudah diduduki. Dan yang mendudukinya adalah mereka yang ia temui ketika pertama terbangun tadi.
"Ahh, kau sudah sampai." Sang Raja tersenyum lembut melihat kedatangan Charlotte. "Kami sudah menunggumu sedari tadi.".
Charlotte mengangguk kecil. Ia mengikuti Christ yang menuntunnya menuju ke tempat duduknya. Berada tepat di samping Yang mulia Ratu sendiri. Awalnya Charlotte merasa ragu untuk duduk di sana, tetapu setelah melihat pandangan semua orang di ruangan padanya ia jadi tak bisa menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
The lily's Diary
FantasyREA awalnya hanya ingin mengakhiri hari yang melelahkan ini dengan makan di restoran cepat saji favoritnya ,sambil menikmati musik yang ia putar sendiri. Semuanya berjalan baik-baik saja hingga tiba-tiba tenggorokkannya terasa seperti terbakar dan...